Minggu, 28 November 2021

MATERI TEKS HIKAYAT KELAS X

 


Pengertian Hikayat

Hikayat adalah cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya. (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 107). Kisahnya sendiri banyak berisi tentang budaya, moral, dan nilai-nilai kehidupan lain, sehingga kita dapat memetik pelajaran sebagai cermin kehidupan kita.

Karakteristik Teks Hikayat

Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang cukup berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, hikayat memiliki karakteristik kuat yang membedakannya. Karakteristik tek hikayat menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 199) meliputi beberapa poin di bawa ini.

1.     Kemustahilan,
artinya dalam hikayat terdapat banyak hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar, meliputi dari segi bahasa maupun cerita, contohnya: bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang, dsb.

2.     Kesaktian,
berarti tokoh di dalam hikayat memiliki kesaktian yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa, seperti: mengubah wujud menjadi binatang, mampu melenyapkan bangunan hanya dengan satu jentikkan jari saja, dsb.

3.     Anonim,
maksudnya tidak diketahui secara jelas siapa penulis atau penceritanya karena hikayat diceritakan secara lisan dan turun-temurun.

4.     Istana Sentris,
hikayat selalu bertema dan berlatar suatu kerajaan.

Ciri Ciri Teks Hikayat

Berdasarkan pada berbagai penjelasan dan pendapat di atas, maka dapat ditarik bahwa ciri-ciri hikayat juga dapat meliputi beberapa poin di bawah ini.

1.     Merupakan cerminan realitas kehidupan rakyat setempat (cerita rakyat).

2.     Berhubung pada dasarnya hal yang diungkapkan pengarang disampaikan dengan jalan menceritakan, meriwayatkan, dan mendongengkan, maka jenis karangan yang digunakan adalah narasi.

3.     Dilandasi oleh adanya unsur “cerita” atau “dongeng”, maka hikayat berkesan rekaan atau fiksional.

4.     Hikayat umumnya bermotifkan keajaiban dan kesaktian.

5.     Isi yang dikandung hikayat umumnya menyingkap kehidupan tokoh besar seperti raja dan keluarganya, pahlawan, atau seseorang yang sakti dan berpengaruh terhadap masyarakat luas.

Struktur Teks Hikayat

Struktur teks hikayat secara umum masih sama dengan teks narasi. Berikut adalah beberapa struktur tersebut.

1.     Orientasi,
merupakan pengenalan latar, tokoh, dan kisah baik dari segi waktu, tempat maupun peristiwa. Orientasi juga biasanya menata berbagai adegan dan menjelaskan hubungan antartokoh.

2.     Komplikasi,
bagian di mana konflik mulai muncul. Konflik adalah pertentangan atau kesukaran-kesukaran yang dialami tokoh utama dalam hikayat. Bagian ini akan berangsur terus bertambah hingga akhirnya memuncak mencapai bagian klimaks.

3.     Resolusi,
merupakan penyelesaian dari berbagai konflik yang terjadi. Resolusi juga dapat diiringi oleh koda atau kesimpulan dan amanat akhir terhadap kondisi yang dialami oleh tokoh utama.

Kaidah Kebahasaan Teks Hikayat

Dari segi bahasa, hikayat memiliki kekhasan khusus, yakni menggunakan bahasa Melayu klasik yang ditandai dengan penggunaan banyak kata penghubung dan kata-kata arkais. Selain itu, karena hikayat juga masih merupakan teks narasi, karakteristik bahasa yang sama juga menaunginya, meliputi beberapa poin di bawah ini.

1.     Menggunakan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan: aku, mereka, dia.

2.     Penggunaan kata yang mencerap pancaindra untuk deskripsi latar (tempat, waktu, suasana), contoh latar tempat: Kerajaan itu amatlah megah, tanahnya subur sehingga rakyatnya pun makmur. Emas dan berlian bertaburan di dinding istana, dan lumbung padi rakyatnya selalu terisi.

3.     Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus, conntohnya: menjulang, memancung.

4.     Banyak memakai kata sambung urutan waktu: kemudian, sementara itu, bersamaan dengan itu, tiba-tiba, ketika, sebelum.

5.     penggunaan kata sambung urutan waktu untuk menandakan datangnya tokoh lain atau perubahan latar, baik latar suasana, waktu, dan tempat, contohnya: Dua tahun kemudian, sang Pangeran pulang membawa janjinyaAkhirnya, Sultan dapat merestuinya sebagai menantunya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hikayat Abu Nawas dan Rumah yang Sempit

Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu hendak mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Dia sedih karena rumahnya terasa sempit ditinggali banyak orang.

“Abu Nawas, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi rumahku begitu sempit. Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman tinggal di rumah. Kami ingin pindah dari rumah tersebut, tapi tidak mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa yang harus kulakukan,” kata lelaki itu.

Mendengar penuturan laki-laki yang sedang sedih tersebut, Abu Nawas kemudian berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di kepalanya.

“Kamu mempunyai domba di rumah?” Tanya Abu Nawas padanya. “Aku tak menaiki domba, jadi aku tak memilikinya,” jawabnya. Setelah mendengar jawabannya, dia meminta lelaki tersebut untuk membeli sebuah domba dan menyuruhnya untuk menaruh di rumah.

Pria itu kemudian menuruti usul Abu Nawas dan kemudian pergi membeli seekor domba. Keesokan harinya, dia datang lagi ke rumah Abu Nawas. “Bagaimana ini? Setelah aku mengikuti usulmu, nyatanya rumahku menjadi tambah sempit dan berantakan,” keluhnya.

“Kalau begitu, cobalah beli dua ekor domba lagi dan peliharalah di dalam rumahmu,” jawab Abu Nawas. Kemudian, pria itu bergegas pergi ke pasar dan membeli dua ekor domba lagi. Namun, bukannya seperti yang diharapkan, rumahnya justru semakin terasa sempit.

Dengan perasaan jengkel, dia pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengadu yang ketiga kalinya. Dia menceritakan semua apa yang terjadi, termasuk mengenai istrinya yang menjadi sering marah-marah karena domba tersebut. Akhirnya, Abu Nawas menyarankannya untuk menjual semua domba yang dimiliki.

Keesokan harinya, kedua orang tersebut bertemu kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, “Bagaimana keadaan rumahmu sekarang, apakah sudah lebih lega?”

“Setelah aku menjual domba-domba tersebut, rumahku menjadi nyaman untuk ditinggali. Istriku pun tidak lagi marah-marah,” jawab pria tersebut sambil tersenyum. Akhirnya, Abu Nawas dapat menyelesaikan masalah pria dan rumah sempitnya itu.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar