Rabu, 10 Oktober 2012

MATERI DAN PEMBAHASAN TENTANG PARAGRAF


 

PARAGRAF

A. Pengantar     
Di dalam sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang agak menjorok ke dalam. Bagian yang secara fisik sudah tampak dengan nyata karena adanya tanda menjorok itu disebut paragraf. Namun, hakikat paragraf itu sebenarnya tidak sesederhana itu. Paragraf dapat dikatakan seperti miniatur dari suatu karangan. Paragraf merupakan sebuah karangan dalam ukuran kecil atau mini. Syarat-syarat sebuah karangan ada pada paragraf. Memahami seluk beluk paragraf berarti juga memahami miniatur dari sebuah bangun yang disebut karangan. Terampil membangun paragraf berarti terampil pula membangun miniatur karangan dalam ukuran yang lazim. Hal ini berarti bahwa paragraf merupakan dasar utama bagi kegiatan karang-mengarang. Oleh karena itu, banyak hal yang mesti diperhatikan di dalam membangun sebuah paragraf. 
Untuk dapat memahami secara baik mengenai paragraf, kita perlu mengetahui batasan-batasan paragraf. Banyak pendapat mengenai pengertian dan batasan paragraf. Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah gagasan. Dengan kata lain, paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuknya.
                Dalam sebuah karangan/tulisan, paragraf mempunyai fungsi memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan satu topik atau tema dengan yang lain karena setiap paragraf hanya boleh mengandung satu unit pikiran. Paragraf juga memisahkan dan menegaskan pengertian secara wajar dan formal untuk memungkinkan pembaca berhenti lebih lama dari penghentian di akhir kalimat. Dengan penghentian yang lebih lama memungkinkan terjadinya pemusatan pikiran terhadap topik atau ide pokok yang diungkapkan paragraf. Ide pokok dalam paragraf berfungsi sebagai pengendali informasi yang diungkapkan melalui sejumlah kalimat.

1.  Kesatuan Paragraf
                 Salah satu kriteria paragraf yang baik adalah kesatuan. Kesatuan paragraf adalah keeratan hubungan makna antarkalimat dalam paragraf. Suatu paragraf dapat dikatakan mempunyai kesatuan jika hubungan antara unsur yang satu dan unsur yang lain saling terkait maknanya. Itulah sebabnya, sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan utama yang dilengkapi oleh beberapa gagasan penjelas atau pengembang.
                Kalimat-kalimat penjelas itu tentu saja harus mendukung kalimat utama agar tidak terdapat gagasan sam­pingan yang dimunculkan dalam sebuah paragraf. Antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya harus mengan­dung makna yang sejalan agar kesatuan paragraf benar-benar dapat terpenuhi. Contoh data yang memperlihatkan kesatuan paragraf adalah sebagai berikut.
                (1)          Awan di langit tampak hitam. Suasana sekeliling menjadi gelap. Kemudian angin bertiup meskipun hanya sebentar. Angin mulai reda, tetapi mendung menjadi-jadi. Tampaknya hujan akan turun. (Eps/SD/3/2006/67)       
                (2)          Berkemah itu sangat menyenangkan, baik perkemahan dalam rangka menyambut Hari Pramuka maupun perkemahan yang lain. Para anggota pramuka berkumpul bersama, menyanyi riang gembira pada malam hari, bergurau bersama kakak-kakak pembina, dan dapat menikmati segala macam keindahan di sekitar tempat berkemah. (TS/SD/3/2004/31)
                (3)            Banyak wisatawan dari pelosok dunia datang ke Bunaken. Mereka hendak menikmati keindahan panorama di dasar laut. Di taman laut Bunaken terdapat beribu-ribu jenis ikan warna-warni yang indah. Berjenis-jenis ikan itu  hidup bebas sekitar Pulau Bunaken. (TS/2004/98---99)
               
Pada contoh (1), kesatuan paragraf ditunjukkan oleh kalimat-kalimat pengembang yang mendukung gagasan utama. Pada contoh paragraf itu, gagasan utama terletak pada kalimat bagian akhir, yaitu tampaknya hujan akan turun.  Pada contoh (2), kesatuan paragraf ditunjukkan oleh adanya dukungan kalimat-kalimat penjelas terhadap gagasan utama yang terletak pada awal paragraf. Semua informasi dalam kalimat pengembang mendukung kalimat topiknya, yaitu  berkemah itu sangat menyenangkan. Contoh (3) juga menunjukkan sebuah  paragraf yang mengandung kesatuan. Gagasan utama, banyak wisatawan dari pelosok dunia datang ke Bunaken, diperjelas oleh kalimat-kalimat pengembang. Semua informasi tambahan mendukung informasi dalam gagasan utama. Pengembangan gagasan utama dengan kalimat-kalimat penjelas semacam itu mengakibatkan kesatuan paragraf karena semua kalimat mendukung gagasan itu.
                Paragraf yang menunjukkan tidak adanya kesatuan antara lain adalah gagasan utama tidak dikembangkan, kalimat penjelas tidak berkaitan dengan gagasan utama, dan terdapat lebih dari satu gagasan utama. Berikut ini merupakan uraian dari masing-masing kasus itu.

a. Gagasan Utama Tidak Dikembangkan
                Sebuah paragraf harus hanya mengandung satu gagasan utama. Gagasan utama itu harus dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas agar informasi yang ingin disampaikan di dalam paragraf itu jelas dan lengkap. Namun, masih sering kita lihat paragraf-paragraf yang tidak berkembang karena hanya ada gagasan utama tanpa kalimat-kalimat penjelas sebagai pengembangnya. Contoh paragraf yang semacam itu dijumpai dalam data berikut ini.

