Pengertian
Procedure Text
Apa itu Procedure Text? Procedure Text adalah salah satu jenis teks bahasa Inggris atau yang biasa disebut genre yang menunjukan sebuah proses dalam membuat atau mengoprasikan sesuatu yang berfungsi untuk menggambarkan bagaimana sesuatu dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur.
Tujuan
Komunikatif Procedure Text
Tujuan Komunikatif dari Procedure Text adalaha memberikan petunjuk tentang cara melakukan sesuatu melalui tindakan-tindakan atau langkah-langkah yang urut.
C.
Struktur kebahasaan Procedure Text
Struktur
kebahasaan dari Procedure Text terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1.
Aim/ Goal
Pada
struktur kebahasaan bagian pertama dari Procdeure Text ini berisi
informasi mengenai tujuan dalam pembuatan atau pengoprasian sesuatu.
2.
Materials
Pada
bagian ke-dua, Materials terdiri dari bahan-bahan yang digunakan dalam
membuat sesuatu. Tapi tidak semua Procedure Text menyertakan bagian materials,
adakalanya sebuah Procedure Text tidak memiliki bagian materials.
Ada tiga jenis Procedural Text yang tidak menggunakan bagian materials, yaitu:
- Procedural Text yang menjelaskan bagaimana sesuatu bekerja atau bagaimana cara melakukan instruksi secara manual. Contohnya : How to use the video game, the computer, the tape recorder, atau the fax, etc.
- Procedural Text yang menginstruksikan bagaimana melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dengan peraturanya. Contohnya : raod safety rules, atau video game rules, etc.
- Procedural Text yang berhubungan dengan sifat atau kebiasaan manusia. Contohnya How to live happily, atau How to secceed.
3.
Steps
Pada
bagian steps, berisi tentang langkah-langkah atau urutan-urutan yang
harus dilakukan agar tujuan yang diuraikan pada bagian Aim/ Goal bisa
tercapai. Langkah-langkah atau urutan-urutan tersebut haruslah urut dari yang
pertama hingga terakhir.
D.
Ciri Kebahasaan Procedure Text
Terdapat
beberapa ciri kebahasaan dalam Procedure Text, diantaranya yaitu:
- Menggunakan pola kalimat imperative (Perintah), misalnya, Cut, Don’t mix, dsb.
- Menggunakan action verbs, misalnya turn, put, don’t, mix, dsb.
- Menggunakan connectives (kata penghubung) untuk mengurutkan kegiatan, misalnya then, while, dsb.
- Menggunakan adverbials (kata keterangan) untuk menyatakan rinci waktu, tempat, cara yang akurat, misalnya for five minutes, 2 hours, dsb.
- Menggunakan simple present.
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa. Misalnya :
(a) Dia
akan pergi
(b) Kamu
mahasiswa Unnes
1.1 Kalimat
berpredikat verbal
Kamilat
yang berpredikat verba dibagi menjadi tiga macam : (1) kalimat taktransitif,
(2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat dwitransitif.
1.1.1 Kalimat
Tak Transitif
Kalimat
yang tak berobjek dan tak berpelengkap, hanya memiliki dua unsure fungsi wajib,
yakni subjek dan predikat. Contoh:
(c) Bu
Camat sedang berbelanja
(d) Pak
Halim belum datang
1.1.2 Kalimat
Ekatransitif
Kalimat
yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek,
predikat, dan objek. Dalam kalimat aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif
adalah subjek, predikat, dan objek, tentu saja ada unsur tak wajib
Contoh:
(e) Pemerintah
akan memasok semua kebutuhan lebaran
(f) Dia
memberangkatkan kereta api itu terlalu cepat
1.1.3 Kalimat
Dwitransitif
Dalam
bentuk aktif, verba transitif secara semantis mengungkapkan hubungan tiga
maujud. Dalam kalimat dwitransitif maujud itu masing-masing adalah subjek,
objek dan pelengkap, contoh:
(g) Ida
sedang mencarikan adiknya pekerjaaan
Pada
kalimat (g) ada dua nomina yang terletak di belakang verba predikat, kedua
nomina itu masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek dalam
kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba, tanpa preposisi dan dapat
dijadikan subjek dalam kalimat pasif.
