MEMAHAMI DAN PRAKTIK PENULISAN BERBAGAI
JENIS TEKS
(Fairul Zabadi, Pusat Pembinaan,
Badan Bahasa)
Apa itu teks?
1. Pengertian Teks dan Jenisnya
Teks merupakan satuan bahasa; dapat dimediakan secara tulis
atau lisan; ditata menurut struktur teks; mengungkapkan makna secara kontekstual (untuk
yang faktual), direkontekstualkan (untuk yang nonfaktual makna); dan bersifat
fungsional: teks mempunyai fungsi sosial atau tujuan sosial.
2.
Apakah teks sama
dengan genre?
Teks dibicarakan
dalam teori genre, dan genre didefinisikan sebagai “proses sosial yang
berorientasi pada tujuan yang dicapai secara bertahap” (Martin, 1992; Martin
& Rose, 2003). Secara luas, genre adalah proses sosial yang
melatarbelakangi lahirnya teks. Secara sempit, genre dimaknai sebagai jenis
teks.
Sebuah jenis teks
hanya dapat dimaknai dengan menggali konteks sosialnya, yang meliputi konteks
situasi dan konteks budaya. Dari sini dapat diungkapkan bahwa teks yang berbeda
mempunyai tujuan sosial yang berbeda.
JENIS-JENIS
TEKS:
1) Berdasarkan konteks penciptaan: teks faktual dan
teks nonfaktual.
Teks faktual: teks
yang diciptakan berdasarkan kenyataan. Teks faktual meliputi deskripsi,
laporan, rekon/cerita ulang, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi.
Teks nonfaktual: teks
yang diciptakan berdasarkan rekaan. Teks nonfaktual meliputi rekon, anekdot,
eksemplum, dan naratif.
2) Berdasarkan hubungan logikosematika: teks sederhana
(tunggal) dan teks kompleks (majemuk).
Teks sederhana/genre
mikro: teks yang berdiri sendiri secara tunggal sesuai dengan jenis-jenis di
atas
Teks makro/genre makro:
teks yang berwujud dalam campuran dari berbagai jenis: ( negosiasi, editorial,
iklan, brosur, surat, proposal, artikel ilmiah, dan pidato).
TEKS DALAM GIMM
1.
Teks Laporan Hasil Observasi
2.
Teks Deskripsi
3.
Teks Prosedur
4.
Teks Eksplanasi
5.
Teks Eksposisi
6.
Teks Narasi
7.
Teks Anekdot
8.
Biografi
9.
Negosiasi
10. Cerita Pendek
1)
TEKS LAPORAN (HASIL OBSERVASI)
Fungsi sosial: untuk membuat
klasifikasi mengenai sesuatu
Klasifikasi: kelas dan subkelas
Struktur teks: Pernyataan Umum dan Klasifikasi,
Bersifat
umum, universal,
Mengandung
hubungan semantis: hiponimi, kohiponimi untuk menyatakan hubungan antara kelas
dan subkelas,
Mengandung
banyak kelompok nomina dan verba (material)
Menggunakan konjungsi aditif (seperti dan, tetapi,
dan sedangkan),
Contoh:
Bunga
Pernyataan Umum (Definisi umum)
Semua tanaman bunga terdiri atas empat
organ penting: batang, akar, daun, dan bunga.
Klasifikasi (definisi bagian)
Batang merupakan bagian terpenting
pada tanaman bunga, baik pada tanaman keras maupun pada tanaman
perdu. Akar berada di bagian bawah batang dan biasanya tumbuh di
bawah tanah. Sebagian tanaman bunga mempunyai akar tunjang, dan
sebagian yang lain mempunyai akar serabut. Daun melekat
di ranting-ranting di samping batang. Sebagian tanaman berdaun panjang
dan tipis, sedangkan sebagian yang lain tebal dan bulat. Ada daun
tunggal, ada pula daun bercabang. Bunga terletak
di ujung ranting. Bunga mengandung organ reproduksi. Pada
sebagian besar tanaman, dalam satu bunga terdapat organ betina dan
organ jantan. Dalam tanaman yang lain organ betina dan organ
jantan ditemukan pada bunga yang berbeda.
|
Biota Laut
1 Biota
laut adalah seluruh makhluk hidup yang berkembang biak di laut. Biota laut yang
ada di perairan Indonesia merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang sangat
berlimpah. Biota laut itu di antaranya terumbu karang, ikan, dan
tumbuh-tumbuhan laut yang menjadi bagian
dari ekosistem laut (Definisi Umum)
2 Terumbu
karang di Taman Nasional Bunaken sangat banyak jenisnya. Terumbu karang ini
hidup di pantai atau daerah yang terkena cahaya matahari dan hidup di perairan
yang berada kurang lebih lima puluh meter di bawah permukaan laut dengan suhu
tertentu, serta di air jernih yang tidak terkena polusi. Di samping terumbu
karang, Taman Laut Bunaken juga dihuni beragam jenis ikan, seperti ikan kuda
gusumi, oci putih, lolosi ekor kuning, goropa. Ikan lain di laut Indonesia yang
sudah dijadikan industri, antara lain ikan tuna, tongkol, tenggiri, kerapu,
baronang (Definisi Bagian).
3 Di
samping terumbu karang dan ikan, laut Indonesia juga memiliki tumbuhan laut. Di Pulau Pari, Kabupaten
Kepulauan Seribu, misalnya dibudidayakan rumput laut dan penanaman bakau.
Rumput laut di sini sangat beragam bentuknya, ada yang bulat seperti tabung,
pipih dan gepeng, ada yang bulat seperti kantong, dan ada juga yang terurai
seperti rambut. Semua dapat hidup karena perawatannya dipantau secara berkala
untuk melihat perkembangannya. (Definisi Bagian)
4 Ketiga
biota laut tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti ikan dan
rumput laut bermanfaat bagi kesehatan karena banyak mengandung gizi. Terumbu karang itu juga berguna bagi ekologi
dan ekonomi. Di samping itu, biota laut Indonesia juga bermanfaat bagi
perkembangan pariwisata, seperti Raja Ampat di Papua, pulau Wangi-Wangi di
Sulawesi Tenggara, dan Bunaken di Menado. Keragaman biota laut ini juga
bermanfaat bagi lingkungan, terutama bakau yang telah menahan abrasi dari
besarnya hantaman gelombang dan ombak laut (Manfaat)
2) TEKS DESKRIPSI
Fungsi sosial: untuk menguraikan sesuatu secara
individual menurut ciri-ciri fisiknya.
Ciri-ciri teks deskripsi:
ditata dengan struktur teks: Pernyataan Umum dan
Bagian yang Dideskripsikan,
bersifat unik, individual
mengandung hubungan semantis: meronimi dan komeronimi
(hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian,
mengandung banyak kelompok nomina dan verba
menggunakan konjungsi (seperti dan, tetapi,
dan sedangkan),
menampilkan partisipan umum, bukan manusia.
Contoh:
Ruang Belajarku
Ruang
belajar adalah ruang pribadi, dan demikian pula milikku. Hanya aku
sendiri yang menggunakan ruang itu (Pernyataan Umum).
Ruang
belajarku luas, berukuran 4 meter x 4 meter. Lantainya bersih, terbuat dari
keramik. Dindingnya dicat biru, dan langit-langitnya dicat putih.
Di
siang hari, kamarku terang. Jendela dan pintunya menghadap ke kebun. Udara
segar langsung mengalir ke dalam. Suasananya selalu sejuk, dan nyaman untuk
belajar berlama-lama. Di malam hari, ruang belajarku tetap nyaman dan terang.
Lampu 100 watt yang tergantung di langit-langit itu cukup dapat menerangi
setiap sudut ruang. Ruang belajar yang nyaman merupakan surga bagiku (Bagian
yang Dideskripsikan)
|
3) TEKS PROSEDUR
Ciri-Ciri:
Fungsi sosial: untuk memberikan petunjuk mengenai cara
mengerjakan sesuatu. (petunjuk itu merupakan langkah-langkah yang harus
ditempuh agar pekerjaan itu dapat diselesaikan). Pada petunjuk pengerjaan
sesuatu atau pengoperasian sebuah alat, langkah-langkah yang dimaksud merupakan
langkah-langkah bersyarat, yaitu langkah-langkah yang terdahulu menentukan
langkah-langkah yang kemudian, sehingga apabila langkah-langkah itu tidak
ditempuh secara urut, barang yang dibuat itu tidak jadi atau alat yang
dioperasikan tersebut tidak dapat beroperasi.
Struktur:
ditata dengan struktur teks: Tujuan dan Langkah-langkah,
menggunakan verba material,
menggunakan imperatif untuk memberikan perintah atau
arahan kepada mitra bicara/pembaca (Kamu, Anda); apabila pihak yang diperintah
atau diarahkan tidak disebutkan, bentuk pasif cenderung digunakan,
memanfaatkan konjungsi seperti pertama, kedua,
sebelum, dan sesudah untuk mengatur urutan langkah yang tidak
dapat dibalik-balik,
menampilkan partisipan manusia.
Contoh:
Cara Memasak Mi Instan
Tujuan
Cara
memasak mi instan sangat sederhana.
Langkah-langkah
1. Rebus air sampai mendidih.
2. Masukkan mi ke dalam air mendidik itu, dan tunggulah
selama 3 menit.
3. Sambil menunggu, siapkan di dalam mangkok campuran
bumbu, minyak bumbu, dan bubuk cabe.
4. Tuangkan mi yang sudah masak itu ke dalam mangkok,
dan aduklah sampai campuran bumbu rata.
5. Mi instan siap disajikan.
|
4) TEKS EKSPLANASI
Ciri-Ciri:
Berhubungan
dengan rentetan peristiwa yang berhubungan secara logis
Fungsi sosial: untuk menjelaskan proses terjadinya
sesuatu menurut prinsip-prinsip sebab-akibat
Struktur:
ditata dengan struktur teks: Pernyataan Umum, Urutan Sebab-akibat (Deretan penjelas),
Interpretasi (pilihan)
menggunakan verba material dan relasional,
memanfaatkan bentuk aktif
menggunakan konjungsi temporal dan kausal, seperti ketika,
setelah, asalkan, karena, sehingga, dan oleh
sebab itu untuk menerangkan hubungan sebab-akibat,
memanfaatkan verba tertentu untuk menyatakan
sebab-akibat, seperti menyebabkan, mengakibatkan, membuat,
atau menghasilkan.
Contoh:
|
Tsunami
Kata “tsunami” berasal dari bahasa Jepang “tsu”yang berarti
‘pelabuhan’ dan “nami” yang berarti ‘gelombang’. Tsunami adalah
serangkaian gelombang yang terbentuk karena gempa atai letusan gunung berapi
di bawah laut atau didaratan dekat pantai. Gelombangnya yang besar
menyebabkan banjir dan kerusakan saat menghantam pantai. (Pernyataan Umum)
|
|
Tsunami tercipta saat permukaan dasar laut
bergerak naik turun (pergeseran lempeng di dasar laut) di sepanjang patahan
selama gempa terjadi. Patahannya
menyebabkan keseimbangan air menjadi terganggu. Semakin besar daerah patahan
yang terjadi, semakin besar pula tenaga gelombang yang di hasilkan. Selain
itu, tsunami juga tercipta karena meletusnya gunung berapi yang menyebabkan
pergerakan air di laut atau perairan sekitarnya sangat tinggi. Gelombang
tsunami yang terjadi di laut melaju
lebih cepat daripada gelombang normal.
Gelombang tersebut menyebar ke segala arah dengan ketinggian 30 sampai dengan
50 meter dan kecepatan sekitar 800
km/jam. Ketika gelombang tsunami memasuki air dangkal, kecepatannya akan
menurun dan ketinggiannya akan bertambah. Ketinggian gelombang itu juga bergantung pada bentuk pantai dan
kedalamannya.Gempa bumi yang tejadi di dasar laut sangat berpotensi
menimbulkan tsunami dan sangat berbahaya bagi manusia. (Sebab-akibat/Deretan penjelasan)
Kamu tidak perlu khawatir karena tidak semua
gempa dan letusan gunung berapi menyebabkan tsunami dan tidak semua tsunami
menimbulkan gelombang besar. Tsunami selalu menyebabkan kerusakan besar
bagi manusia. Kerusakan yang paling besar terjadi ketika gelombang besar
tsunami itu mengenai pemukiman manusia
sehingga menyeret apa saja yang dilaluinya. (Interpretasi)
|
|
|
Contoh:
Bagaimana
Binatang Dapat Punah?
Pernyataan Umum
Binatang tertentu menjadi langka dan
terancam punah sebagai akibat dari perubahan kondisi alam, perilaku binatang
pemangsa, dan perburuan yang dilakukan oleh manusia.
Urutan Sebab-Akibat
Pertumbuhan penduduk di bumi ini menimbulkan
bertambahnya permukiman, pabrik, perkantoran, dan lain-lain. Pembangunan
permukiman, pabrik, dan perkantoran itu dilakukan dengan memanfaatkan wilayah
hutan tempat berbagai jenis binatang hidup. Ketika hutan dirusak untuk
tujuan-tujuan tersebut, habitat atau wilayah tempat binatang-binatang itu
hidup akan berkurang. Hal itu menyebabkan ketersediaan pangan untuk
binatang-binatang itu berkurang. Perubahan kondisi alam yang demikian itu
menyebabkan kepunahan beberapa spesies binatang yang hidup di hutan tersebut.
Urutan Sebab-Akibat
Binatang pemangsa atau predator juga dapat
mengurangi jumlah spesies binatang tertentu. Jumlah binatang terus berkurang
karena binatang tertentu memangsa binatang yang lain. Dalam habitat yang
terus menyempit, persaingan hidup di antara berbagai jenis binatang menjadi
makin ketat. Binatang yang lemah menjadi mangsa binatang yang lebih kuat.
Karena hewan tertentu memangsa binatang yang lain, jumlah binatang yang
|
dimangsa menjadi terus-menerus berkurang
hingga akhirnya punah.
Urutan Sebab-Akibat
Manusia ikut menyumbang kepunahan binatang
karena manusia memburu jenis binatang tertentu tanpa kendali. Perburuan
dilakukan untuk mendapatkan daging untuk dimakan oleh manusia atau untuk
tujuan perdagangan binatang secara tidak sah atau untuk dibunuh agar bagian
tubuhnya dapat dijual dengan harga mahal. Misalnya, gajah diburu untuk
diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu
untuk diambil cangkangnya. Jumlah binatang itu terus berkurang. Perburuan
binatang secara tidak terkendali dapat menyebabkan jenis binatang tertentu
punah.
|
5) TEKS EKSPOSISI
Teks eksposisi: teks yang berisi gagasan pribadi atau
usulan mengenai sesuatu. Teks eksposisi juga sering disebut argumentasi satu
sisi. Dikatakan demikian karena pencipta teks ini mempertahankan gagasan atau
usulannya berdasarkan argumentasi yang ia yakini benar tanpa membandingkannya
dengan argumentasi dari pihak lain.
Ciri-Ciri:
Ditata dengan
struktur teks: Pernyataan Pendapat, Argumentasi, Pernyataan Ulang Pendapat
(Penegasan pendapat)
Berisi
argumentasi satu sisi,
Menggunakan
konjungsi seperti pertama, kedua, dan selanjutnya untuk
menata gagasan (yang tidak harus urut); atau konjungsi seperti bahkan, juga,
sebagai contoh, misalnya, dan dengan demikian untuk
memperkuat gagasan; atau kelompok kata yang bermakna konjungtif, seperti kenyataan
bahwa, diketahui bahwa, dan dapat digarisbawahi bahwa,
Memanfaatkan kata ganti persona saya, kami, atau kita
untuk menyatakan klaim pendapat atau keberpihakan,
Memanfaatkan
modalitas (akan, pasti, harus, dan tentu) sebagai pewatas
Contoh:
Teknologi Tepat Guna
Program kewirausahaan untuk perluasan kesempatan
kerja yang dilakukan lewat terapan teknologi tepat guna (TTG) dapat
memberdayakan ekonomi rumah tangga. Kagiatan ini banyak dimanfaatkan, terutama, oleh masyarakat
perdesaan. Ada beberapa alasan dan contoh mengapa mengapa TTG dapat
memberdayakan ekonomi keluarga. (Pernyataan
Pendapat)
|
Pertama, program kewirausahaan terapan TTG
pembuatan susu kedelai dapat meningkatkan taraf hidup tanpa mengurangi tenaga
kerja. Adanya terapan teknologi tepat guna akan meningkatkan nilai
tambah dengan tenaga kerja yang tetap, tetapi penghasilan bisa
bertambah. Di samping itu, program ini juga dapat meningkatkan produktifitas.
Produk kedelai yang diolah dengan TTG akan menghasilkan kualitas susu kedelai
yang lebih baik dalam waktu lebih singkat.
TTG dapat juga digunakan untuk menggali potensi
suatu wilayah untuk meningkatkan ekonomi masyarakatnya. TTG dapat menjadi sarana untuk menciptakan
peluang kerja mandiri dan memperluas kesempatan kerja. (Argumenetasi/Pendapat).
Oleh karena itu, program tersebut perlu
dikembangkan karena terbukti dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
(Penegasan Ulang Pendapat)
|
Contoh lain
|
Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai
Pendidikan Formal yang Tinggi
Pernyataan Pendapat
Sudah diketahui oleh semua orang bahwa
pendidikan formal itu penting. Akan tetapi, apakah seseorang akan menjadi
pemimpin sosial atau pemimpin politik yang bagus pada kemudian hari tidak
selalu ditentukan oleh pendidikan formalnya. Diyakini bahwa pengalaman juga
menjadi faktor penentu untuk menuju kesuksesan.
Argumentasi
Betul bahwa pendidikan formal memberikan
banyak manfaat kepada para calon pemimpin
|
atau calon orang terkemuka, tetapi
pelajaran yang mereka peroleh dari pendidikan formal tidak selalu dapat
diterapkan di masyarakat tempat mereka menjadi pemimpin atau menjadi orang
terkenal di kemudian hari. Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan
tinggi, orang hanya “mempelajari” teori, sedangkan di masyarakat, orang
betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman. Pengalaman
semacam inilah yang menghasilkan orang-orang terkemuka, termasuk pemimpin
sosial dan politik. Orang-orang terkemuka dan pemimpin-pemimpin itu lahir
dari hal-hal yang mereka pelajari di masyarakat.
Sekadar menyebut contoh orang terkemuka
atau pemimpin sosial dan politik, kita dapat menunjuk beberapa nama. Almarhum
Adam Malik, konon ia hanya menyelesaikan jenjang pendidikan dasar tertentu,
diangkatmenjadi Wakil Presiden Indonesia bukan karena pendidikan formalnya,
melainkan karena kapasitas yang ia dapatkan dari belajar secara otodidak.
Almarhum Hamka adalah contoh pemimpin lain yang lahir dari caranya belajar
sendiri. Ia juga menjadi pemimpin agama dan sastrawan terkenal sekaligus
karena pengalaman belajar pribadinya, bukan karena pendidikan formalnya yang
tinggi. Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang
bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri
di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat termasyhur di
dunia.
Pernyataan Ulang Pendapat
Dengan demikian, jelaslah bahwa melalui
pendidikan formal orang hanya mempelajari cara belajar, bukan cara menjalani
hidup. Meskipun pendidikan formal diperlukan, pendidikan formal bukan
satu-satunya jalan yang dapat ditempuh oleh setiap orang untuk menuju ke
puncak kesuksesannya.
(Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik,
2013: 103-104)
|
6) TEKS ANEKDOT
Teks anekdot: teks rekaan yang berisi peristiwa yang
membuat partisipan yang mengalaminya jengkel atau konyol (apabila negatif) dan
gembira yang berlebihan (apabila positif)
Ciri-ciri:
Ditata dengan struktur teks: Abstrak, Orientasi, Krisis,
Reaksi, Koda (pilihan)
Mengandung muatan interpersonal bahwa perasaan jengkel
dan konyol merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi kepada
pihak lain mengenai pertentangan antara nyaman/tidak nyaman, aman/tidak
aman, puas/frustrasi, dan tercapai/gagal,
Menampilkan partisipan yang cenderung menyalahkan pihak
lain (apabila negatif) atau merasa terbantu olehnya (apabila positif),
Dalam hal yang negatif, sering dijadikan alat kritik.
Contoh:
KUHAP dalam Anekdok
1.
Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas
sedang memberikan kuliah hukum pidana (Abstrak).
2.
Suasana kelas biasa-biasa saja
(Orientasi)
3.
Saat sesi tanya-jawab tiba,
Ali bertanya kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP, Pak?” Pak dosen tidak
menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara Ahmad, coba
dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan tegas Ahmad
menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak
…!” (Krisis)
4. Mahasiswa
lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala
seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara
tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas,
“Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!”
Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu,
mereka tertawa terbahak-bahak. (Rekasi)
4 Gelak
tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal. (Koda)
(Diadaptasi dari
http://fuadusfa4.blogspot.com/2010/02/anekdot-hukum.html)
Contoh:
Kejadian di Rumah Susun
Abstrak
Saya tinggal di rumah susun. Saya mempunyai
pengalaman yang memalukan tadi pagi.
Orientasi
Tetangga sepasang suami isteri yang tinggal
di lantai bawah saya tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman
mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, isteri saya terbangun berkali-kali,
tetapi tidaklah mengapa.
Krisis
Lalu tadi pagi terdapat sebuah mobil
diparkir di depan jalan keluar kami. Saya mengira bahwa mobil itu milik
seseorang yang ikut pesta tadi malam. Saya mengetuk pintu tetangga saya itu.
Saya ketuk pintunya berkali-kali, tetapi tak seorang pun keluar.
Saya kira mereka masih tertidur karena
mereka berpesta-pora sampai larut malam, sehingga saya ketuk-ketuk terus
dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam
jangkauan. Akhirnya, seorang laki-laki terbangun dan melongok keluar jendela.
Saya menjelaskan persoalan yang terjadi. Ternyata, pesta tadi malam itu bukan
pestanya. Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi, dan itu adalah pesta
orang yang tinggal di sisi sebelah belakang.
Reaksi
Lelaki itu terlihat tidak berkenan, karena,
seperti saya dan Jane, ia juga tidak dapat tidur semalam, terganggu
oleh pesta tetangga di sisi sebelah lain itu!
Koda
Saya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi
jalan keluar kami itu.
|
7) TEKS NARASI
Teks naratif: teks rekaan yang berisi komplikasi yang
menimbulkan masalah yang memerlukan waktu untuk melakukan evaluasi agar dapat
memecahkan masalah tersebut.
Ciri-ciri:
Ditata dengan Struktur teks: Abstrak, Orientasi,
Komplikasi, Evaluasi, Resolusi, Koda,
Pada umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, legenda,
cerita pendek, novel, atau drama,
Menampilkan partisipan saling bergesekan, sehingga
timbullah konflik,
Menunjukkan bahwa konflik dievaluasi untuk mendapatkan
solusi.
Contoh: Sahabat Sejati
Abstrak
Betapa
enak menjadi anak orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi.
Karena semua tersedia.
Orientasi
Seperti
Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil
mewah dengan sopir pribadi.
Meskipun
demikian, ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah.
Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul.
Seperti
pada kawan-kawan, Iwan yang datang ke rumah. Mereka menyambutnya secara
kekeluargaan sehingga kawannya banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.
|
Komplikasi
Iwan
sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumah momon masih satu
kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu
Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke
mana, ya, Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tak pernah
absen. Selalu datang.” “Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih,
iya, siapa tahu ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin nengok!” katanya
bersemangat.
Sudah
tiga kali pintu rumah Momon diketuk. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian
ia menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon.
Ia
mendapat keterangan bahwa Momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke
desa. Menurut kabar berita, bapaknya di-PHK dari pekerjaan.
Rencananya
mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan
Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh,
kasihan Momon,” ucapnya dalam hati.
Di
rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang
sekolah wajahnya selalu murung.
“Ada
apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah
selalu tegar dan ceria!” Papa menegur.
“Momon,
Pa”. “Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Iwan menggeleng.
“Lantas!”
Papa penasaran ingin tahu. “Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata
tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK.
Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Evaluasi
Papa
menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan
Iwan.
“Kalau
Papa tidak percaya, tanya deh, Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku
harap Papa bisa menolong Momon!” “Maksudmu?”
“Aku
ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak
mendesak. “Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat rumah Momon
di desa itu!” kata Papa.
Dua
hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia
merasa senang.
Ini
karena berkat pertolongan pemililk rumah yang pernah dikontrak keluarga
Momon.
Kemudian
Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi
rumahnya masih masuk ke dalam.Tempatnya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau
dengan naik ojek. Jaraknya kurang lebih dua kilometer.
|
Kedatangan
mereka disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon
tatkala bertemu Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.
Semula
Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak
memberi tahu lebih dulu kalau mau pindah ke desa.
“Sorry,
ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!” “Ah tak apa-apa. Yang penting aku
merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Resolusi
Setelah
omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang
tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak berkeberatan, dan menyerahkan
segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini,
Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke
Bandung. Kami anggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana
Mon, apakah kamu mau?” tanya Papa.
“Soal
sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan
kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah
kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya
mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Koda
Kemudian,
Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat dan memeluk Iwan. Tampak mata
Iwan dan Momon berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.
Akhirnya,
mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang
tak terpisahkan.
Kini
Momon tinggal di rumah Iwan, sedangkan orang tuanya masih tetap di desa.
Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua.
Oleh
Suhartono Bobo No.35/XXVI
(http://www.diaryremaja.com/cerpen-sahabat-sejati.html)
|
8)
TEKS BIOGRAFI/Cerita Ulang
Teks biografi: menceritakan kembalai tentang seseorang
mulai dari hal umum tentang orang itu, kemudian dilanjutkan dengan
peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Dalam dertetan peristiwa sering juga
dimunculkan maslah yang diterjadi pada tokoh.
Ciri-ciri:
Tujuan sosial: untuk mengetahui riwayat dan perjalan
hidup tokoh sehingga dapat memberi pembelajaran bagi pembaca.
Ditata dengan struktur: Orientasi (pengenalan),
Deretan Peristiwa (rekaman kejadian)
Pada umumnya menggunakan konjungsi: pada mulanya, dan, kemudian, akhirnya.
Contoh:
MERAIH PRESTASI PADA USIA SENJA
Tineke telah berusia 83 tahun dan berambut putih.
Meskipun demikian, semangat dan tekadnya tidak pernah kendur untuk mengharumkan
nama bangsa di kancah internasional. Prestasinya yang spetakuler di dunia
atletik patut dicontoh dan dihargai. Meskipun telah berusia lanjut, wanita
berbadan tegap tersebut tetap aktif mengikuti berbagai lomba atletik hingga
tingkat internasional. (Orientasi)
Tekad Tineke untuk menjadi atlet diawali ketika Pekan Olah Raga Nasional
(PON) I yang diadakan di Solo 1948. Pada saat itu, wanita yang pernah tinggal
di Belanda itu datang ke stadion dan melihat langsung pertandingan
atletik. Kemudian, dia mulai berlatih
dan terus berlatih. Akhirnya, karena tekad kuatnya, wanita berambut pendek itu
terpilih mewakili DKI Jakarta pada PON ke-2 di Jakarta. Pada saat itu, dia
berhasil menyabet medali emas untuk lari estafet 4 x 100 meter. Kemudian, pada PON ke-4 dan ke-5 dia tidak
bisa ikut karena sudah menikah dan pindah ke Belanda. (Peristiwa)
Setelah kembali ke tanah air, Tineke aktif lagi di
dunia atletik. Ketika itu, dia menjadi petugas pemanggil peserta lomba.
Kemudian, ketika dia berusia 52 tahun, Tineke mengikuti lomba atletik di
Singapura. Dia mendapat medali emas pada
cabang lompat jauh dan lari 100 meter. Sejak saat itu, Tineke kembali aktif
mengikuti lomba untuk kelompok umur senior. Akhir tahun lalu, ia berhasil
menyabet tiga medali untuk kelompok umur
80—84 pada petandingan intenasional di Taiwan. (Peristiwa)
Tineke Matulessy tidak akan berhenti berlari
meskipun sudah tua. Dia harus lari dan terus berlari agar tetap sehat dan
terkenal. Ia menjadi terkenal karena berlari. (Reorientasi)
Diolah dari sumber: Kompas, Sabtu, 20 Januari 2013
9) TEKS NEGOSIASI
Teks negosiasi:
memberikan tanggapan untuk tujuan tertentu; tanggapan-tanggapan yang diberikan
akhirnya mendapat kesepakatan dan persetujuan
Ciri-ciri:
Tujuan sosial:
menegosiasikan sesuatu agar terjadi kesepakatan, seperti hubungan, informasi
barang dan layanan
Ditata dengan struktur:
Orientasi, Pengajuan, Penawaran, Persetujuan, Penutup
Contoh:
Negosiasi antara Karyawan dan Pengusaha
Setelah para karyawan sebuah perusahaan di bidang elektronika
melakukan aksi mogok kerja dengan melakukan demonstrasi di depan kantor
perusahaan, akhirnya wakil perusahaan itu menerima wakil para karyawan untuk
berdialog. Dialog itu dijaga oleh sejumlah petugas keamanan. Sementara itu,
beratus-ratus karyawan masih berdemonstrasi di depan kantor perusahaan. (Orientasi/pembukaan)
1.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Selamat sore, Pak.
|
2.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Selamat sore. Mari, silakan duduk.
|
3.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Ya, terima kasih.
|
4.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Saya, Hadi Winoto, wakil dari perusahaan. Anda siapa?
|
5.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Saya Suparmin, yang dipercaya teman-teman untuk menemui
pimpinan.
|
|
|
|
(Mereka bersalaman)
|
6.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Sebenarnya, apa yang terjadi? Semua karyawan di perusahaan ini
melakukan demonstrasi. Kalau begini caranya, perusahaan bisa bangkrut dan
karyawan bisa di-PHK.
|
7.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Tidak ada apa-apa, Pak. Kami hanya ingin memperbaiki nasib dan
hidup layak.
|
8.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Maksudnya?
|
9.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Ya, pasti Bapak tahu. Kami, karyawan, sudah bekerja keras demi
perusahaan. Tetapi, kami merasa kurang mendapatkan imbalan yang pantas. Kami
tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya dengan uang Rp2.000.000,00
sebulan. Paling tidak, kami menerima upah sebesar Rp3.000.000,00.
|
10.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Itu tidak mungkin. Perusahaan sudah menanggung beban terlalu
berat. Listrik naik, bahan bakar naik, dan biaya operasional lain juga naik.
Kenaikan UMP (upah minimum provinsi) belum bisa naik sekarang.
|
11.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok kerja
sampai tuntutan kami dipenuhi.
|
12.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Tidak boleh demikian. Kita harus mencari jalan tengah.
|
13.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Lalu, bagaimana?
|
14.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Saya akan mengusulkan kenaikan tersebut kepada direksi.
Perusahaan hanya mampu menaikkan UMP sampai Rp2.400.000,00. Tidak lebih dari
itu. Anda sendiri tahu bahwa pada situasi global ini perusahaan mana pun
mengalami kesulitan.
|
15.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Tidak bisa, Pak. Ini kota Jakarta, Pak. Semua harus dibeli
dengan uang. Ya, tolong diusahakan bagaimana caranya agar kami dapat hidup
layak. Paling tidak kami menerima gaji sebesar Rp2.800.000,00.
|
16.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Nanti saya akan mengusulkan ke direksi sebesar Rp2.600.000,00.
|
17.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Tapi, usahakan lebih, Pak. Kami akan bekerja lebih keras lagi.
|
18.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Baiklah, akan saya coba. Tolong kendalikan teman-teman karyawan
dan sampaikan kepada mereka mulai besok semua karyawan harus masuk kerja
kembali. Karyawan yang mogok kerja akan kena sanksi.
|
19.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Baik, Pak. Terima kasih. Boleh saya keluar?
|
20.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Ya, silakan.
|
21.
|
Wakil karyawan
|
:
|
Ya, terima kasih. Selamat sore.
|
22.
|
Wakil perusahaan
|
:
|
Selamat sore.
|
|
|
|
(Mereka bersalaman) (Pengajuan, penawaran, persetujuan)
|
Begitu Suparmin keluar dari kantor
perusahaan, dia disambut oleh teman-temannya. Dia lalu menyampaikan hasil
dialog dengan wakil perusahaan bahwa UMP mereka diusulkan naik paling tidak
sebesar Rp2.600.000,00.(Penutup)
10) TEKS CERITA
PENDEK
Teks cerpen: berisi pengisahan tentang
seseorang/kelompok orang dengan tujuan menyelsaikan masalah
Tujuan sosial: menyelesaikan
masalah dalam sebuah cerita
Ciri-ciri:
Ditata
dengan dengan truktur: Orinetasi (Pengenalan), Masalah (Komplikasi), Pemecahan
masalah (Resolusi)
Contoh:
Kupu-Kupu Ibu
Aku melihatnya. Aku melihat perempuan yang pernah
kau ceritakan. Sepulang sekolah tadi, di dekat taman, aku melihat sepasang
kupu-kupu berputar saling melingkar. Akan tetapi, mereka tak seperti kupu-kupu
dalam ceritamu, Ayah. Mereka lebih cantik. Yang satu berwarna hitam dengan
bintik biru bercahaya seperti mutiara. Yang lain bersayap putih jernih, sebening
sepatu kaca Cinderella, dengan serat tipis kehijauan melintang di tepi
sayapnya.
Aku takjub. Aku mengejarnya. Kupu-kupu itu masuk ke
dalam taman, dan aku terus saja mengikutinya. Dan ternyata kedua kupu-kupu itu
menghampiri seorang perempuan yang duduk di bangku yang agak terpisah dari
bangku-bangku taman lainnya. Kupu-kupu itu asyik berputar-putar di atas kepala
perempuan itu.
Aku tersadar. Itu perempuan yang Ayah ceritakan.
Sebelum aku sempat membalikkan badan untuk meninggalkan taman itu, ia berbicara
padaku. Aku tak menyangka. Tidak, Ayah. Ia tidak bisu seperti yang kau bilang.
Dan katamu ia seorang yang menyeramkan, hingga aku membayangkan perempuan itu
sebagai nenek penyihir. Ayah, perempuan itu sangat cantik. Sama cantiknya
dengan kedua kupu-kupu itu.
Oya, dia baik juga. Ia memintaku duduk di sisinya. Menemaninya bermain dengan kupu-kupu itu. Dia mengajariku membelai sayap kupu-kupu. Kami bercerita tentang kesukaan kami masing-masing. Dan ternyata, selain menyenangi kupu-kupu, kami juga sama-sama menyukai es krim rasa vanila dengan taburan kacang almond, senang buah apel, dan tidur di antara banyak bantal dan boneka.
Oya, dia baik juga. Ia memintaku duduk di sisinya. Menemaninya bermain dengan kupu-kupu itu. Dia mengajariku membelai sayap kupu-kupu. Kami bercerita tentang kesukaan kami masing-masing. Dan ternyata, selain menyenangi kupu-kupu, kami juga sama-sama menyukai es krim rasa vanila dengan taburan kacang almond, senang buah apel, dan tidur di antara banyak bantal dan boneka.
***
Kau ingat ceritaku, Ning? Tentang dua ekor
kupu-kupu dan seorang perempuan yang jatuh cinta pada mereka? Ah, kurasa kau
sudah lupa. Ketika pertama kali kuceritakan ini, kau masih kecil, belum juga
TK. Bahkan aku masih ingat, kau memakai terusan jingga dengan hiasan pita merah
melingkar di pinggang, bergambar kelinci putih yang mengedipkan matanya di
bagian depan. Baju kesukaanmu saat itu. Kau berbaring di tempat tidur.
Menatapku. Menunggu dongeng pengantar tidur. Ada segaris senyum tipis di wajah
kanakmu yang hening. Sehening namamu, Ning.
Aku rindu menceritakannya lagi padamu. Sembari
mengenang masa kecilmu yang penuh cekikik geli atau rengekan manja yang sering
membuatku gemas. Anggap saja masa kecilmu tak sanggup mengingat dongeng itu.
Dan sekarang, aku akan mengingatkannya kembali untukmu, Ning.
Setiap senja, Ning, di taman dekat sekolah, selalu
ada seorang perempuan yang duduk di sudut taman. Ketika langit mulai berwarna
jingga, ia hadir di taman itu dan selalu menunggu kedatangan dua ekor kupu-kupu
cantik. Ya, keduanya cantik. Yang seekor bersayap hijau dengan serat-serat
kecokelatan pada garis guratannya. Kira-kira seperti daging buah avokad yang
matang. Dan yang seekor lagi bersayap biru, dengan sedikit bintik-bintik putih.
Ya, mirip dengan motif tas tangan ibu di potret keluarga yang ada di ruang
tamu. Tak ada yang tahu tentang apa yang dilakukannya bersama kedua kupu-kupu
itu setiap senja. Lalu setelah langit kehilangan garis jingga terakhir, kedua
kupu-kupu itu pun meninggalkan taman, sebelum malam membuat mata mereka jadi
buta. Perempuan itu pun pergi. Berjalan gontai, dengan tundukan kepala yang
dalam. Seolah ia ingin sekali melupakan seluruh hari yang pernah dijalaninya.
Orang-orang di sekitar sini tak ada yang
mengenalnya. Tak ada yang tahu namanya. Tak ada yang mengerti ia berasal dari
keluarga yang mana. Bahkan tak ada yang pernah berbicara dengannya. Walau hanya
sekadar perbincangan basa-basi tanpa perkenalan. Orang-orang tak tahu di mana
rumahnya. Kemudian setiap senja berakhir, ketika orang-orang mulai sibuk dengan
menu makan malam dengan keluarganya masing-masing, perempuan itu seakan-akan
menghilang. Tak ada jejak yang bisa menunjukkan keberadaannya.
Bagimu mungkin tak ada yang mengherankan. Seperti
juga dirimu yang mencintai kupu-kupu. Semua berjalan seperti biasa tanpa ada
kejadian yang berarti. Sampai kemudian tersiar kabar bila perempuan itu bisu.
Karena sempat di suatu pengujung senja, saat perempuan itu meninggalkan taman,
seseorang tak sengaja melihatnya lalu menyapanya. Tapi perempuan itu cuma
mengangguk tersenyum, tanpa bicara apa-apa.
Lambat laun orang-orang mulai curiga dengan
keberadaannya di taman. Orang-orang juga heran dengan keberadaan kedua
kupu-kupu itu. Banyak yang menduga bila perempuan itu bisa berbicara dengan
kupu-kupu. Hanya dengan kupu-kupu, Ning. Orang-orang pun mulai menyiarkan kabar
bila perempuan itu memiliki ilmu hitam. Sejak itu pula orang-orang mulai
menjauhinya. Tak ada yang mau datang ke taman dekat sekolah setiap senja.
Orang-orang takut akan bertemu dengan perempuan itu bila datang ke sana. Itulah
sebabnya, taman dekat sekolah selalu sunyi sebelum senja datang, sebelum langit
mengguratkan cahaya jingga di tubuhnya.
Ning, ini bukanlah dongeng seperti yang biasanya
kuceritakan sebelum kau tidur. Bukan cerita serupa Putri Rapunzel, Cinderella,
Putri dan Biji Kapri, Tiga Babi Kecil, atau cerita Serigala yang Jahat. Tapi
ini benar-benar ada. Perempuan itu betul-betul datang setiap senja ke taman
dekat sekolah. Ayah sengaja menceritakan ini agar kau tak datang ke taman
ketika kau pulang sekolah saat senja.
***
Ning, mengapa kau kemari lagi? Segeralah pulang.
Ayahmu akan curiga bila kau selalu pulang terlambat dari sekolah. Kau pun pasti
telah mendengar dari orang-orang tentangku. Aku memang kesepian. Gunjingan
orang-orang membuatku disingkirkan. Tapi, janganlah kau terlampau sering datang
menemuiku. Apalagi bila hanya ingin bermain dengan kupu-kupu yang sering
menemaniku. Atau sekadar ingin membawakan aku es krim atau buah apel. Kau bisa
bermain dengan kupu-kupu lain yang mungkin lebih cantik dari kedua kupu-kupu di
taman ini. Kau juga bisa makan es krim dengan ayahmu. Sedangkan aku sudah
terbiasa hidup dalam kesendirian. Setidaknya aku masih bisa menemukan sedikit
keributan di taman ini setiap senja. Mendengar kepak sayap burung-burung yang
pulang ke sarang, riuh pepohonan menyambut malam yang membawakan selimut
tidurnya, bising binatang malam yang bersiap keluar sarang bila malam tiba.
Tonggeret, kodok, jangkrik. Jujur saja, aku lebih suka sendiri. Aku tak mau
merepotkanmu. Karena suatu saat kau mungkin akan menemui kesulitan hanya karena
keberadaanku.
Aku yakin, Ning, suatu saat kau akan menemukan
kupu-kupu yang kau sukai. Yang akan selalu menemanimu. Meski ia harus mengalami
kelahiran berulang kali sebagai kupu-kupu, untuk menemanimu. Ning, aku tak
ingin orang-orang akan ikut bergunjing tentangmu, hanya karena kau menemuiku di
sini. Aku tak mau orang-orang menjauhimu, bila mereka tahu kau pernah datang
mengunjungiku. Bahkan teman-teman sekolahmu mungkin tak mau lagi berbicara
denganmu. Pulanglah, Ning. Aku juga harus bergegas pulang. Matahari telah
tampak uzur hari ini. Sudah tiba waktunya bagi kedua kupu-kupu ini untuk tidur.
***
Ayah, senja tadi aku tak melihat kedua kupu-kupu
itu di taman. Mungkin mereka sedang tidur. Mungkin mereka tanpa sadar sudah
menanggalkan sayapnya, menanggalkan ruhnya, menjadi telur-telur cantik yang
akan menetas jadi ulat-ulat cantik warna-warni dan gemuk, dan sebentar lagi
bersemayam dalam kepompong putih yang rapuh lalu menjadi kupu-kupu baru yang
lebih cantik.
Ayah, aku juga tak melihat perempuan itu. Tak ada
seorang pun di taman senja tadi. Aku sudah berkeliling mencarinya. Padahal, aku
sudah membeli sebatang cokelat putih untuk kami nikmati bersama-sama. Ayah, apa
perempuan itu marah padaku? Apa perempuan itu kesal karena aku sering
mengunjunginya? Apa kunjunganku membuat perempuan itu terganggu? Kalau ia
memang marah, aku tak mengerti sebabnya. Dia tak pernah marah padaku. Selalu
tersenyum bila aku datang, mencium keningku setiap kami berpisah di pertigaan dekat
taman ketika kami pulang bersama sehabis senja. Perempuan itu tak pernah
mengatakan bila ia terganggu dengan keberadaanku.
Memang perempuan itu pernah melarangku untuk datang
menemuinya. Perempuan itu mengatakan bila ia lebih suka sendiri. Tapi aku tak percaya
padanya. Aku yakin bila ia tak mau menemuiku karena sebab lain. Karena biasanya
wajah perempuan itu selalu tampak riang menyambut kedatanganku. Bila aku
berlari menghampirinya, tangannya akan terentang lebar ingin memelukku. Aku
tahu ia selalu menunggu kedatanganku.
Ayah, aku rindu pada kedua kupu-kupu itu. Aku juga
ingin bertemu dengan perempuan itu. Kuharap kau tidak marah bila aku sering
menemuinya. Aku sangat senang bermain dengan mereka. Jauh lebih menyenangkan
dibandingkan bermain lompat tali dengan teman-teman. Ayah, apa kau betul-betul
tak mengenal perempuan itu? Apa kau benar-benar tak tahu di mana ia tinggal?
Kumohon, antarkan aku ke sana.
***
Ning, lihatlah halaman rumah kita, penuh dengan
kupu-kupu mungil warna-warni yang cantik. Sayap mereka berkilauan. Tapi ada
tiga kupu-kupu yang lebih besar. Lihatlah, yang dua ekor itu seperti yang kau
temui di taman bukan? Dan yang paling besar adalah kupu-kupu yang tercantik
dari seluruh kupu-kupu itu. Aku pun baru kali ini melihat kupu-kupu seindah itu,
Ning. Warna ungu dan hijau di sayapnya berpadu sangat serasi. Caranya
mengepakkan sayap dengan pelan dan lembut. Sangat anggun, seperti ibumu.
Lihat, matamu sampai berkaca-kaca melihatnya. Kau
senang bukan, sekarang kau memiliki banyak sekali kupu-kupu yang indah. Kau
rindu pada kupu-kupu, kan? Bermainlah bersama mereka, Ning. Aku yakin mereka
pun akan senang bermain denganmu.
***
Tidak. Aku tak ingin bermain bersama mereka.
Lihatlah kupu-kupu yang paling besar itu. Kupu-kupu itu memang yang paling cantik.
Tapi, warnanya persis sama dengan warna gaun perempuan itu ketika terakhir kali
aku menemuinya. Perempuan itu, Ayah. Aku tak mau ia berubah menjadi kupu-kupu
hanya untuk menemaniku. Biar saja kupu-kupu lainnya meninggalkanku, asalkan
perempuan itu tetap ada untukku. Aku tak ingin bermain dengan kupu-kupu. Aku
ingin perempuan itu, Ayah. Hanya perempuan itu. Aku hanya ingin ibuku.
Yogyakarta, 2006
pagi mas,
BalasHapuspunya modul tentang teks eksemplur?