                             Banyaknya ancaman dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bisa menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.

                Paragraf pada contoh di atas hanya berupa satu kalimat yang tidak dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Informasi mengenai “bentuk ancaman itu seperti apa” dan “pihak mana yang tidak bertanggung jawab” tidak dijelaskan secara lengkap. Bentuk kerugian yang muncul pun tidak diuraikan. Akibatnya, informasi di dalam paragraf ini tidak jelas dan tidak lengkap.

b. Kalimat Penjelas Tidak Berkaitan dengan Gagasan Utama
                Paragraf yang baik memang harus mengandung satu gagasan utama yang dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Namun, kalimat-kalimat penjelas itu harus berhubungan dan mendukung gagasan utama. Kalimat penjelas tidak boleh menyimpang dari ide pokoknya agar informasi yang terdapat di dalam suatu paragraf jelas dan tidak bias.
                Penyimpangan yang seringkali muncul adalah adanya kalimat penjelas yang tidak berkaitan sama sekali dengan gagasan utama. Adapula kalimat penjelas yang berkaitan, tetapi tidak secara langsung. Contoh data berikut ini memperlihatkan adanya penyimpangan itu.

               Itulah sebabnya bangsa lain ingin menyaksikan dan berkunjung ke Indonesia. Contohnya pulau Bali yang sampai saat ini masih menjadi primadona turis-turis dari mancanegara. Kedatangan turis-turis dari mancanegara dari tahun ke tahun selalu meningkat. Seperti turis dari Australia, Singapura, Jepang, Amerika dan masih banyak lagi turis dari Negara yang belum disebutkan.

                Dalam paragraf tersebut kalimat 3 dan 4 bukan penje­las ga­gasan uta­­ma. Bahkan, kalimat 3 dapat menjadi kalimat topik tersendiri. Yang diperlukan dalam paragraf itu adalah kalimat-kalimat pengembang yang menjelaskan mengapa bangsa lain ingin menyaksikan dan berkunjung ke Indonesia. Tanpa adanya penjelasan, informasi paragraf itu menjadi kurang lengkap dan kurang tuntas.

c. Terdapat Lebih dari Satu Gagasan Utama
                Sebuah paragraf harus hanya mengandung satu gagasan utama. Jika di dalam satu paragraf terdapat lebih dari satu ide pokok, paragraf itu harus dipisah menjadi beberapa paragraf bergantung pada jumlah ide pokoknya. Pemisahan paragraf itu dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap paragraf itu. Dalam kenyataan sehari-hari masih sering kita jumpai adanya penyimpangan, yaitu adanya lebih dari satu gagasan utama di dalam sebuah paragraf. Contohnya adalah berikut ini.
Wisatawan sangat menguntungkan untuk suatu Negara, di Indonesia jumlah wisatawan mengalami turun naik yang datang di Indonesia, terutama untuk wisatawan mancanegara. Pada tahun 1997 wisatawan mancanegara mencapai 5.185.243 orang pada tahun berikut 1998 mengalami penurunan begitu pula pada tahun 1999. pada tahun 2000 dunia pariwisata mulai menggembirakan dengan jumlah wisatawan mengalami peningkatan. Dengan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia akan mempengaruhi jumlah devisa yang masuk ke kas Negara Indonesia.

Dalam paragraf itu terdapat dua gagasan utama yang termuat dalam satu kalimat. Kedua gagasan utama itu ialah wisatawan sangat menguntungkan suatu negara dan jumlah wisatawan yang datang di Indonesia mengalami turun naik. Dari kedua gagasan utama itu, hanya satu yang dikembangkan dengan kalimat penjelas, yaitu Wisatawan sangat menguntungkan untuk suatu Negara dan jumlah wisatawan yang datang di Indonesia mengalami turun naik.
                Cara yang terbaik untuk mengefektifkan paragraf itu adalah dengan memisahkan kedua gagasan utama itu menjadi dua paragraf yang berbeda. Gagasan utama pertama, yaitu wisatawan sangat menguntungkan untuk suatu negara, dapat dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Keuntungan seperti apa yang diperoleh suatu negara perlu dijelaskan dengan tuntas agar informasi paragraf itu menjadi lengkap. Dengan cara itu, paragraf menjadi lebih baik.

2. Kepaduan
                Kepaduan mengacu kepada cara merangkai kalimat untuk menjamin pengembangan proposisi dalam membentuk sebuah teks. Rangkaian kalimat itu tersusun dengan baik berkat digunakannya alat-alat kebahasaan yang sesuai. Dengan kata lain, kepaduan suatu teks merupakan pengorganisasian kalimat-kalimat menjadi sebuah wacana tulisan yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan satu sama lain dengan menggunakan alat kebahasaan secara tepat. Ada dua kepaduan, yaitu kepaduan informasi atau kepaduan di bidang makna yang sering disebut koherensi dan kepaduan bentuk yang disebut kohesi, yang lebih menitikbe­ratkan pada hubungan antarkalimat.
Suatu wacana dikatakan kohesif apabila hubungan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam wacana tersebut serasi sehingga tercipta suatu pengertian yang apik atau koheren. Kepaduan suatu wacana dalam sebuah paragraf sangat ditentukan oleh pemakaian alat kohesi. Dengan alat kohesi itu sebuah wacana dapat menjadi koheren. Untaian kalimat-kalimat yang membangun paragraf dapat disusun dengan peranti yang namanya alat kohesi itu.
Kepaduan ditandai oleh pemarkah-pemarkah yang menghubungkan apa yang dikatakan dengan apa yang telah dinyatakan dalam wacana itu. Kepaduan paragraf dibangun dengan memperhatikan unsur kebahasaan yang digambarkan dengan a) repetisi/pengulangan kata kunci, b) kata ganti, dan c) kata transisi atau ungkapan penghubung serta perincian dan urutan paragraf.

