Minggu, 01 Desember 2013

Majas



A. Majas Perbandingan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan dibagi menjadi:

1) Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.

Contoh :
  • Semangatnya keras bagaikan baja.
  • Mukanya pucat bagai mayat.
  • Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama
2) Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.

Me·ta·fo·ra /métafora/ : Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara.

Contoh:
  • Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
  • Raja siang keluar dari ufuk timur
  • Jonathan adalah bintang kelas dunia.
  • Harta karunku (sangat berharga)
  • Dia dianggap anak emas majikannya.
  • Perpustakaan adalah gudang ilmu.
3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.

Contoh:
  • Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
  • Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
  • Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.
4) Alegori
Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.

Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

5) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.

Contoh:
  • Ia terkenal sebagai buaya darat.
  • Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
  • Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
  • Melati, lambang kesucian
  • Teratai, lambang pengabdian
6) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

Contoh:
  • Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
  • Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
  • Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)
7) Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
    Contoh:
(a) Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
(b) Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
    Contoh:
(a) Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
(b) Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.

8. Simile:
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".

Contoh: 
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

B. Majas Pertentangan 
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Macam-macam Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.

1) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.

Contoh:
a) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.

2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.

Contoh;
a) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.

3) Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.

Contoh:
a) Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

4) Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.

Contoh:
a) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?

C. Majas Penegasan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”.Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.

1) Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata.

Contoh:
a) Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
b) Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.

2) Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.

Contoh:
a) Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
b) Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.

3) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.

Contoh:
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban

4) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.

Contoh:
a) Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.

5) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut dan makin lama makin meningkat.

Contoh:
a) Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antri minyak.
b) Ketua Rt, Rw, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tak berhak mencampuri urusan pribadi seseorang.

6) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut yang makin lama menurun.
a) Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu.
b) Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.

7) Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.

Contoh:
a) Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
b) Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?
d. Majas Pertentangan

D. Majas Sindiran
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:

1) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan denganmaksud menyindir.

Contoh:
a) Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam.
b) Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.

2) Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.

Contoh :
a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu.
b) Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.

3) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.

Contoh:
a) Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
b) Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!

TEKS PROSEDUR KOMPLEKS



Pengertian Procedure Text

Apa itu Procedure Text? Procedure Text adalah salah satu jenis teks bahasa Inggris atau yang biasa disebut genre yang menunjukan sebuah proses dalam membuat atau mengoprasikan sesuatu yang berfungsi untuk menggambarkan bagaimana sesuatu dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur.

Tujuan Komunikatif Procedure Text

Tujuan Komunikatif dari Procedure Text adalaha memberikan petunjuk tentang cara melakukan sesuatu melalui tindakan-tindakan atau langkah-langkah yang urut.

C. Struktur kebahasaan Procedure Text

Struktur kebahasaan dari Procedure Text terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Aim/ Goal
Pada struktur kebahasaan bagian pertama dari Procdeure Text ini berisi informasi mengenai tujuan dalam pembuatan atau pengoprasian sesuatu.

2. Materials
Pada bagian ke-dua, Materials terdiri dari bahan-bahan yang digunakan dalam membuat sesuatu. Tapi tidak semua Procedure Text menyertakan bagian materials, adakalanya sebuah Procedure Text tidak memiliki bagian materials.

Ada tiga jenis Procedural Text yang tidak menggunakan bagian materials, yaitu:
  • Procedural Text yang menjelaskan bagaimana sesuatu bekerja atau bagaimana cara melakukan instruksi secara manual. Contohnya : How to use the video game, the computer, the tape recorder, atau the fax, etc.
  • Procedural Text yang menginstruksikan bagaimana melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dengan peraturanya. Contohnya : raod safety rules, atau video game rules, etc.
  • Procedural Text yang berhubungan dengan sifat atau kebiasaan manusia. Contohnya How to live happily, atau How to secceed.
3. Steps
Pada bagian steps, berisi tentang langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilakukan agar tujuan yang diuraikan pada bagian Aim/ Goal bisa tercapai. Langkah-langkah atau urutan-urutan tersebut haruslah urut dari yang pertama hingga terakhir.

D. Ciri Kebahasaan Procedure Text

Terdapat beberapa ciri kebahasaan dalam Procedure Text, diantaranya yaitu:
  1. Menggunakan pola kalimat imperative (Perintah), misalnya, Cut, Don’t mix, dsb. 
  2. Menggunakan action verbs, misalnya turn, put, don’t, mix, dsb. 
  3. Menggunakan connectives (kata penghubung) untuk mengurutkan kegiatan, misalnya then, while, dsb. 
  4. Menggunakan adverbials (kata keterangan) untuk menyatakan rinci waktu, tempat, cara yang akurat, misalnya for five minutes, 2 hours, dsb. 
  5. Menggunakan simple present.





