Banyak masalah mengenai anak yang susah belajar akibat kehilangan motivasi. Banyak hal yang mempengaruhi emosi anak untuk sadar belajar dengan keinginan sendiri. Orangtua tidak boleti lepas tangan mengenai pendidikan anak-anaknya di sekolah. Jumlah murid yang banyak dalam satu kelas ditambah dengan beban mata pelajaran yang semakin banyak membuat para guru kewalahan. Inilah yang menyebabkan orangtua harus ikut memperhatikan putra putrinya di sekolah. Bagaimana tips bagi orangtua untuk meningkatkan motivasi belajar anak?
• Orangtua harus bisa menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk mengatasi kekurangan sekolah. Misalnya, membantu sekolah untuk meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler sekolahnya. Orangtua jangan hanya menuntut sekolah saja, melainkan berusaha membangun komunikasi dengan sekolah.
• Orangtua menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi putra putrinya. Misalnya mengubah gaya belajar di sekolah dengan menata ruang tempat belajar agar lebih kondusif untuk anak-anak. Misalnya, memungkinkan anak-anak membuat PR sambil bermain.
• Memberi pelajaran tambahan untuk anak, baik di sekolah maupun mendatangkan guru les ke rumah. Tapi harus diperhatikan agar pemberian les atau pelajaran tambahan itu jangan sampai membebani anak.
• Berilah kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan gaya belajarnya. Persoalannya banyak anak-anak yang memiliki gaya belajar kinestetik yang tidak berani memperlihatkan gaya belajarnya itu. Karena takut dengan guru, mereka secara otomatis mematikan potensinya itu. Keadaan ini justru membuat kondisi belajar anak di sekolah semakin parah.
Senin, 12 Juli 2010
TIPS BERGAUL SECARA SEHAT
Bertemu kawan baru? Pasti sering kita alami dan tidak jarang pula yang biasanya banyak ngomong ,cas cis cus lancar,tiba-tiba menjadi pendiam,grogi,bingung harus berbuat apa.. Agar kita bisa tetap rileks dan tidak salah tingkah,kehabisan bahan pembicaraan,berikut ini beberapa cara dapat kita lakukan.
1. Memulai Pembicaraan dengan Hal hal yang Sudah Pasti
Sering terlintas dalam pikiran kita,bila kita sedang berbicara denga kenalan baru (Jangan-jangan dikira sok kenal dan sok dekat) kita bisa memulai pembicaraan dengan menanyakan alamatnya.pekerjaannya,hobinya,atau hal lain yang sudah pasti.Tetapi kita jangan kecewa bila kawan baru kita hanya menjawab "ya" dan "tidak" bahkan hanya diam saja.Anggap saja belum saatnya kita dapat berkenalan.hindari fikiran yang negatif dan cobalah pada kesempatan lain.
2. Jangan Pernah Mengkritik Diri Sendiri
Ketakutan akan dinilai lawan bicara adalah hambatan yang terbesar untuk berbicara dengan orang lain. Dalam Psikologi dikenal dengan istilah " Self Criticism "(Kritik Diri). Ketakutan di atas merupakan wujud dari kritik diri yang berlebihan. Agar kita bisa dapat berhasil bergaul dengan kawan baru maka kita harus mampu mengendalikan kritik diri.
3. Jangan Mudah Memuji
Jangan sekaligus memberi kritikan sambil memuji seseorang misalnya kita bertemu sahabat pena, lalu kita katakan " Oh ternyata anda lebih cantik dari anda dulu ". Bisa saja dia menganggap bahwa dulu dia tidak pernah kelihatan cantik.
4. Jangan Membicarakan Diri Sendiri
Kita akan dinilai ramah bila kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Berikan pertanyaan-pertanyaan singakat agar dia terpancing untuk bercerta,hingga kita menemukan topik yang menarik dan disukai teman baru kita. Tapi jangan sampai terkesan kita sedang melakukan interogasi,karena bisa saja suasana akan menjadi rusak.
5. Bahasa Tubuh yang Ramah
Sikap tubuh yang menimbulkan penerimaan dengan senyuman dan keterbukaan akan menarik perhatian kawan baru kita. Sebab dengan muka masam dan tangan yang dilipat akan mengurungkan niat teman baru kita untuk berbicara dengan kita.
6. Membagi Perhatian dengan Adil
Bila pada saat yang sama kita menjumpai beberapa kawan baru sekaligus,bagilah pembicaraan di tengah-tengah mereka dengan melibatkan berbagai topik. Jangan sampai pembicaraan kita hanya terpusat pada satu orang. Sebab alangkah menyebalkan bila kita diabaikan orang lain.
7. Hindari Perdebatan
Hindari pembicaraan yang dapat memancing perdebatan dan tidak mengenakkan pada lawan bicara kita. Apalagi pembicaraan yang mengandung perbedaan Sara. Alangkah baiknya bila membicarakan hal- hal yang netral dan ringan-ringan saja.
8. Jadilah Pendengar yang Baik
Bila kita tidak tahu apa yang harus kita bicarakan,dengarkan saja lawan bicara kita. Berilah tanggapan dengan komentar-komentar yang segar, sehingga lawan bicara kita merasa dihargai dan dihormati pembicaraannya.
9. Seni Mengelak
Bila kita merasa kawan baru kita adalah lawan bicara yang membosankan (hanya berbicara tentang bengkelnya atau hobinya dengan pertandingan tinju,maka saat dia sedang mencari-cari bahan pembicaraan selanjutnya kita bisa berdalih,"maaf saya ada keperluan sebentar"atau alasan lain. Jangan sampai dia tahu bahwa kita menghindarinya.
10. Sense of Humor
Dengan rasa humor yang tinggi,suasana akan menjadi hangat dan menambah keakraban kita. Kita akan menjadi pribadi yang menarik dengan humor-humor ringan dan disukai lawan bicara kita. Asal tidak menyinggung perasaan dan kita tidak menjadi obyek yang ditertawakan terlebih sampai menyinggungb perasaan orang lain.
Saya harap artikel ini memperlancar perkenalan dengan para calon teman baru anda, dan lebih mempererat hubungan yang telah terjalin dengan kawan-kawan anda.serta menambah pengetahuan dan pengalaman yang baru.