1.1.4 Kalimat
Pasif
Pemasifan
dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) menggunakan
verba prefiks di-, dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Cara
yang digunakan dalam penmebtukan kalimat pasif:
1) Cara Pertama
a. Pertukarkanlah S dengan O
b. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada
P.
c. Tambahkanlah kata oleh di muka unsure yang tadinya S
Pak Toha mengangkat asisten baru
Seorang asisten baru diangkat Pak
Toha
2) Cara Kedua
a. Pindahkan O ke awal kalimat
b. Tinggalkan prefiks meng- pada P.
c. Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba
Saya sudah mencuci mobil itu
Mobil itu sudah saya cuci
1.2 Kalimat
Berpredikat Adjektival
Predikat
kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva atau frasa
adjektival seperti terlihat pada contoh berikut :
(h) Ayahnya
sakit
(i) Pernyataan orang itu benar
1.3 Kalimat
Berpredikat Nominal
Dalam
bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina
(termasuk pronomina) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua nomina atau frasa
nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan
predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu penting karena jika tidak
dipenuhi, maka jejeran nomina tadi tidak akan membentuk kalimat. Contoh :
(j) Buku
itu cetakan Bandung
1.4 Kalimat
Berpredikat Numeral
Ada
pula kalimat yang prredikatnya berupa frasa numeral, contoh:
(k) Anaknya
banyak
(l) Uangnya hanya sedikit
1.5 Kalimat
berpredikat Frasa Preposisional
Predikat
kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional, contoh :
(m) Ibu sedang ke pasar
(n) Mereka
ke rumah kemarin
2. Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis
Jika
dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi atas (1) kalimat
deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat
eksklamatif.
2.1 Kalimat
Deklaratif
Kalimat
deklaratif juga dikenal sebagai kalimat berita, dalam pemakaian bahasa bentuk
kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk membuat
pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya.
Kalimat berita dapat berupa bentuk kalimat apa saja asalkan isinya merupakan
pemberitaan. Contoh :
(o) Tadi
pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas
(p) Saya
lihat ada bus masuk Ciliwug tadi pagi
2.2 Kalimat
Imperatif
Perintah
atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi
enam golongan:
1) Perintah atau suruhan jika pembicara menyuruh lawan
bicaranya
2) Perintah halus
3) Permohonan
4) Ajakan
5) Larangan atau perintah negatif
6) Pembiaran
2.2.1 Kalimat Imperatif Taktransitif
Kalimat imperative taktransitif
dibentuk dari kalimat deklaratif (taktransitif) yang dapat berpredikat dasar,
frasa adjektival, dan frasa verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun
frasa preposisional. Contoh:
(q) Engkau
masuk!
(r) Tenang!
2.2.2 Kalimat Imperatif Transitif
Kalimat imperatif yang berpredikat
verba transitif mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk
bahwa verba kalimat dapat dianggap berbentuk pasif adalah kenyataan bahwa lawan
bicara yang dalam kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi
pelengkap pelaku, sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi
subjek sasarandalam kalimat imperative, contoh:
(s) Carilah
pekerjaan apa saja!
(t) Belikanlah
adikmu sepatu baru!
2.2.3 Kalimat Imperatif Halus
Ada sejumlah kata yang digunakan
untuk menghaluskan isi kalimat imperative, seperti kata tolong, coba,
silakan, sudilah, dan kiranya. Contoh :
(u) Tolong
kirimkan kontrak ini.
(v) Silakan
ke situ dulu.
2.2.4 Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat imperative juga dapat
digunakan untuk mengungkapkan permintaan, kalimat seperti itu ditandai dengan
kata mohon atau minta. Subjek pelaku kalimat imperatif permintaan
adalah pembicara yang sering tidak dimunculkan, contoh:
(w) Minta perhatian, Saudara-saudara!
(x) Mohon
diterima dengan baik.
2.2.5 Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan
Di dalam kalimat imperatif, ajakan
dan harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kata ayo(lah),
mari(lah), harap, dan hendaknya. Contoh:
(y) Ayolah
masuk!
(z) Mari
kita makan.
2.2.6 Kalimat Imperatif Larangan
Kalimat imperative dapat bersifat
larangan dengan adanya jangan(lah), contoh:
(aa) Jangan
berangkat hari ini.