1.       Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Misalnya :
(a)    Dia akan pergi
(b)   Kamu mahasiswa Unnes

1.1   Kalimat berpredikat verbal
Kamilat yang berpredikat verba dibagi menjadi tiga macam : (1) kalimat taktransitif, (2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat dwitransitif.

1.1.1     Kalimat Tak Transitif
Kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap, hanya memiliki dua unsure fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Contoh:
(c)    Bu Camat sedang berbelanja
(d)   Pak Halim belum datang

1.1.2     Kalimat Ekatransitif
Kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Dalam kalimat aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek, tentu saja ada unsur tak wajib  Contoh:
(e)   Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran
(f)     Dia memberangkatkan kereta api itu terlalu cepat

1.1.3     Kalimat Dwitransitif
Dalam bentuk aktif, verba transitif secara semantis mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam kalimat dwitransitif maujud itu masing-masing adalah subjek, objek dan pelengkap, contoh:
(g)    Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaaan
Pada kalimat (g) ada dua nomina yang terletak di belakang verba predikat, kedua nomina itu masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek dalam kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba, tanpa preposisi dan dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.

1.1.4     Kalimat Pasif
Pemasifan dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) menggunakan verba prefiks di-, dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Cara yang digunakan dalam penmebtukan kalimat pasif:
1)      Cara Pertama
a.       Pertukarkanlah S dengan O
b.      Gantilah prefiks meng- dengan di-  pada P.
c.       Tambahkanlah kata oleh di muka unsure yang tadinya S

Pak Toha mengangkat asisten baru
Seorang asisten baru diangkat Pak Toha

2)      Cara Kedua
a.       Pindahkan O ke awal kalimat
b.      Tinggalkan prefiks meng- pada P.
c.       Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba

Saya sudah mencuci mobil itu
Mobil itu sudah saya cuci

1.2   Kalimat Berpredikat Adjektival
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut :
(h)     Ayahnya sakit
(i)        Pernyataan orang itu benar

1.3   Kalimat Berpredikat Nominal
Dalam bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina (termasuk pronomina) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua nomina atau frasa nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu penting karena jika tidak dipenuhi, maka jejeran nomina tadi tidak akan membentuk kalimat. Contoh :
(j)     Buku itu cetakan Bandung

1.4   Kalimat Berpredikat Numeral
Ada pula kalimat yang prredikatnya berupa frasa numeral, contoh:
(k)    Anaknya banyak
(l)      Uangnya hanya sedikit

1.5   Kalimat berpredikat Frasa Preposisional
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional, contoh :
(m) Ibu sedang ke pasar
(n)   Mereka ke rumah kemarin

2.       Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis
Jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi atas (1) kalimat deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat eksklamatif.
2.1   Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif juga dikenal sebagai kalimat berita, dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya. Kalimat berita dapat berupa bentuk kalimat apa saja asalkan isinya merupakan pemberitaan. Contoh :
(o)   Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas
(p)   Saya lihat ada bus masuk Ciliwug tadi pagi

2.2   Kalimat Imperatif
Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi enam golongan:
1)      Perintah atau suruhan jika pembicara menyuruh lawan bicaranya
2)      Perintah halus
3)      Permohonan
4)      Ajakan
5)      Larangan atau perintah negatif
6)      Pembiaran

2.2.1          Kalimat Imperatif Taktransitif
Kalimat imperative taktransitif dibentuk dari kalimat deklaratif (taktransitif) yang dapat berpredikat dasar, frasa adjektival, dan frasa verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun frasa preposisional. Contoh:
(q)   Engkau masuk!
(r)     Tenang!



2.2.2          Kalimat Imperatif Transitif
Kalimat imperatif yang berpredikat verba transitif mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat dapat dianggap berbentuk pasif adalah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku, sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasarandalam kalimat imperative, contoh:
(s)    Carilah pekerjaan apa saja!
(t)     Belikanlah adikmu sepatu baru!

2.2.3          Kalimat Imperatif Halus
Ada sejumlah kata yang digunakan untuk menghaluskan isi kalimat imperative, seperti kata tolong, coba, silakan, sudilah, dan kiranya. Contoh :
(u)   Tolong kirimkan kontrak ini.
(v)    Silakan ke situ dulu.

2.2.4          Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat imperative juga dapat digunakan untuk mengungkapkan permintaan, kalimat seperti itu ditandai dengan kata mohon atau minta. Subjek pelaku kalimat imperatif permintaan adalah pembicara yang sering tidak dimunculkan, contoh:
(w)  Minta perhatian, Saudara-saudara!
(x)    Mohon diterima dengan baik.

2.2.5          Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan
Di dalam kalimat imperatif, ajakan dan harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kata ayo(lah), mari(lah), harap, dan hendaknya. Contoh:
(y)    Ayolah masuk!
(z)    Mari kita makan.

2.2.6          Kalimat Imperatif Larangan
Kalimat imperative dapat bersifat larangan dengan adanya jangan(lah), contoh:
(aa)     Jangan berangkat hari ini.
(bb)    Janganlah kau hiraukan tuduhannya.

2.2.7          Kalimat Imperatif Pembiaran
Yang juga termasuk golongan kalimat imperative ialah pembiaran yang dinyatakan dengan kata biar(lah) atau biarkan(lah). Sebetulnya dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh membiarkan supaya sesuatu terjadi atau berlangsung. Dalam perkembangannya kemudian pembiaran berarti meminta izin agar sesuatu jangan dihalangi, contoh:
(cc)      Biarlah saya pergi dulu.


2.3   Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif juga dikenal dengan nama kalimat Tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata Tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana. Contoh :
(dd)       Apa dia istri Pak Ahmad?

2.4   Kalimat Eksklamatif
Kalimat eksklamatif juga dikenal sebagai kalimat seru, secara formal ditandai dengan alangkah, betapa, atau bukan main. Kalimat eksklamatif juga disebut sebagai kalimat interjeksi biasa dinyatakan untuk menyebut kekaguman atau heran.


3.       Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat minor adalah kalimat yang tidak ada subjek atau unsure predikatnya. Hal tersebut biasa terjadi di dalam wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketaui pada kalimat sebelumnya.
(ee)           Amir : Kamu tinggal di mana, Min?
Amin : Di kampung Melayu.

Bentuk Di kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat lengkap Saya tinggal di kampung Melayu.

4.       Kalimat Inversi
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia boleh dikatakan mengikuti pola: (a) subjek, (b) predikat, (c) objek (jika ada), dan (d) pelengkap (jika ada). Kalimat inversi yakni kalimat yang urutannya terbalik, umumnya mensyaratkan subjek yang tak terdefinit. Akan tetapi ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek.
(ff)  Ada Tamu, pak.






1.      Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan (Deklaratif) adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan respon tertentu. (Cook, 1971 : 38;49)
Kalimat pernyataan (Deklatarif) adalah kalimat yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditunjukan kepada orang lain.
Kalimat Deklaratif tidak memerlukan jawaban baik secara lisan maupun tindakan. Namun, bisa saja diberikan komentar oleh pendengar bila dianggap perlu. Kalimat pernyataan (Deklaratif) juga dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitahuan atau pernyataan. Dalam bentuk tulisan kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik, sedangkan dalam bentuk lisan akhir kalimat ini diucapkan dengan nada turun.
Contoh:
·         Ayah membaca Koran.
·         Ibu menjahit baju.
·         Adik tidur.
            Dilihat dari maksud penggunaannya, kalimat pernyataan (Deklaratif) dapat dibedakan atas kalimat:
1)      Untuk menyampaikan informasi faktual berkenaan dengan alam sekitar atau pengalaman penutur. Contoh:
·         Ibu dosen kami masih muda.
·         Banyak warga tidak berani menggunakan kompor gas, lebih suka menggunakan kayu bakar.
2)      Untuk menyatakan keputusan atau penilaian. Contoh:
·         Sebaiknya hubungan kita sampai disini saja.
·         Ibu dosen itu memang cantik sekali.
3)      Untuk menyatakan perjanjian, peringatan, nasihat, dan sebagainya. Contoh:
·         Sebaiknya anda menelpon dulu kalau mau datang ke sini.
·         Kalian harus belajar baik-baik menjelang ujian akhir semester.
4)      Untuk menyatakan ucapan selamat atas suatu keberhasilan atau ucapan prihatin atas suatu kemalangan. Contoh:
·         Saya mengucapkan selamat atas keberhasilan anda mencapai gelar sarjana.
·         Saya ikut merasa sedih atas musibah yang anda alami.
5)      Untuk member penjelasan, keterangan, atau perincian kepada seseorang. Contoh:
·         Sudah saya informasikan bahwa kedatangan beliau agak terlambat karena jalan macet.
·         Saya terangkan sekali lagi bahwa beliau tidak terlibat dalam kasus korupsi itu.