1. Memulai Pembicaraan dengan Hal hal yang Sudah Pasti
Sering terlintas dalam pikiran kita,bila kita sedang berbicara denga kenalan baru (Jangan-jangan dikira sok kenal dan sok dekat) kita bisa memulai pembicaraan dengan menanyakan alamatnya.pekerjaannya,hobinya,atau hal lain yang sudah pasti.Tetapi kita jangan kecewa bila kawan baru kita hanya menjawab "ya" dan "tidak" bahkan hanya diam saja.Anggap saja belum saatnya kita dapat berkenalan.hindari fikiran yang negatif dan cobalah pada kesempatan lain.
2. Jangan Pernah Mengkritik Diri Sendiri
Ketakutan akan dinilai lawan bicara adalah hambatan yang terbesar untuk berbicara dengan orang lain. Dalam Psikologi dikenal dengan istilah " Self Criticism "(Kritik Diri). Ketakutan di atas merupakan wujud dari kritik diri yang berlebihan. Agar kita bisa dapat berhasil bergaul dengan kawan baru maka kita harus mampu mengendalikan kritik diri.
3. Jangan Mudah Memuji
Jangan sekaligus memberi kritikan sambil memuji seseorang misalnya kita bertemu sahabat pena, lalu kita katakan " Oh ternyata anda lebih cantik dari anda dulu ". Bisa saja dia menganggap bahwa dulu dia tidak pernah kelihatan cantik.
4. Jangan Membicarakan Diri Sendiri
Kita akan dinilai ramah bila kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Berikan pertanyaan-pertanyaan singakat agar dia terpancing untuk bercerta,hingga kita menemukan topik yang menarik dan disukai teman baru kita. Tapi jangan sampai terkesan kita sedang melakukan interogasi,karena bisa saja suasana akan menjadi rusak.
5. Bahasa Tubuh yang Ramah
Sikap tubuh yang menimbulkan penerimaan dengan senyuman dan keterbukaan akan menarik perhatian kawan baru kita. Sebab dengan muka masam dan tangan yang dilipat akan mengurungkan niat teman baru kita untuk berbicara dengan kita.
6. Membagi Perhatian dengan Adil
Bila pada saat yang sama kita menjumpai beberapa kawan baru sekaligus,bagilah pembicaraan di tengah-tengah mereka dengan melibatkan berbagai topik. Jangan sampai pembicaraan kita hanya terpusat pada satu orang. Sebab alangkah menyebalkan bila kita diabaikan orang lain.
7. Hindari Perdebatan
Hindari pembicaraan yang dapat memancing perdebatan dan tidak mengenakkan pada lawan bicara kita. Apalagi pembicaraan yang mengandung perbedaan Sara. Alangkah baiknya bila membicarakan hal- hal yang netral dan ringan-ringan saja.
8. Jadilah Pendengar yang Baik
Bila kita tidak tahu apa yang harus kita bicarakan,dengarkan saja lawan bicara kita. Berilah tanggapan dengan komentar-komentar yang segar, sehingga lawan bicara kita merasa dihargai dan dihormati pembicaraannya.
9. Seni Mengelak
Bila kita merasa kawan baru kita adalah lawan bicara yang membosankan (hanya berbicara tentang bengkelnya atau hobinya dengan pertandingan tinju,maka saat dia sedang mencari-cari bahan pembicaraan selanjutnya kita bisa berdalih,"maaf saya ada keperluan sebentar"atau alasan lain. Jangan sampai dia tahu bahwa kita menghindarinya.
10. Sense of Humor
Dengan rasa humor yang tinggi,suasana akan menjadi hangat dan menambah keakraban kita. Kita akan menjadi pribadi yang menarik dengan humor-humor ringan dan disukai lawan bicara kita. Asal tidak menyinggung perasaan dan kita tidak menjadi obyek yang ditertawakan terlebih sampai menyinggungb perasaan orang lain.
Saya harap artikel ini memperlancar perkenalan dengan para calon teman baru anda, dan lebih mempererat hubungan yang telah terjalin dengan kawan-kawan anda.serta menambah pengetahuan dan pengalaman yang baru.
STUDY ANALISIS DI BALIK PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
Mungkin fakta bahwa saya seorang imigran di Amerika Serikat membuat saya merasakan bahwa permasalahan identitas menduduki tempat utama dalam semua gangguan yang kita hadapi masa kini, mereka, para imigran pertama-tama melepaskan segala identitas nasional yang lama pada skala sangat besar untuk dapat memperoleh satu negara baru.
Kata seorang psikonalis Erik H. Erikson, oleh masyarakat Amerika memberinya julukan "Guru Masa Kini". Bertolak dari uraian diatas bahwa. Konsep identitas dalam psikologi umumnya menunjuk kepada satu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi yang pada dasarnya tidak pernah terpisahkan meskipun terjadi perubahan-perubahan selama fase perkembangan hidup.
Orang yang dalam proses mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan siapa dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang.
Jika ungkapan tersebut muncul pada diri seseorang baru pada saat itu manusia memperoleh suatu pandangan jelas tentang diri, tidak meragukan tentang identitas batinnya sendiri serta mengenal peraya dalam masyarakat, tetapi ini baru mungkin apabila ia sadar akan kelemahan dan kelebihan yang dia miliki seperti kesukaannya dan ketidak sukaannya, aspirasinya, tujuan masa depan yang di antisipasi dan perasaan bahwa dia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya sendiri.
Pemuda sebagai Embrio Regenerasi suatu bangsa memiliki masa adelonsia dimana pemuda untuk pertama kali secara diminitif harus menentukan siapakah dan apakah dia ketika itu dan ingin menjadi siapa dan apa dia di masa depan, (Masa Adelonsia yang sangat kental terhadap "Krisis Identitas").
Identitas memiliki identifikasi sebagai suatu kesadaran yang dipertajam dan sebagai suatu kesatuan unik yang menjaga kesinambungan arti penjelasan di masa lampau bagi dirinya sendiri dengan orang lain. Menurut De Levita Aspek-aspek Identifikasi Identitas adalah :
- Identitas sebagai intisari seluruh kepribadian yang tetap tinggal sama walaupun berubah ketika menjadi tua serta dalam dunia sekitar.
- Identitas sebagai keserasian peran sosial yang pada prinsipnya dapat berubah dan berubah-ubah.
- Identitas sebagai "bagai hidupku sendiri" yang berkembang dalam tahap-tahap terdahulu dan menentukan bagaimana peran sosial itu dapat terwujud.
- Identitas sebagai suatu yang khas pada tahap Adelonsasi yang dapat berubah dan dipahami setelah setiap Adelonsasi.
- Identitas sebagai pengalaman subyektif.
- Identitas sebagai kesinambungan diri sendiri dengan orang lain.
Proses terjadinya identitas dapat diungkapkan juga secara abstrak. Identitas ialah suatu proses restrukturisasi segala identifikasi dan pengalaman terdahulu, seluruh identitas fragmeter baik dan buruk, atau positif negatif diolah dalam perspektif suatu masa depan yang diartisipasi, manusia merupakan identitasnya, apabila dia dapat menggabungkan pengalaman-pengalaman tersebut menjadi tatanan baru yang positif.
Tahap khas dari krisis identitas sebenarnya adalah masa Adelonsia, yaitu saat pemuda mencoba-coba dengan berbagai macam konfigurasi dari identitas positif dan negatif seperti mencoba mode berpakaian, mengikuti peran aktor atau artis yang disenangi untuk akhirnya menetapkan mana yang cocok. Karena masa Adelonsia adalah masa peralihan di finitif dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pendapat Eriksen tentang pembentukan identitas adalah : akhirnya pembentukan identitas pada saat identifikasi tidak dapat …… 187.
Dengan demikian penentuan identitas sesungguhnya baru bermula pada masa Adolensasi. Namun hal itu belum bisa menjadi patokan karena masih bersifat dinamis, selalu berkembang dan senantiasa berubah-ubah sepanjang hidup individu. Erikson juga berpendapat bahwa identitas pada hakikatnya bersifat "psikososial" karena pembentukan identitas memiliki hubungan timbal balik pada diri sendiri ditengah-tengah masyarakat. Freud berpendapat identitas adalah rasa kerasan, suatu konstruksi pada diri sendiri, yang mengikat individu itu pada anggota rasnya dan kelompoknya.
Jadi masalah identitas ialah masalah bagaimana suatu kesinambungan ditentukan antara masa lampau dan masa depan masyarakat, dimana identitas pemuda sebagai transformator kritis dari kedua masa sosial tadi. Identitasnya yang unik dalam diri sendiri, tetapi dia juga ingin tahu jenis manusia apakah dia, seorang Jerman, Amerika, atau Indonesia orang hitam atau putih, seorang pegawai, petani, pelajar atau seorang Maha guru dan sebagainya.
Sebagaimana telah dikatakan, tahap yang menentukan pembentukan identitas adalah masa adolesensi yang di mulai pada umur 13 atau 14 tahun. Dalam masa remaja ini muncullah suatu "krisis identitas", yang berakhir entah dengan membawa suatu pembentukan identitas "Ego" yang mantap atau menghasilkan "rasa kehilangan diri" yang agak patologis. Erikson menyebut tahap ini suatu "krisis identitas", karena di sini kegagalan sementara berfungsi untuk menetapkan suatu identitas stabil. Bahaya kebingungan peran sosial harus diatasi, sehingga akhirnya dapat terjadi suatu perubahan perspektif radikal. Dalam krisis ini segala mekanisme psikososial dari identitas berlawanan, sehingga terjadi kekacauan peran yang menjadi bahaya khas periode ini dan menjadi masalah pokok yang dihadapi pemuda. Krisis yang paling berat dan paling berbahaya, karena penyelesaian yang gagal atau berhasil dari krisis identitas itu mempunyai akibat jauh untuk seluruh masa depan dari Ego dewasa, bahkan dari generasi-generasi anak yang berikut. Baru sesudah masa adolesensi yang harus memantapkan suatu identitas kuat, kita dapat berbicara tentang suatu Ego dewasa yang matang. Tanpa penetapan suatu identitas yang terintegrasi baik (tentu sebagai suatu kompromi yang relatif bebas konflik) manusia selama masa dewasanya akan mengalami kesulitan terus-menerus dan tetap akan dibebani dengan berbagai macam konflik yang mengacaukan dan membingungkan.
Erikson menguraikan masa adolesensi sebagai "periode lingkaran hidup di mana setiap pemuda harus menciptakan untuk dirinya sendiri suatu perspektif dan orientasi sentral, suatu kesatuan psikososial yang berfungsi baik dengan mengolah pengaruh sisa-sisa masa kanak-kanaknya dan harapan-harapan masa dewasa yang diantisipasinya ; dia harus menemukan suatu kesamaan yang berarti antara apa yang dapat dia lihat dalam dirinya sendiri dan bagaimana menurut kesadarannya yang lebih tajam orang lain menilainya dan mengharapkan dari padanya (young man Luther, halaman 12). Adolesensi merupakan tahap terakhir dari tahap masa kanak-kanak namun proses adolensensi itu baru betul-betul berakhir apabila individu menempatkan segala identifikasi yang baru, yang tercapai dalam kebersamaan yang amat mengasyikkan serta dalam masa belajar suatu keahlian yang berciri bersaing bersama dengan dan di tengah-tengah teman-teman sebaya. Maka periode adolesensi adalah masa di mana individu sangat terlibat dalam proses menentukan diri (yang sering diiringi dengan rasa takut dan ketegangan yang meningkat), di mana segala sasaran pribadi, tujuan sosial dan cita-cita antar pribadi harus diuji kembali dan diubah. Makna dari periode adolesensi ini terdapat dalam pergumulan keras untuk merebut identitasnya sendiri, yang sebenarnya tidak lain daripada usaha menyiapkan diri untuk kehidupan sebagai orang dewasa di mana si remaja harus mencari tempatnya sendiri yang dapat diakui oleh seluruh masyarakat.
Benar bahwa krisis adolesensi merupakan peralihan yang amat sukar dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sesudah orang berhasil dengan mudah untuk mensintesiskan segala pengalaman dan reaksi dari setiap tahap masa kanak terdahulu, maka dia harus meninggalkan masa kanak-kanak itu dan memilih satu tempat dalam dunai orang dewasa. Hal ini mengandaikan suatu kepekaan khusus pada perubahan sosial dan historis. Periode yang sulit dapat dicirikan sebagai berikut :
"Itulah periode kemurungan serta perasaan halus; periode dari pikiran gelisah dan badan lesu; masa rasa berambisi serta keinginan kuat untuk menjelajah dan mengenal segala kemungkinan, namun juga masa untuk bermuram terus-menerus dan berkeliaran; masa kebimbangan tak terduga antara keduniawian yang berlebihan dan kenaifan luas biasa; masa antara usaha menjadi lebih dewasa daripada orang dewasa sendiri lalu menjadi lebih bersifat kekanak-kanakan daripada anak-anak. Dan terutama, periode adolesensi ini adalah masa krisis penuh ketidak pastian apabila pemuda harus melibatkan diri (biasanya sesudah sekian banyak mengalami kegelisahan pada mulanya) dalam satu penentuan diri yang akan diakui oleh diri sendiri dan orang lain (L.W. Pye, dalam Psychoanalysis and History, halaman 158).
Apabila krisis identitas dilalui secara normal, timbul suatu identitas yang terintegrasi, koheren, dan jelas. Tentu identitas ini yang kebanyakan menjadi bagian terbesarnya positif, meskipun disertai pula oleh sisi gelapnya yakni "identitas negatif". Bagaimanapun kebingungan identitas ini mengakibatkan suasana ketakutan, ketidak pastian, ketegangan, isolasi, dan ketaksanggupan mengambil keputusan. "keadaan ini dapat menyebabkan si pemuda merasa terisolasi, kosong, cemas dan bimbang. Pemuda merasa bahwa dia harus mengambil keputusan penting, namun dia tidak sanggup berbuat demikian. adolesen dapat merasa bahwa masyarakat memaksa dia untuk mengambil keputusan, maka dia menjadi lebih bersifat menentang lagi. Para adolesen ini sangat prihatin pada masalah bagaimana orang-orang lain melihat mereka, dan mereka cenderung memamerkan keyakinan diri yang cukup tinggi dan memperlihatkan keadaan-keadaan maju pemunduran yang sewaktu-waktu terjadi ke arah keadaan infantil ternyata menjadi suatu alternatif yang baik bagi keterlibatan ruwet yang diharuskan darinya dalam satu masyarakat dewasa. Tingkah laku si remaja amat tidak konsisten dan tidak dapat diramalkan selama dalam keadaan kacau-balau itu. Pada suatu ketika dia merasa berat untuk melibatkan diri dalam pergaulan dengan satu orang pun karena dia merasa takut ditolak, dikecewakan, atau disesatkan. Tetapi pada saat lain, dia ingin menjadi seorang pengikut, pencinta, atau murid bagaimanapun akibat-akibat dari keterlibatan semacam itu" (C.S. Hall/G. Lindzey, Theories of Personality, halaman 96).
Tempat kritis khas dari masa adolesensi dalam keseluruhan lingkaran hidup ditunjukkan secara tepat oleh istilah "moratorium psikososial". Setiap masyarakat mengizinkan suatu periode "kosong" antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang resmi pada para adolesensinya :
"Suatu jangka waktu yang sesudahnya mereka bukan lagi anak-anak, tetapi sebelum perbuatan dan pekerjaan mereka dihitung sebagai sesuatu yang mengantar kepada identitas masa depannya" (Young Man Luther, halaman 43).
Jadi bahaya pada Fase Adelonsia yakni "Krisis Identitas" meliputi :
1. Kesadaran identitas atau kepastian diri ekstrem, yang dialami pemuda yang masih meraba-raba dan berusaha menemukan diri yang mantap, supaya dia dapat mengimbangi dan menyembunyikan ketakpasitan diri yang amat mendalam. Hal itu menjadi nyata dalam sifat malu-malu atau justru dalam sifat tak tahu malu pada pemuda.
2. Identitas negatif merupakan suatu ringkasan yang memuat semua hal yang termasuk kelompok identifikasi negatif atau segala hal yang anda tidak ingin menyerupai. Identitas negatif ini terdiri dari, misalnya, badan yang diperkosa atau dikebiri, kelompok etnis yang ditolak, minoritas yang diperas, dan sebagainya.
3. Kekacauan perspektif waktu yang disebabkan oleh kehilangan fungsi Ego, yang membeda-bedakan berbagai perspektif waktu dan memungkinkan harapan masa depan.
4. Pelumpuhan kerja atau gangguan kesanggupan berprestasi yang nampak entah dalam ketaksanggupan total untuk memusatkan perhatian pada kerja apa pun saja, atau dalam keasyikan melulu dengan hal yang selalu sama.
5. Kebingungan identitas dan kekacauan peran seperti yang telah saya bicarakan/singgung tadi.
6. Kebingungan biseksual yang merupakan ketakpasitan yang sangat mendalam dari pemuda yang tidak merasa diri jelas termasuk dalam kelompok jenis kelamin tertentu. Kebingungan seksualitas ganda ini gampang membawa pemuda kepada homoseksualitas atau juga penolakan keras terhadap segala seksualitas.
7. Kebingungan kewibawaan yang merupakan rasa tak sanggup untuk menaati atau memberi perintah begitu saja. Setiap situasi persaingan atau struktur hierarkis dalam hal kekuasaan atau kewibawaan menyebabkan orang itu menjadi panik.
8. Kekacauan ideologis yang akan terjadi pada seorang pemuda yang tidak dapat memilih dengan tegas suatu ideologi atau agama tertentu.
Dari Analisis Tersebut,
Perlulah kiranya memahami psikologi remaja yang sangat rentan terhadap "krisis identitas" guna menanggulangi kenakalan remaja, bisa jadi kondisi saat ini dimana kenakalan remaja saat diatasi disebabkan kita kurang memahami perkembangan psikologi pada remaja.
Kata seorang psikonalis Erik H. Erikson, oleh masyarakat Amerika memberinya julukan "Guru Masa Kini". Bertolak dari uraian diatas bahwa. Konsep identitas dalam psikologi umumnya menunjuk kepada satu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi yang pada dasarnya tidak pernah terpisahkan meskipun terjadi perubahan-perubahan selama fase perkembangan hidup.
Orang yang dalam proses mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan siapa dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang.
Jika ungkapan tersebut muncul pada diri seseorang baru pada saat itu manusia memperoleh suatu pandangan jelas tentang diri, tidak meragukan tentang identitas batinnya sendiri serta mengenal peraya dalam masyarakat, tetapi ini baru mungkin apabila ia sadar akan kelemahan dan kelebihan yang dia miliki seperti kesukaannya dan ketidak sukaannya, aspirasinya, tujuan masa depan yang di antisipasi dan perasaan bahwa dia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya sendiri.
