Minggu, 04 Juli 2010

Unsur-unsur Prosa Fiksi

Unsur-unsur Prosa Fiksi
Unsur-unsur yang terdapat pada cerpen atau prosa fiksi yaitu :

a. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur yang mendukung dari dalam tubuh cerita tersebut. Bagian-bagian unsur interinsik antara lain, :

1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.
2. Amanat :
Yaitu pesan atau amanat yang ingin di sampaikan pengarang dalam bentuk tulisan.
3. Alur atau plot :
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu atau sambung sinambungnya suatu cerita, dimana tidak hanya menjelaskan kenapa hal itu terjadi, tetapi juga menjelaskan bagaimana hal itu terjadi.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca.
2. Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca.
3. Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan campuran keduanya.
sifat plot ada kalanya:
1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita.
3. Campuran keduanya.

4. Penokohan :
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
2. Tempat tokoh tersebut berada
3. Benda-benda di sekitar tokoh
4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
5. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang

5. Latar atau setting :
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.

6. Sudut Pandang Pengarang :
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudut pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.

Ada 4 macam sudut pandang dalam bercerita :
1. Sudut pandang dari Yang Maha Kuasa : Pengarang seolah–olah maha tau, pengarang ini menggambarkan semua tingkah laku para tokoh dan juga mengerti apa yang dikerjakan oleh tokoh.
2. Sudut pandang dari Orang pertama : Pengarang menggunakan gaya aku dalam bercerita, sipengarang disini tidak tidak mewakili dari pribadinya tetapi seluruh ceritanya itu tergantung pada watak tokoh aku.
3. Sudut pandang dari Orang ketiga atau peninjau : seorang pengarang menggunakan gaya dia dalam bercerita, sudut pandang ini gabungan dari Yang Maha Kuasa dan Aku yang dapat melukiskan jiwa dia tapi tidak dapat melukiskan yang lain.
4. Sudut pandang Objektif : Pengarang bertindak seperti dalam sudut pandang Yang Maha Kuasa, tetapi pengarang tidak sampai menuliskan bathin tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.

7. Diksi,Pilihan Kata, Gaya Bahasa :
Yaitu cara khas pengungkapan seseorang, hal ini tercermin dalam pengarang memilih kata-kata, tema, dan memandang persoalan.
Gaya Bahasa ada 2:
1. Gaya pengarang dalam bercerita
Gaya pengarang dalam bercerita biasanya menggunakan sudut pandang yang sudah dijelaskan didepan tadi.
2. Gaya Bahasa pengarang dalam bercerita.
Gaya bahasa pengarang dalam bercerita diperlukan karena untuk memperkuat daya lukis agar tercapai efek yang dikehendaki. Biasanya pengarang menggunakan kata-kata khusus karena semakin umum istilah yang dipakai, semakin kabur gambaran cerita yang kita sajikan. Sebaliknya semakin khusussemakin hidup lukisan gambaran ceritanya. Makna- makna khusus tersebut terdapat pada bahasa yang menggunakan majas.

3 komentar:

  1. Masa sc cuma ini. .... kurg lngkp nc

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas saran anda materi dia atas merupakan materi presentasi, cakupan materi prosa fiksi memang sangat luas

      Hapus
  2. lumayan bagus penjelasannya, tapi sedikit kurang detail.

    BalasHapus