a)      Repetisi
                    Kepaduan suatu paragraf dapat dicapai melalui repetisi, yaitu dengan mengulang informasi yang dianggap penting. Pengulangan yang dilakukan di sini tidak berarti suatu pemborosan kata, tetapi lebih menekankan aspek pemfokusan. Contoh model pengembangan  paragraf dengan repetisi adalah sebagai berikut.

                Di seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan yang sama. Manusia memerlukan udara segar dan air  yang bersih. Manusia juga memerlukan tanah yang sehat dan aman untuk bercocok tanam. Semua itu telah tersedia di bumi kita yang kaya ini. Namun, mengapa semua itu sekarang sulit kita dapatkan? (Yd/SD/3/2004/33)



b) Kata Ganti
Kata ganti merupakan salah satu peranti kohesi yang sangat sering digunakan untuk membuat paragraph yang kohesif. Contoh model pengembangan  paragraf dengan kata ganti ini adalah sebagai berikut.
                (1)      Banyak wisatawan dari pelosok dunia datang ke Bunaken. Mereka hendak menikmati keindahan panorama di dasar laut. Di taman laut Bunaken terdapat beribu-ribu jenis ikan warna-warni yang indah. Berjenis-jenis ikan itu  hidup bebas sekitar Pulau Bunaken. (TS/2004/98---99)

Pada contoh (1) kata mereka menggantikan banyak wisatawan. Kata ganti persona mereka meru­pakan bentuk kata ganti jamak. Pemilihan kata ganti jamak itu sudah sesuai dengan konteksnya, yaitu banyak wisatawan. Dengan meng­gunakan kata ganti itu, paragraf menjadi lebih kohesif. Kepaduannya hubungan antarunsurnya pun tidak berkurang. Kata ganti penunjuk itu dan tersebut seperti contoh di bawah ini juga menjadikan paragraf itu kohesif.

(2)    Zaman purba dahulu, isi bumi masih lengkap. Belum ada jenis hewan dan tumbuhan yang punah. Pada zaman itu manusia mencari makan dengan mudah. Dengan peralatan sederhana berburu di hutan. Mereka tidak tamak asalkan cukup untuk makan sehari. (TS/2004/129—130)
(3)    Jika bintik putih merapat ke kulit, kulit bunglon tersebut akan tampak berubah lebih muda. Jika bintik hitam merapat ke kulit, kulit bunglon akan berubah menjadi lebih gelap. (TS/2004/133-134)

c) Kata transisi
Kata ini diperlukan untuk menciptakan hubungan yang kohesif antara kalimat yang satu dan kalimat lain dalam paragraf itu. Pemilihan kata transisi tentu harus disesuaikan dengan jenis hubungan yang dikaitkan. Kata transisi yang biasa digunakan sebagai alat kohesi dalam karangan antara lain adalah 1) hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya: lebih lagi, tambahan (pula), selanjutnya, di samping itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga); 2) hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebutkan terlebih dahulu: tetapi, namun, bagaimanapun juga, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun; 3) hubungan yang menyatakan perbandingan: sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana halnya; 4) hubungan yang menyatakan akibat atau hasil: sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, maka, akibatnya; 5) hubungan yang menyatakan tujuan: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, supaya; 6) hubungan yang menyatakan singkatan, contoh, identifikasi: singkatnya, ringkasnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya; 7) hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian; 8) hubungan yang menyatakan tempat: di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.

3. Kelengkapan Paragraf
                Paragraf pada dasarnya merupakan sebuah miniatur karangan. Sebagai miniatur karangan, paragraf tentu harus memenuhi syarat sebuah karangan yang salah satunya adalah unsur kelengkapan. Paragraf dapat dikatakan memenuhi unsur kelengkapan ini jika membicarakan seluk-beluk kalimat topik secara terperinci. Paragraf dikatakan tidak lengkap jika kalimat topiknya tidak dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas.
Aspek kelengkapan ini sering disebut pula dengan ketuntasan. Paragraf yang dianggap tuntas adalah paragraf yang di dalamnya sudah tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama. Hal ini berarti bahwa paragraf harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bertanya-tanya tentang maksud penulis. Paragraf dianggap tuntas jika sudah mengandung informasi yang lengkap mengenai isi paragraf itu. Kelengkapan paragraf dapat diwujudkan dengan mengembangkan gagasan utama yang dikemas dalam kalimat topik secara lengkap. Informasi yang terkandung di dalam kalimat topik harus didukung oleh informasi lain agar pembaca dapat memahami apa yang dimaksud penulis.

4. Keruntutan
Yang disebut prinsip keruntutan pada dasarnya adalah menyajikan informasi secara urut, tidak melompat-lompat sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Urutan penyajian informasi dalam paragraf yang baik mengikuti tata urutan tertentu. Ada beberapa model urutan penyajian informasi dalam paragraf dan masing-masing model atau pola mempunyai kelebihannya masing-masing.
                Keruntutan gagasan disajikan dengan cara yang sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin disampaikan. Keruntutan penyajian gagasan antara lain dapat dicapai dengan pola urutan seperti berikut ini.
a.       Pola urutan waktu: penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari awal peristiwa hingga akhir atau sebaliknya;
b.      Pola urutan tingkat: penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari yang terendah hingga tertinggi, dari yang terkecil hingga yang terbesar, atau sebaliknya;
c.       Pola urutan apresiatif (tujuannya memberikan penghargaan dengan menunjukkan kelebihan dan kekurangannya): penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari yang baik ke yang buruk, dari untung ke rugi, dari yang salah ke yang benar, atau sebaliknya;
d.      Pola urutan tempat: penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu tempat ke tempat lainnya, dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan, atau sebaliknya;
e.      Pola urutan klimaks: penulis mengungkapkan gagasannya dengan intensitas yang semakin menaik. Gagasannya dimulai dari sesuatu yang kurang intans hingga yang paling intens;
f.        Pola urutan antiklimaks: penulis mengungkapkan gagasannya dengan intensitas yang semakin menurun. Gagasannya dimulai dari sesuatu yang paling intens hingga yang kurang intens;
g.       Pola urutan khusus-umum: penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari hal-hal yang bersifat khusus hingga yang bersifat umum;
h.      Pola urutan sebab-akibat: penulis mengungkapkan gagasannya dengan menempatkan pernyataan diikuti akibat atau efek dari pernyataan itu;
i.        Pola urutan tanya-jawab: penulis mengungkapkan gagasannya dengan cara mengemasnya dalam bentuk pertanyaan. Jawaban  atas pertanyaan itu merupakan kalimat-kalimat pengembang.

Dari uraian itu dapat dikatakan bahwa sebuah karangan yang dianggap runtut adalah karangan yang di dalamnya terdapat uraian yang sistematis, baik yang dimulai dari sesuatu yang negatif ke arah positif maupun sebaliknya. Contoh:
Mula-mula pukul 6.30 ketika lalu lintas mulai padat kira-kira belasan pemuda dari Kampung Mekarjaya berkumpul di depan rumah pabrik itu. Sesaat kemudian berdatanganlah warga sekitar parik itu dari segala penjuru kampung dengan membawa kain rentang berisi slogan-slogan bernada protes. Puncaknya kira-kira pukul 9.15 ketika polisi datang ke tempat itu dan berusaha menenangkan para pendemo. Akan tetapi, tampaknya mereka justru merasa diancam oleh campur tangan polisi itu. Kemarahan mereka memuncak hingga kira-kira pukul 10.35 mereka mulai melemparkan bom molotov  ke pabrik itu.

Pada contoh di atas keruntutan ditandai oleh kata-kata seperti  mula-mula, pukul 6.30, sesaat kemudian,  kira-kira pukul 9.15, dan kira-kira pukul 10.35. Urutan waktu kejadian terentang sejak pukul 6.30 hingga 10.35.

B. Jenis dan Pola Pengembangan Paragraf
                Paragraf yang disusun itu mempunyai jenis yang bervariasi yang dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain berdasarkan beradsarkan pola pernalaran dan berdasarkan gaya atau corak isi paragraf.

1. Jenis Paragraf Berdasarkan Pola Pernalaran
                Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menuangkan gagasannya dalam sebuah karangan ilmiah atau tulisan lain­nya. Namun, paling tidak ada kriteria cara penuangan gagasan itu. Dalam setiap karangan ilmiah, seluruh gagasan  itu pas­ti ada yang menjadi gagasan pokok atau utamanya, sedangkan gagasan lainnya merupakan penjelas. Dalam menuangkan gagasan itu, kita harus memperhatikan pola pernalaran. Berdasarkan pola pernalaran itu, paragraf dapat dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, dan menyebar.

a. Paragraf Deduktif
                Dalam paragraf deduktif penyajiannya dimulai dengan menampilkan pernyataan yang umum ke yang khusus. Paragraf deduktif ini menempatkan gagasan utama dalam kalimat topik pada bagian awal paragraf. Kalimat utama itu kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Dalam hidup ini kita mengalami berbagai peristiwa. Ada peristiwa yang menyenangkan, menyedihkan, menge­sankan, atau mengharukan. Hiburlah temanmu yang menga­lami peristiwa menyedihkan. Sebisa mungkin, ban­tulah temanmu yang terkena musibah. Sebaliknya, ikutlah berbahagia jika temanmu mengalami peristiwa yang menyenangkan atau menggembirakan. (Yd/SD/3-/2004/56)

b. Paragraf Induktif
                Struktur paragraf dengan metode induktif adalah keba­likan dari paragraf deduktif. Kalimat utama dalam paragraf ini ditempatkan pada bagian akhir paragraf. Pola pernalaran paragraf ini diawali oleh hal-hal yang bersifat khusus ke yang bersifat umum. Dengan kata lain, paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat utama yang sekaligus juga merupakan simpulan dari penjelasan sebelumnya. Contoh:
Ibu rajin menanam berbagai tumbuhan. Kata Ibu, warga di lingkungan sekitar mereka sepakat melakukan gerakan penghijauan. Artinya, masing-masing wajib menanami halaman rumahnya dengan tumbuhan. Di sepanjang jalan raya juga ditanami pepohonan yang rindang, seperti flamboyan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara. (Yd/SD/3/2004/19)

Berbeda dengan paragraf yang berpola deduktif, paragraf induktif menempatkan gagasan utama pada kalimat terakhir. Pada contoh itu, gagasan utama diletakkan dalam kalimat terakhir, yaitu hal itu dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara.

c. Paragraf Deduktif-Induktif
                Paragraf Deduktif-Induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terdapat pada bagian awal dan diulang lagi pada bagian akhir paragraf. Pola pernalaran dalam paragraf ini diawali oleh pernyataan yang bersifat umum kemudian ke khusus dan kembali lagi ke yang umum. Contoh:
                Pencemaran udara, air, dan tanah saling berhubungan. Asap pabrik dan asap kendaraan mencemari udara. Polusi udara tertiup ke berbagai tempat. Hujan membawa polusi ke dalam air dan tanah. Saluran air dan sungai sering tercemar oleh sampah. Pupuk buatan untuk pertanian dapat merusak tanah. Tanaman disemprot dengan pestisida untuk membunuh hama. Namun, pestisida meracuni binatang dan manusia. Hujan mengalirkan pestisida dan pupuk dari tanah ke sungai. Akibatnya, air juga terkena polusi. Jadi, semua polusi saling berkaitan. (Yd/SD/3/2004/33)

                Pada bagian terdahulu dikatakan bahwa paragraf yang baik hanya mengandung satu gagasan utama. Dalam paragraf di atas ada dua gagasan utama, yaitu terdapat pada bagian awal dan akhir. Namun, jika dicermati secara saksama, gagasan yang terdapat pada paragraf itu hanya satu. Gagasan utama yang diletakkan pada bagian akhir paragraf itu hanya merupakan pengulangan dari yang ada pada bagian awal. Gagasan utama paragraf itu adalah pencemaran udara, air, dan tanah saling berhubungan yang diulang dengan format pilihan kata yang agak berbeda pada bagia akhir, yaitu semua polusi saling berkaitan.

d. Gagasan Utama Menyebar
                Pengembangan paragraf, di samping dilakukan dengan pola pernalaran seperti yang telah diuraikan di atas, juga dapat dilakukan dengan pola menyebar. Artinya, gagasan utama dituangkan ke dalam setiap kalimat yang membangun paragraf. Contoh:
Seminggu sudah berlalu, tetapi Mbak Sumi belum juga datang. Selama itu, ayah da ibu membagi tugas harian pada seluruh anggota keluarga. Tentu saja Rahmi merasakan betapa repot dirinya setiap hari. Ia yang terbiasa dilayani Mbak Sumi kini harus mengerjakan semuanya sendiri. Tak jarang Rahmi kesal ketika sedang menyiapkan keperluan sekolah, tiba-tiba ibu menyuruhnya untuk membeli sesuatu. Menyebalkan batin Rahmi. (Yd/SD/3/2004/73)


2. Jenis Paragraf Berdasarkan Gaya atau Corak

1)       Paragraf Argumentasi (bahasan)
         Penulis berusaha meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar menerima gagasannya. Caranya adalah dengan mengajukan bukti-bukti, menyajikan data, dan memberi argumentasi berdasarkan hasil pernalaran yang mendukung gagasannya. Paragraf ini biasanya menggunakan kata-kata seperti terbukti, buktinya, contohnya, akibatnya, dan misalnya. Contoh:

Kedisiplinan lalu lintas masyarakat di Jakarta cenderung menurun. Hal itu terbukti pada bertambahnya jumlah pelanggaranya yang tercatat di kepolisian. Selain itu, jumlah  kurban yang meninggal akibat kecelakaan pun juga semakin meningkat. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat tentang kedisiplinan berlalu lintasperlu ditingkatkan.

2)       Paragraf Eksposisi (paparan)
         Paragraf ini berusaha memberikan tambahan informasi atau pengetahuan kepapa pembaca mengenai sessuatu yang disajikan secara akurat. Tulisan dengan corak ini bersifat tidak memihak (netral) dan tidak berusaha mempengaruhi pembaca. Informasi dalam paragraf ini biasanya merupakan jawaban atas pertanyaan tentan apa, bagaimana, mengapa, dan kapan. Paragraf ini biasanya menggunakan kata-kata seperti merupakan, adalah, terdiri atas, terbuat dari, dan mengandung. Contoh:

                      Neozep Cold Tablet mengandung bahan-bahan yang secara klinis terbukti mempunyai khasiat tinggi dan efektif unt mengatasi flu dan sinusitis, sekaligus bersifat analegetik-antipiretik dan dekongestan-antihistanin. Obat ini mempunyai efek sinergistik denilpropanolamina HCL, Vasokontritor Simpatomimetik yg dianggap terbaik saai ini, dan Klofenimarine maleat, ….
         
3)       Paragraf Deskripsi (pemerian)
          Paragraf ini menggambarkan suatu objek sejelas-jelasnya. Pembaca dikondisikan seolah-olah berada dalam satu ruangan yang dapat merasakan, mendengar, melihat, dan mengenali setiap sudut ruangan itu secara mendetail. Paragraf ini menggunakan dimensi ruang dengan memanfaatkan kata-kata seperti sebelah kiri, sebelah kanan, bagian atas, bagian belakang.       Contoh:
                       
                        Sebuah mobil bercat biru  meluncur dengan pelan. Jalanan sudah sangat sepi. Sesekali saja ada truk yang lewat. Udara sangat lembab dan basah.  Becek-becek bekas hujan yang menderas menjelang magrib tadi masih tampak. Gemerlap bintik-bintik air di daun kenari terkena sinar lampu. Di langit bulan kuning remang-remang tersaput mendung tipis.

4)       Paragraf Narasi (Kisahan)
         Paragraf ini ingin memberi tahu pembaca mengenai sesuatu yang dialami penulis. Caranya adalah dengan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Paragraf ini menggunakan dimensi waktu dengan pola pengembangan secara kronologi dengan bantuan kata-kata seperti mula-mula, pertama-tama, kemudian, lalu, sesudah itu, akhirnya, dan selanjutnya. Contoh:
                        
                         Sore itu kami pergi ke rumah Puspa. Sopir kusuruh memarkir mobil. Kemudian, kami memasuki gang kecil. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di sebuah rumah yg sederhana seperti rumah-rumah di sekitarnya. Pintu rumah yg sederhana itu terbuka pelan. Seorang gadis berlari dan memelukku. Gadis itu tiba-tiba pingsan dan terkulai lemas dalam pelukanku.



3. Pengembangan Paragraf
                Paragraf akan baik jika ide pokok dikembangkan secara lengkap dan dipahami. Pengembangan para­graf dilakukan untuk merinci secara cermat gagasan utama yang terkandung dalam kalimat topik. Dalam perincian itu terangkai sejumlah informasi yang terhimpun menurut kerangka dan tahapan tertentu. Dengan menuliskannya dalam kalimat-kalimat penjelas, informasi itu disampaikan secara logis, dijalin secara berurutan, dan ditautkan secara tertib. Untuk itu, dibuatlah berbagai pola pengembangan paragraf.

1) Pengembangan Paragraf dengan Kronologi
                Pengembangan paragraf secara kronologi atau alamiah di­susun menurut susunan waktu. Pengem­bangan paragraf secara kronologi ini pada umumnya dipakai dalam paragraf kisahan (naratif) dengan mengem­bangkan setiap bagian dalam proses. Pengembangan itu dila­kukan dengan meme­rikan suatu peristiwa, membuat atau mela­kukan sesuatu secara berurutan, selangkah demi selangkah, menurut perturutan waktu.
                Susunan itu dapat dikatakan sangat sederhana karena rincian bahan karangan dilakukan secara berurutan atau kronologis. Sering terjadi bahwa peristiwa pertama tidak begitu penting dan menarik sampai seluruh rangkaian peris­tiwa berkembang. Di samping itu, susunan logis mengikuti jalan pikiran bahwa penempatan suatu di belakang memberikan tekanan yang paling banyak. Sejalan dengan itu, rincian tulisan diatur, semakin ke bawah semakin memberikan kesan penting yaitu mulai kurang penting/menarik sampai ke ba­gian‑bagian yang paling menarik pada akhir tulisan. Sepe­rangkat kata dapat digunakan sebagai penanda perturutan waktu itu, seperti pertama-tama, mula-mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, dan akhirnya. Contoh:
               
                Pertama-tama Rima menghaluskan biscuit itu. Lalu, Rima mencampur sedikit mentega dan susu kental manis ke dalam biscuit sehingga menjadi adonan yang dapat dibentuk. Nah, tinggal dibentuk bulat-bulat sekarang. Hmm, Rima berpikir panjang sambil mengerutkan kening. Ya, bagian luar bulatan-bulatan ini akan aku taburi butiran cokelat yang biasa untuk roti. Agar praktis, bola-bola biscuit itu tak perlu dipanggang, cukup dimasukkan ke dalam lemari es. (Yd/SD/3/2004/93)


2) Pengembangan Paragraf dengan Ilustrasi
                Pengembangan paragraf dengan ilustrasi digunakan dalam paragraf paparan (ekspositoris) untuk menyajikan suatu gambaran umum atau khusus tentang suatu prinsip atau konsep yang dianggap belum dipahami oleh pembaca. Pengembangan paragraf ini biasa digunakan oleh penulis yang ingin memaparkan sesuatu yang dilihatnya.
                Pemaparannya disajikan mengikuti kesan demi kesan  yang ditangkap oleh indera penglihatannya. Dengan mengambil pada posisi tertentu, pemaparan dimulai secara berurutan dari benda yang terdekat ke benda yang lebih jauh/dalam letaknya, dari satu ruang ke ruang lainnya. Kesinambungan antarbagian yang dipaparkan harus terjaga agar isi paragraf dapat dipahami dan diikuti oleh pembaca.  Contoh:

                  Dari rumah Dinda kami menyusuri Jalan Flamboyan. Kami melewati pertokoan dan terus berjalan ke arah timur. Sampai di pertigaan, kami melihat pos polisi di sudut jalan di sebelah kanan. Kami berjalan ke arah utara menyusuri Jalan Teratai. Di perempatan jalan kami berbelok ke barat. Kami sampai di Jalan Soka. Kami melewati rumah Anton di sebelah kanan jalan. Tidak berapa lama kami sampai di pertigaan menuju Jalan Kenanga. Setelah pertigaan itulah terletak toko buku “Ghalia”. Toko itu terletak di sebelah kanan jalan berseberangan dengan kantor pos. Kami segera menyeberang dan memasuki toko buku itu. (Yd/SD/3/2004/43)

3) Pengembangan Paragraf dengan Definisi
                Pengembangan paragraf ini digunakan apabila seorang penulis bermaksud menjelaskan suatu istilah yang mengandung suatu konsep dengan tujuan agar pembaca memperoleh pengertian yang jelas dan mapan mengenai hal itu. Istilah dalam kalimat topik dikembangkan dan dijelaskan dalam kalimat penjelas. Untuk memberikan batasan yang menyeluruh tentang suatu istilah, kadang-kadang penulis menguraikannya panjang-lebar dalam beberapa buah kalimat, bahkan dapat mencapai beberapa buah paragraf. Dalam hal itu, prinsip kesatuan dan kepaduan dalam paragraf harus tetap terjaga.
                Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang‑kadang penulis terpaksa menguraikan suatu hal dengan beberapa ka­limat, bahkan beberapa paragraf. Definisi merupakan persya­ratan yang tepat mengenai arti suatu kata atau konsep. Definisi yang baik akan menunjukkan batasan‑batasan penger­tian suatu kata secara tepat dan jelas. Alasannya antara lain adalah sebagai berikut. Salah satu persyaratan dalam tulisan ilmiah ialah pemakaian kata‑kata secara konsisten, baik mengenai bentuk maupun maknanya. Untuk menjaga kon­sistensi itu perlu ditetapkan arti kata atau istilah yang ditulis. Menetapkan arti kata berarti membatasi pemakaian kata itu. Arti yang sudah ditetapkan itu disebut batasan kata yang lazim disebut definisi.
                Pikiran utama yang mengawali paragraf itu dikembangkan dengan memberikan definisi dari istilah inti dalam pikiran utama. Contoh:

                Telepon ialah alat yang dapat dipakai untuk bercakap-cakap antara dua orang yang berjauhan. Awalnya, telepon yang banyak dipakai adalah jenis telepon yang dihubungkan dengan jaringan perusahaan telekomunikasi lewat kabel. Telepon jenis ini  disebut telepon rumah. Artinya, telepon yang tidak dapat dibawa ke mana-mana, menetap di tempat kabel telepon itu terpasang. (Yd/SD/3/2004/26)

4) Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan dan Pertentangan
                Untuk menambah kejelasan paparan kadang‑kadang penulis berusaha membandingkan atau mempertentangkan. Penulis beru­saha menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua hal. Yang dapat dibandingkan atau dipertentangkan adalah dua hal yang tingkatnya sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
                Pengembangan paragraf dengan pembandingan digunakan untuk membandingkan dua unsur atau lebih yang dianggap sudah dikenal oleh pembaca, di satu pihak memiliki kesamaan, sedangkan di pihak lain mempunyai perbedaan. Pengembangan ini pada umumnya ditandai dengan kata-kata seperti, tetapi, namun, apalagi, berbeda dengan, lagiu pula, demikian pula, sedangkan, dan sementara itu.
                    Pengembangan paragraf dengan pertentangan bertolak dari adanya dua unsur atau lebih yang sama, tetapi menunjukkan ketakserupaan pada bagian-bagiannya. Bagian-bagian di antara keduanya kemungkinan besar sudah pasti berbeda jauh dan tidak sama. Misalnya, lengkeng dan duku. Keduanya adalah sama-sama buah, sama-sama manis, dan sama-sama berbentuk bulat. Akan tetapi, di antara keduanya mempunyai ketakse­rupaan yang jelas pada bagian-bagiannya. Kulit lengkeng berwarna cokelat berumpun dan daging buahnya menjadi satu dengan biji, sedangkan duku berwarna cokelat susu dan daging buahnya berbuku-buku. Contoh:

Pertunjukan ini biasanya ditutup dengan tari Keris yang melukiskan pemuda-pemuda desa. Pemuda-pemuda itu membantu barong menghadapi Rangda. Karena kesaktian Rangda, pemuda-pemuda yang bersenjatakan keris itu justru menusuk diri sendiri. Namun anehnya, tidak ada yang luka sebab penari-penari itu mendapat kekuatan gaib atau kekuatan yang tersembunyi. (TS/SD/3/2004/66—67)

5) Pengembangan Paragraf dengan Sebab-Akibat
                Dalam pengembangan ini hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat. Dalam pengembangan ini, suatu paragraf mungkin berupa satu sebab dengan banyak akibat atau banyak sebab dengan satu akibat. Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama dan akibat sebagai pikiran penjelas, atau dapat juga sebaliknya. Jika akibat sebagai pikiran utama, untuk dapat memahaminya perlu dikemukakan sejumlah penyebab sebagai rinciannya. Sebab-akibat sebagai pikiran utama dalam paragraf itu dapat ditem­patkan pada bagian permulaan atau bagian akhir. Pengembangan ini dipakai dalam tulisan ilmiah atau keteknikan untuk berbagai keperluan, antara lain, untuk (1) mengemukakan alasan yang masuk akal, (2) memerikan suatu proses, (3) me­ne­rangkan mengapa sesuatu terjadi demikian, dan (4) mera­malkan runtunan peristiwa yang akan datang. Contoh:
Minuman yang mengandung alkohol tinggi dapat membuat orang menjadi mabuk dan tidak dapat berpikir secara normal. Minuman alkohol memiliki dampak negatif terhadap saraf. Akibatnya, seo­rang pemabuk kurang dapat mengendalikan diri, secara fisik, sosial, dan pikologis. .... (KT/PT/S/E/L/PM)

6) Pengembangan Paragraf dengan Pembatas Satu Per Satu/Contoh
                Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya harus diuraikan dengan penjelasan. Agar dapat memberikan pen­jelasan kepada pembaca, ka­dang‑kadang penulis memerlukan contoh‑contoh yang konkret.
                Pengembangan paragraf dengan pembatas satu per satu atau contoh kalimat digunakan untuk dengan memberikan penjelasan kepada pembaca karena gagasan utama kalimat topik masih dianggap terlalu umum sifatnya. Dalam kalimat pen­jelas, gagasan utama dalam kalimat topik itu diuraikan dengan memberikan contoh-contoh konkret.
                Dalam pengembangan paragraf ini, pikiran utama dikem­bangkan dengan penjelas yang berupa contoh. Contoh itu kemudian diuraikan dengan berbagai keterangan yang dapat memperjelasnya. Dengan contoh yang diuraiakn dengan pen­jelas-penjelas itu pembaca dapat lebih mudah memahami isi paragraf itu. Sumber pengalaman sangat efektif untuk di­jadikan contoh.

                Dalam hidup sehari-hari kita perlu menyisihkan waktu untuk bermain dan  beristirahat. Kamu dapat melakukan apa saja seperti menonton televisi, membaca buku dan majalah, bermain laying-layang, bermain bulutangkis, atau apa pun sesuai kesukaanmu. Pilihlah hiburan yang sehat: sesuatu yang membawa manfaat dan tidak membahayakanmu. Lakukan pada waktu dan tempatnya. Saat belajar, belajarlah dengan sungguh-sungguh. Saat bermain, bermainlah dengan sepenuh hati. (Yd/SD/3/2004/85)


7) Pengembangan Paragraf dengan Repetisi (Perulangan)
                Pengembangan paragraf dengan pengulangan sering di­gunakan untuk mengingatkan kembali pada pokok gagasan dan menguatkan pokok bahasannya. Pokok bahasan yang dikemukakan pada awal paragraf diulangi pada akhir paragraf sebagai kesimpulan. Jadi, jika kata atau gugus kata pada sebuah kalimat diulang pada kalimat berikutnya, pembaca diingatkan kepada informasi yang pernah dibacanya.
                Dalam  pengembangn paragraf secara repetisi ini, sebuah pokok bahasan ditampilkan secara berulang pada kalimat berikutnya. Cara pengembangan dengan pengulangan ini juga dapat dimaksudkan untuk menekankan pokok persoalan atau pokok bahasan dalam paragraf itu.
                Perulangan adalah penyebutan kembali suatu unit lek­sikal yang sama yang telah disebut sebelumnya (Halliday dan Hasan, 1989:81). Perulangan dapat berupa perulangan kata, frasa, atau klausa. Di samping itu terdapat juga perulangan sebagian dan perulangan seluruhnya. Dalam perulangan itu, kemungkinan yang diulang adalah nomina atau verba, atau kategori kata lainnya.
               
                Di seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan yang sama. Manusia memerlukan udara segar dan air  yang bersih. Manusia juga memerlukan tanah yang sehat dan aman untuk bercocok tanam. Semua itu telah tersedia di bumi kita yang kaya ini. Namun, mengapa semua itu sekarang sulit kita dapatkan? (Yd/SD/3/2004/33)


8) Pengembangan Paragraf dengan Kombinasi
                Pengembangan paragraf juga dapat dilakukan dengan mengom­binasikan beberapa metode pengembangan. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan memadukan repetisi, terutama repetisi kata-kata kunci atau kata ganti dengan analogi. Pengembangan paragraf dengan kombinasi ini paling sering digunakan oleh penulis untuk menuangkan gagasan-gagasannya. Cara pengembangan ini memang paling mudah dilakukan.
Aku pernah mengalami peristiwa banjir di lingkunganku. Peristiwa itu terjadi setahun yang lalu. Hari itu aku bersiap-siap ke sekolah. Namun, hujan belum juga reda. Hujan sudah turun sejak kemarin sore tanpa henti. Itu hujan terlama setelah kemarau panjang. Sudah dua minggu hujan selalu turun setiap hari, tetapi tidak sederas dan selama malam itu. Aku segan untuk berangkat. Namun, ayah dan ibu sudah bersiap-siap ke kantor. Ayah akan mengan­tarkanku terlebih dahulu. (Yd/SD/3/2004/59)

                Pada contoh di atas, pengembangan paragraf dilakukan melalui kombinasi. Pada contoh itu pengembangan dilakukan dengan cara pemanfaatan kata ganti takrif itu pada peristiwa itu yang mengacu pada peristiwa banjir di lingkunganku. Pemakaian kata ganti takrif itu dikombinasi dengan penggunaan konjungsi adversatif yang menyatakan makna perlawanan.

2 komentar:

  1. Terimakasih ini sangat memebantu

    BalasHapus
  2. Terimakasih, materinya bagus dan polanya rapih.
    semoga dapat bermafaat untuk yang membutuhkan.

    BalasHapus