Pemuda sebagai Embrio Regenerasi suatu bangsa memiliki masa adelonsia dimana pemuda untuk pertama kali secara diminitif harus menentukan siapakah dan apakah dia ketika itu dan ingin menjadi siapa dan apa dia di masa depan, (Masa Adelonsia yang sangat kental terhadap "Krisis Identitas").
Identitas memiliki identifikasi sebagai suatu kesadaran yang dipertajam dan sebagai suatu kesatuan unik yang menjaga kesinambungan arti penjelasan di masa lampau bagi dirinya sendiri dengan orang lain. Menurut De Levita Aspek-aspek Identifikasi Identitas adalah :
- Identitas sebagai intisari seluruh kepribadian yang tetap tinggal sama walaupun berubah ketika menjadi tua serta dalam dunia sekitar.
- Identitas sebagai keserasian peran sosial yang pada prinsipnya dapat berubah dan berubah-ubah.
- Identitas sebagai "bagai hidupku sendiri" yang berkembang dalam tahap-tahap terdahulu dan menentukan bagaimana peran sosial itu dapat terwujud.
- Identitas sebagai suatu yang khas pada tahap Adelonsasi yang dapat berubah dan dipahami setelah setiap Adelonsasi.
- Identitas sebagai pengalaman subyektif.
- Identitas sebagai kesinambungan diri sendiri dengan orang lain.
Proses terjadinya identitas dapat diungkapkan juga secara abstrak. Identitas ialah suatu proses restrukturisasi segala identifikasi dan pengalaman terdahulu, seluruh identitas fragmeter baik dan buruk, atau positif negatif diolah dalam perspektif suatu masa depan yang diartisipasi, manusia merupakan identitasnya, apabila dia dapat menggabungkan pengalaman-pengalaman tersebut menjadi tatanan baru yang positif.
Tahap khas dari krisis identitas sebenarnya adalah masa Adelonsia, yaitu saat pemuda mencoba-coba dengan berbagai macam konfigurasi dari identitas positif dan negatif seperti mencoba mode berpakaian, mengikuti peran aktor atau artis yang disenangi untuk akhirnya menetapkan mana yang cocok. Karena masa Adelonsia adalah masa peralihan di finitif dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pendapat Eriksen tentang pembentukan identitas adalah : akhirnya pembentukan identitas pada saat identifikasi tidak dapat …… 187.
Dengan demikian penentuan identitas sesungguhnya baru bermula pada masa Adolensasi. Namun hal itu belum bisa menjadi patokan karena masih bersifat dinamis, selalu berkembang dan senantiasa berubah-ubah sepanjang hidup individu. Erikson juga berpendapat bahwa identitas pada hakikatnya bersifat "psikososial" karena pembentukan identitas memiliki hubungan timbal balik pada diri sendiri ditengah-tengah masyarakat. Freud berpendapat identitas adalah rasa kerasan, suatu konstruksi pada diri sendiri, yang mengikat individu itu pada anggota rasnya dan kelompoknya.
Jadi masalah identitas ialah masalah bagaimana suatu kesinambungan ditentukan antara masa lampau dan masa depan masyarakat, dimana identitas pemuda sebagai transformator kritis dari kedua masa sosial tadi. Identitasnya yang unik dalam diri sendiri, tetapi dia juga ingin tahu jenis manusia apakah dia, seorang Jerman, Amerika, atau Indonesia orang hitam atau putih, seorang pegawai, petani, pelajar atau seorang Maha guru dan sebagainya.
Sebagaimana telah dikatakan, tahap yang menentukan pembentukan identitas adalah masa adolesensi yang di mulai pada umur 13 atau 14 tahun. Dalam masa remaja ini muncullah suatu "krisis identitas", yang berakhir entah dengan membawa suatu pembentukan identitas "Ego" yang mantap atau menghasilkan "rasa kehilangan diri" yang agak patologis. Erikson menyebut tahap ini suatu "krisis identitas", karena di sini kegagalan sementara berfungsi untuk menetapkan suatu identitas stabil. Bahaya kebingungan peran sosial harus diatasi, sehingga akhirnya dapat terjadi suatu perubahan perspektif radikal. Dalam krisis ini segala mekanisme psikososial dari identitas berlawanan, sehingga terjadi kekacauan peran yang menjadi bahaya khas periode ini dan menjadi masalah pokok yang dihadapi pemuda. Krisis yang paling berat dan paling berbahaya, karena penyelesaian yang gagal atau berhasil dari krisis identitas itu mempunyai akibat jauh untuk seluruh masa depan dari Ego dewasa, bahkan dari generasi-generasi anak yang berikut. Baru sesudah masa adolesensi yang harus memantapkan suatu identitas kuat, kita dapat berbicara tentang suatu Ego dewasa yang matang. Tanpa penetapan suatu identitas yang terintegrasi baik (tentu sebagai suatu kompromi yang relatif bebas konflik) manusia selama masa dewasanya akan mengalami kesulitan terus-menerus dan tetap akan dibebani dengan berbagai macam konflik yang mengacaukan dan membingungkan.
Erikson menguraikan masa adolesensi sebagai "periode lingkaran hidup di mana setiap pemuda harus menciptakan untuk dirinya sendiri suatu perspektif dan orientasi sentral, suatu kesatuan psikososial yang berfungsi baik dengan mengolah pengaruh sisa-sisa masa kanak-kanaknya dan harapan-harapan masa dewasa yang diantisipasinya ; dia harus menemukan suatu kesamaan yang berarti antara apa yang dapat dia lihat dalam dirinya sendiri dan bagaimana menurut kesadarannya yang lebih tajam orang lain menilainya dan mengharapkan dari padanya (young man Luther, halaman 12). Adolesensi merupakan tahap terakhir dari tahap masa kanak-kanak namun proses adolensensi itu baru betul-betul berakhir apabila individu menempatkan segala identifikasi yang baru, yang tercapai dalam kebersamaan yang amat mengasyikkan serta dalam masa belajar suatu keahlian yang berciri bersaing bersama dengan dan di tengah-tengah teman-teman sebaya. Maka periode adolesensi adalah masa di mana individu sangat terlibat dalam proses menentukan diri (yang sering diiringi dengan rasa takut dan ketegangan yang meningkat), di mana segala sasaran pribadi, tujuan sosial dan cita-cita antar pribadi harus diuji kembali dan diubah. Makna dari periode adolesensi ini terdapat dalam pergumulan keras untuk merebut identitasnya sendiri, yang sebenarnya tidak lain daripada usaha menyiapkan diri untuk kehidupan sebagai orang dewasa di mana si remaja harus mencari tempatnya sendiri yang dapat diakui oleh seluruh masyarakat.
Benar bahwa krisis adolesensi merupakan peralihan yang amat sukar dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sesudah orang berhasil dengan mudah untuk mensintesiskan segala pengalaman dan reaksi dari setiap tahap masa kanak terdahulu, maka dia harus meninggalkan masa kanak-kanak itu dan memilih satu tempat dalam dunai orang dewasa. Hal ini mengandaikan suatu kepekaan khusus pada perubahan sosial dan historis. Periode yang sulit dapat dicirikan sebagai berikut :
"Itulah periode kemurungan serta perasaan halus; periode dari pikiran gelisah dan badan lesu; masa rasa berambisi serta keinginan kuat untuk menjelajah dan mengenal segala kemungkinan, namun juga masa untuk bermuram terus-menerus dan berkeliaran; masa kebimbangan tak terduga antara keduniawian yang berlebihan dan kenaifan luas biasa; masa antara usaha menjadi lebih dewasa daripada orang dewasa sendiri lalu menjadi lebih bersifat kekanak-kanakan daripada anak-anak. Dan terutama, periode adolesensi ini adalah masa krisis penuh ketidak pastian apabila pemuda harus melibatkan diri (biasanya sesudah sekian banyak mengalami kegelisahan pada mulanya) dalam satu penentuan diri yang akan diakui oleh diri sendiri dan orang lain (L.W. Pye, dalam Psychoanalysis and History, halaman 158).
Apabila krisis identitas dilalui secara normal, timbul suatu identitas yang terintegrasi, koheren, dan jelas. Tentu identitas ini yang kebanyakan menjadi bagian terbesarnya positif, meskipun disertai pula oleh sisi gelapnya yakni "identitas negatif". Bagaimanapun kebingungan identitas ini mengakibatkan suasana ketakutan, ketidak pastian, ketegangan, isolasi, dan ketaksanggupan mengambil keputusan. "keadaan ini dapat menyebabkan si pemuda merasa terisolasi, kosong, cemas dan bimbang. Pemuda merasa bahwa dia harus mengambil keputusan penting, namun dia tidak sanggup berbuat demikian. adolesen dapat merasa bahwa masyarakat memaksa dia untuk mengambil keputusan, maka dia menjadi lebih bersifat menentang lagi. Para adolesen ini sangat prihatin pada masalah bagaimana orang-orang lain melihat mereka, dan mereka cenderung memamerkan keyakinan diri yang cukup tinggi dan memperlihatkan keadaan-keadaan maju pemunduran yang sewaktu-waktu terjadi ke arah keadaan infantil ternyata menjadi suatu alternatif yang baik bagi keterlibatan ruwet yang diharuskan darinya dalam satu masyarakat dewasa. Tingkah laku si remaja amat tidak konsisten dan tidak dapat diramalkan selama dalam keadaan kacau-balau itu. Pada suatu ketika dia merasa berat untuk melibatkan diri dalam pergaulan dengan satu orang pun karena dia merasa takut ditolak, dikecewakan, atau disesatkan. Tetapi pada saat lain, dia ingin menjadi seorang pengikut, pencinta, atau murid bagaimanapun akibat-akibat dari keterlibatan semacam itu" (C.S. Hall/G. Lindzey, Theories of Personality, halaman 96).
Tempat kritis khas dari masa adolesensi dalam keseluruhan lingkaran hidup ditunjukkan secara tepat oleh istilah "moratorium psikososial". Setiap masyarakat mengizinkan suatu periode "kosong" antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang resmi pada para adolesensinya :
"Suatu jangka waktu yang sesudahnya mereka bukan lagi anak-anak, tetapi sebelum perbuatan dan pekerjaan mereka dihitung sebagai sesuatu yang mengantar kepada identitas masa depannya" (Young Man Luther, halaman 43).
Jadi bahaya pada Fase Adelonsia yakni "Krisis Identitas" meliputi :
1. Kesadaran identitas atau kepastian diri ekstrem, yang dialami pemuda yang masih meraba-raba dan berusaha menemukan diri yang mantap, supaya dia dapat mengimbangi dan menyembunyikan ketakpasitan diri yang amat mendalam. Hal itu menjadi nyata dalam sifat malu-malu atau justru dalam sifat tak tahu malu pada pemuda.
2. Identitas negatif merupakan suatu ringkasan yang memuat semua hal yang termasuk kelompok identifikasi negatif atau segala hal yang anda tidak ingin menyerupai. Identitas negatif ini terdiri dari, misalnya, badan yang diperkosa atau dikebiri, kelompok etnis yang ditolak, minoritas yang diperas, dan sebagainya.
3. Kekacauan perspektif waktu yang disebabkan oleh kehilangan fungsi Ego, yang membeda-bedakan berbagai perspektif waktu dan memungkinkan harapan masa depan.
4. Pelumpuhan kerja atau gangguan kesanggupan berprestasi yang nampak entah dalam ketaksanggupan total untuk memusatkan perhatian pada kerja apa pun saja, atau dalam keasyikan melulu dengan hal yang selalu sama.
5. Kebingungan identitas dan kekacauan peran seperti yang telah saya bicarakan/singgung tadi.
6. Kebingungan biseksual yang merupakan ketakpasitan yang sangat mendalam dari pemuda yang tidak merasa diri jelas termasuk dalam kelompok jenis kelamin tertentu. Kebingungan seksualitas ganda ini gampang membawa pemuda kepada homoseksualitas atau juga penolakan keras terhadap segala seksualitas.
7. Kebingungan kewibawaan yang merupakan rasa tak sanggup untuk menaati atau memberi perintah begitu saja. Setiap situasi persaingan atau struktur hierarkis dalam hal kekuasaan atau kewibawaan menyebabkan orang itu menjadi panik.
8. Kekacauan ideologis yang akan terjadi pada seorang pemuda yang tidak dapat memilih dengan tegas suatu ideologi atau agama tertentu.
Dari Analisis Tersebut,
Perlulah kiranya memahami psikologi remaja yang sangat rentan terhadap "krisis identitas" guna menanggulangi kenakalan remaja, bisa jadi kondisi saat ini dimana kenakalan remaja saat diatasi disebabkan kita kurang memahami perkembangan psikologi pada remaja.
Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sebagainya
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka sangatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.
Menurut hasil studi Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skills) yaitu:
1. Keluarga
2. Lingkungan
3. Kepribadian
4. Rekreasi
5. Pergaulan dengan lawan jenis
6. Pendidikan/sekolah
7. Persahabatan dan solidaritas kelompok
8. Lapangan kerja
Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, maka delapan aspek yang menuntut ketrampilan sosial remaja harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Di bawah ini adalah beberapa saran yang mungkin berguna bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:
• kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
• kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
• kurang mampu berkomunikasi secara sehat
• kurang mampu mandiri
• kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
• kurang mampu bekerjasama
• kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka sangatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Kehramonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.
2. Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.
5. Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.
6. Pendidikan
Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu ketrampilan tersebut adalah keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.
7. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
8. Lapangan Kerja
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMA/SMK mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.
9. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri.
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.
Penulis sangat yakin banyak cara-cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja. Anda pun bebas memilih cara-cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan remaja anda. Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan ketrampilan sosial berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Semoga bermanfaat.
Oleh Rizza Aria Ferdian,S.Pd.
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sebagainya
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka sangatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.
Menurut hasil studi Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skills) yaitu:
1. Keluarga
2. Lingkungan
3. Kepribadian
4. Rekreasi
5. Pergaulan dengan lawan jenis
6. Pendidikan/sekolah
7. Persahabatan dan solidaritas kelompok
8. Lapangan kerja
Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, maka delapan aspek yang menuntut ketrampilan sosial remaja harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Di bawah ini adalah beberapa saran yang mungkin berguna bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:
• kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
• kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
• kurang mampu berkomunikasi secara sehat
• kurang mampu mandiri
• kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
• kurang mampu bekerjasama
• kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka sangatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Kehramonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.
2. Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.
5. Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.
6. Pendidikan
Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu ketrampilan tersebut adalah keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.
7. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
8. Lapangan Kerja
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMA/SMK mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.
9. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri.
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.
Penulis sangat yakin banyak cara-cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja. Anda pun bebas memilih cara-cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan remaja anda. Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan ketrampilan sosial berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Semoga bermanfaat.
Oleh Rizza Aria Ferdian,S.Pd.
BILA GAGAL TIDAK PERLU FRUSTASI
Untuk mencapai sukses itu tentu dengan jalan berwiraswasta. "Berwiraswasta?" Ah sebuah kata yang cukup kedengaran bersifat omong kosong dan memuakkan. Memang banyak anak remaja yang sudah bosan dan jenuh mendengarkan perkataan ini. Pasti mereka beralasan bahwa tidak mungkin melakukan wiraswasta kalau hanya dengan modal dengkul saja.
Banyak cerita-cerita yang menguraikan perjalanan tentang keberhasilan hidup seseorang dari nol hingga menjadi jutawan dan pengusaha yang memulai karirnya hanya dengan modal dengkul saja. Mereka, sekali lagi, mulai dari nol besar dan membuka lapangan kerja sehingga bisa pula menyelamatkan sekian banyak orang dari virus pengangguran.
Abraham Lincoln, orang terkemuka yang diingat dalam sejarah Amerika, dulu tidak pernah masuk universitas tetapi dunia mengenalnya sebagai Presiden Amerika dan pejuang persaam hak azasi manusia. Levi Strauss adalah termasuk orang yang gagal dalam sekolah tetapi ia dapat mengembangkan pola fikirannya dan melakukan karya sehingga banyak orang yang memakai celana Levi's rancangannya yang sangat populer itu. Thomas Alva Edison tidak pernah belajar di sekolah lanjutan atas tetapi ia berhasil dengan eksperimen bola listriknya yang tetap dipakai orang sepanjang waktu, paling kurang setiap malam hari. Sigmund Freud adalah orang yang gagal masuk ke fakultas psikologi, tetapi ia tidak berputus asa. Dia belajar sendiri dengan membaca banyak buku-buku dan mencurahkan karyanya dalam bentuk tulisan. Sekarang kita mengenal namanya sebagai orang yang paling ahli dalam bidang psikologi dan terkenal dengan analisa-analisanya. Masih banyak lagi contoh-contoh orang sukses termasuk orang-orang di Negara kita. Mungkin juga dia tinggal dalam propinsi atau dalam kota kita dan malah ia berada di lingkungan kita sendiri.
Kita sering mendengar komentar-komentar remaja tentang orang-orang yang berhasil. "Ah mereka sudah ditakdirkan menjadi begitu !" Kita perlu ingat bahwa sebeanarnya kesuksesan itu bukanlah takdir dan bukan pula nasib yang datang saja tanpa harus berusaha selangkah demi selangkah. Lantas apa kunci sukses mereka ? Mereka tidak memandang lembaga pendidikan sebagai forum untuk mencetak tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh ilmu pengetahuan secara mutlak. Dan mereka tidak harus menjadi mahasiswa. Mereka tidak menganggap bahwa kalau sudah menjadi mahasiswa pasti akan mempunyai masa depan yang mudah dan cerah. Yang perlu bagi mereka adalah terus berusaha dan belajar keras, kemudian terjun ke kancah kehidupan. Mereka tekun dalam menggeluti suatu bidang usaha yang bisa dikerjakan ditengah masyarakat yang hiruk pikuk dengan sejuta macam pekerjaan.
Orang-orang macam begini memandang kemuka dan melihat suatu kesempatan yang terbentang luas. Mereka mulai belajar dari kehidupan tanpa mengenal lelah dan menyerah tanpa membuat teori yang terlalu bertele-tele. Tetapi mereka memikirkan analisa yang langsung dan tetap. Mereka punya daya prakarsa dan vitalitas kerja yang tinggi. Mereka mempergunakan otak, dengan kata lain bersikap logika, dan memperhitungkan gerak tangan dan gerak kaki. Dalam hidup mereka melakukan keseimbangan antara gerak otak dan gerak badan. Orang-orang macam inilah yang selalu mencapai sukses dalam kehidupan sosial. Jadi bukan semata-mata karena takdir atau dalam istilah dikenal dengan "nasib mujur". Usaha dan langkah-langkah mereka dan diikuti pendekatan diri kepada Tuhan, inilah yang menentukan keberhasilan mereka.