(bb) Janganlah kau hiraukan tuduhannya.
2.2.7 Kalimat Imperatif Pembiaran
Yang juga termasuk golongan kalimat
imperative ialah pembiaran yang dinyatakan dengan kata biar(lah) atau biarkan(lah).
Sebetulnya dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh membiarkan supaya
sesuatu terjadi atau berlangsung. Dalam perkembangannya kemudian pembiaran
berarti meminta izin agar sesuatu jangan dihalangi, contoh:
(cc) Biarlah saya pergi
dulu.
2.3 Kalimat
Interogatif
Kalimat interogatif juga dikenal
dengan nama kalimat Tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata Tanya
seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana. Contoh :
(dd) Apa dia istri Pak Ahmad?
2.4 Kalimat
Eksklamatif
Kalimat eksklamatif juga dikenal
sebagai kalimat seru, secara formal ditandai dengan alangkah, betapa, atau
bukan main. Kalimat eksklamatif juga disebut sebagai kalimat interjeksi
biasa dinyatakan untuk menyebut kekaguman atau heran.
3. Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat
minor adalah kalimat yang tidak ada subjek atau unsure predikatnya. Hal
tersebut biasa terjadi di dalam wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah
diketaui pada kalimat sebelumnya.
(ee)
Amir : Kamu tinggal di mana, Min?
Amin : Di kampung Melayu.
Bentuk Di kampung Melayu sebenarnya
merupakan bagian dari bentuk kalimat lengkap Saya tinggal di kampung Melayu.
4. Kalimat Inversi
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia
boleh dikatakan mengikuti pola: (a) subjek, (b) predikat, (c) objek (jika ada),
dan (d) pelengkap (jika ada). Kalimat inversi yakni kalimat yang urutannya
terbalik, umumnya mensyaratkan subjek yang tak terdefinit. Akan tetapi ada satu
pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek.
(ff) Ada Tamu,
pak.
1.
Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan (Deklaratif)
adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan
respon tertentu. (Cook, 1971 : 38;49)
Kalimat pernyataan (Deklatarif)
adalah kalimat yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditunjukan kepada orang
lain.
Kalimat Deklaratif tidak memerlukan
jawaban baik secara lisan maupun tindakan. Namun, bisa saja diberikan komentar
oleh pendengar bila dianggap perlu. Kalimat pernyataan (Deklaratif) juga dapat
berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitahuan atau pernyataan.
Dalam bentuk tulisan kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik, sedangkan
dalam bentuk lisan akhir kalimat ini diucapkan dengan nada turun.
Contoh:
· Ayah membaca Koran.
· Ibu menjahit baju.
· Adik tidur.
Dilihat
dari maksud penggunaannya, kalimat pernyataan (Deklaratif) dapat dibedakan atas
kalimat:
1)
Untuk menyampaikan informasi faktual
berkenaan dengan alam sekitar atau pengalaman penutur. Contoh:
· Ibu dosen kami masih muda.
· Banyak warga tidak berani
menggunakan kompor gas, lebih suka menggunakan kayu bakar.
2)
Untuk menyatakan keputusan atau
penilaian. Contoh:
· Sebaiknya hubungan kita sampai
disini saja.
· Ibu dosen itu memang cantik sekali.
3)
Untuk menyatakan perjanjian,
peringatan, nasihat, dan sebagainya. Contoh:
· Sebaiknya anda menelpon dulu kalau
mau datang ke sini.
· Kalian harus belajar baik-baik
menjelang ujian akhir semester.
4)
Untuk menyatakan ucapan selamat atas
suatu keberhasilan atau ucapan prihatin atas suatu kemalangan. Contoh:
· Saya mengucapkan selamat atas
keberhasilan anda mencapai gelar sarjana.
· Saya ikut merasa sedih atas musibah
yang anda alami.
5)
Untuk member penjelasan, keterangan,
atau perincian kepada seseorang. Contoh:
· Sudah saya informasikan bahwa
kedatangan beliau agak terlambat karena jalan macet.
· Saya terangkan sekali lagi bahwa
beliau tidak terlibat dalam kasus korupsi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar