Kamis, 17 November 2011

Analisa Diri

Pengantar
Analisa Diri terdiri dari dua kata yaitu: analisa yang berarti meneliti, introspeksi atau dalam istilah arabnya muhasabah. Sedangkan Diri berarti: aku, ego, saya, beta dan sebagainya. Jadi Analisa diri adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk meneliti diri kita sendiri. Menganalisa diri penting dilakukan untuk mengetahui siapa sebenarnya diri kita? Dan apa seharusnya yang diri kita perbuat? Sudah sesuaikah apa yang diri kita perbuat? Dan dan lain sebagainya. Selain “diri” secara umum, penting untuk dikaji potensi dan kelemahan yang ada si dalam diri kita sehingga nantinya kita bisa memperbaikinya dimasa mendatang. Selamat membaca!

Siapakah diri kita?
Kira-kira semua sepakat jika ditanya maka jawabanya adalah “manusia”. Di dunia ini sudah banyak sekali kita melihat manusia dengan berbagai ragamnya. Ada yang putih, hitam, coklat sampai terbagi menjadi berbagai macam ras dan suku bangsa. Semua itu adalah makhluk Allah yang diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Jadi sebenarnya, manusia adalah “wakil” Allah di muka bumi ini untuk mengelola dan mengatur sesuai petunjuknya.

Tugas dan Fungsi Manusia
1. Tugas manusia sebagai Abdullah (hamba Allah)
Mengapa manusia bertugas sebagai abdullah? Untuk menjawab masalah ini bisa dikaitkan dengan proses kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu. pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal dari alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam materi (Sunna-tullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah, sudah mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-A’raf: 172).
Karena itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya atau aturannya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah abdullah (hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).

2. Tugas manusia sebagai Khalifah Allah
Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat difahami dari firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Karena itulah maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi. Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), serta mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan cara beriman dan beramal saleh (Q.S. al-Raâd : 29), bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan kesabaran (Q.S. al-Ashr : 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya (abdullah).

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai dua tiga utama, yaitu: (1) sebagai abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan KehendakNya serta mengabdi hanya kepadaNya; dan (2) sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan (3)tugas kekhalifahan terhadap alam. Dalam bahasa yang sederhana, kegiga hubungan itu diistilahkan(Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal ‘Alam)

Perangkat Analisa Diri
Setelah secara umum kita mengetahui posisi dan tugas kita, point ini rekan-rekanita sekalian diajak untuk meneliti “diri” dalam artian yang sempit. Pada prinsipnya hal-hal yang termaksud ke dalam faktor internal yang mempengaruhi diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan:
1. kekuatan (strength)
kekuatan, kelebihan atau potensi apakah yang dimiliki diri kita? Itu penting sebagai bagan analisa mulai dari potensi, sifat dan materi.
2. kelemahan (weaknesses).
Setelah tahu kekuatan/ kelebihan diri kita, cobalah untuk menginventarisir seberapa banyak kelemahan atau kekurangan diri kita. Jika kita tahau kekurangan kita, nantinya itu mencati catatan kita untuk memperbaiki dan mengubahnya menjadi kekuatan..
Sedangkan, hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah:
3. peluang (opportunities)
dengan kekuatan dan beberapa kelemahan yang diri kita meliki, sebenarnya berapa banyak peluang yang baik untuk kita? Itu juga menjadi catatan dirikita dalam melangkah dan ber-evaluasi. Apakah peluang yang selama ini ada belum kita maksimalkan? Coba hitung berapa peluangnya.
4. ancaman (threats) yang dapat mempengaruhi diri kita.
Ancaman apa sajakah yang bakal menghadang diri kita? Itu juga perlu dianalisa. Apakah ancaman itu bisa kita subah menjadi suatu tantangan yang dapat ditaklukkan? Atau minimal kita tahu bahaya atau sebuah resiko untuk diri kita berhati-hati dalam melangkah.

Dengan menganalisis kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang di ada, serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang harus di hadapi, maka diri kita menentukan strategi agar dapat mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri secara optimal.

Mencari Identitas Diri
Berikutnya kita akan mencari tahu untuk mencapai kondisi diri yang benar, dimana posisi diri kita pada saat melatih pemahaman. Dalam hal ini dikenal empat jendela diri, dimana seseorang berada dalam penilaian, adakalanya posisi tersebut dapat membantu bagi kita untuk melangkah lebih lanjut, empat quadran jendela yang dimaksud dikenal dengan Johari Windows;
Quadran Johari Windows
Kita Tahu
Orang Lain Tahu Kita Tahu
Orang Lain Tidak Tahu
Orang Tahu
Kita Tidak Tahu Orang Tidak Tahu
Kita Tidak Tahu

• Kita tahu, orang lain tahu. Jendela yang memerlihatkan Posisi dimana diri kita tahu siapa diri kita dan mengerti apa yang kita bisa serta apa kemampuan kita. Begitu juga dengan orang lain mampu memahami dan tahu dengan tingkah laku dan kemampuan kita.
• Kita tahu, orang lain tidak tahu. jendela yang memerlihatkan diri, dimana kita tahu siapa kita, namun orang lain tak mengetahuinya. Seakan berada dalam tabir yang tak dapat terlihat oleh orang lain terhadap apa yang kita punyai, meskipun kita memahami tapi orang lain tidak.

• Orang tahu, kita tidak tahu. jendela yang memerlihatkan diri pada orang lain, siapa kita dan apa yang kita miliki, namun uniknya diri kita sendiri tidak tahu apa yang kita miliki.

• Orang tidak tahu, kita tidak tahu. Jendela yang memerlihatkan diri yang semu tanpa sesuatu yang dapat dipahami dan diketahui oleh orang lain, begitu juga dengan diri kita sendiri tidak paham dengan apa yang terjadi dan yang kita miliki.

Saat kita sudah mengetahui siapa dan apa yang kita miliki dalam diri, proses berikutnya adalah pengembangan kemampuan dan upaya-upaya untuk menutupi kelemahan. Pada dasarnya kelemahan adalah sikap kita terhadap kekurangan yang kita miliki, jika saja kita mampu mengubah kekurangan itu menjadi satu kekuatan untuk bergerak ke bagian level yang lebih baik, maka akan lebih mudah mematangkan