Banyak orang yang berpandangan keliru dimana mereka menganggap bahwa seandainya seseorang bias tamat dari perguruan tinggi tertentu, misalnya perguruan tinggi yang memiliki reputasi, akan mudah memperoleh jawaban dan pekerjaan yang basah. Semua itu banyak tidak benarnya. Image yang demikian sama dengan orang-orang yang ada di kampung-kampung kita. Mereka mau saja menjual sawah dan lading serta harta benda milik nenek moyang mereka, atau pusaka, asalkan bisa masuk ke universitas dan yang penting adalah menjadi mahasiswa dahulu. Bagi mereka gambaran menjadi seorang mahasiswa adalah menjadi orang yang terhormat, orang pandai dan calon pengusaha di negeri. Mereka, orang tua, tidak peduli dan bekerja keras seperti bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang penting adalah bagaimana anak bisa menjadi mahasiswa. Suatu tekad orang tua yang terpuji dan sungguh kita kasihan kalau anak-anak remaja mereka tidak tahu diri di bangku universitas.
Banyak pelajar yang gagal masuk ke perguruan tinggi lantas menjadi frustasi, sehingga mereka memandang kedepan dengan rasa pesimis. Padahal sebetulnya ini tidak perlu terjadi. Alangkah baiknya bila remaja yang gagal itu melihat alam sekeliling dengan seksama sambil mempelajari kehidupan orang-orang yang ada disekeliling mengapa ada yang sampai sukses ? Insya Allah mereka akan segera tahu bahwa anggapa masa depan itu "suram" adalah suatu anggapan yang keliru
Banyak cerita-cerita yang menguraikan perjalanan tentang keberhasilan hidup seseorang dari nol hingga menjadi jutawan dan pengusaha yang memulai karirnya hanya dengan modal dengkul saja. Mereka, sekali lagi, mulai dari nol besar dan membuka lapangan kerja sehingga bisa pula menyelamatkan sekian banyak orang dari virus pengangguran.
Abraham Lincoln, orang terkemuka yang diingat dalam sejarah Amerika, dulu tidak pernah masuk universitas tetapi dunia mengenalnya sebagai Presiden Amerika dan pejuang persaam hak azasi manusia. Levi Strauss adalah termasuk orang yang gagal dalam sekolah tetapi ia dapat mengembangkan pola fikirannya dan melakukan karya sehingga banyak orang yang memakai celana Levi's rancangannya yang sangat populer itu. Thomas Alva Edison tidak pernah belajar di sekolah lanjutan atas tetapi ia berhasil dengan eksperimen bola listriknya yang tetap dipakai orang sepanjang waktu, paling kurang setiap malam hari. Sigmund Freud adalah orang yang gagal masuk ke fakultas psikologi, tetapi ia tidak berputus asa. Dia belajar sendiri dengan membaca banyak buku-buku dan mencurahkan karyanya dalam bentuk tulisan. Sekarang kita mengenal namanya sebagai orang yang paling ahli dalam bidang psikologi dan terkenal dengan analisa-analisanya. Masih banyak lagi contoh-contoh orang sukses termasuk orang-orang di Negara kita. Mungkin juga dia tinggal dalam propinsi atau dalam kota kita dan malah ia berada di lingkungan kita sendiri.
Kita sering mendengar komentar-komentar remaja tentang orang-orang yang berhasil. "Ah mereka sudah ditakdirkan menjadi begitu !" Kita perlu ingat bahwa sebeanarnya kesuksesan itu bukanlah takdir dan bukan pula nasib yang datang saja tanpa harus berusaha selangkah demi selangkah. Lantas apa kunci sukses mereka ? Mereka tidak memandang lembaga pendidikan sebagai forum untuk mencetak tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh ilmu pengetahuan secara mutlak. Dan mereka tidak harus menjadi mahasiswa. Mereka tidak menganggap bahwa kalau sudah menjadi mahasiswa pasti akan mempunyai masa depan yang mudah dan cerah. Yang perlu bagi mereka adalah terus berusaha dan belajar keras, kemudian terjun ke kancah kehidupan. Mereka tekun dalam menggeluti suatu bidang usaha yang bisa dikerjakan ditengah masyarakat yang hiruk pikuk dengan sejuta macam pekerjaan.
Orang-orang macam begini memandang kemuka dan melihat suatu kesempatan yang terbentang luas. Mereka mulai belajar dari kehidupan tanpa mengenal lelah dan menyerah tanpa membuat teori yang terlalu bertele-tele. Tetapi mereka memikirkan analisa yang langsung dan tetap. Mereka punya daya prakarsa dan vitalitas kerja yang tinggi. Mereka mempergunakan otak, dengan kata lain bersikap logika, dan memperhitungkan gerak tangan dan gerak kaki. Dalam hidup mereka melakukan keseimbangan antara gerak otak dan gerak badan. Orang-orang macam inilah yang selalu mencapai sukses dalam kehidupan sosial. Jadi bukan semata-mata karena takdir atau dalam istilah dikenal dengan "nasib mujur". Usaha dan langkah-langkah mereka dan diikuti pendekatan diri kepada Tuhan, inilah yang menentukan keberhasilan mereka.
Banyak orang yang berpandangan keliru dimana mereka menganggap bahwa seandainya seseorang bias tamat dari perguruan tinggi tertentu, misalnya perguruan tinggi yang memiliki reputasi, akan mudah memperoleh jawaban dan pekerjaan yang basah. Semua itu banyak tidak benarnya. Image yang demikian sama dengan orang-orang yang ada di kampung-kampung kita. Mereka mau saja menjual sawah dan lading serta harta benda milik nenek moyang mereka, atau pusaka, asalkan bisa masuk ke universitas dan yang penting adalah menjadi mahasiswa dahulu. Bagi mereka gambaran menjadi seorang mahasiswa adalah menjadi orang yang terhormat, orang pandai dan calon pengusaha di negeri. Mereka, orang tua, tidak peduli dan bekerja keras seperti bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang penting adalah bagaimana anak bisa menjadi mahasiswa. Suatu tekad orang tua yang terpuji dan sungguh kita kasihan kalau anak-anak remaja mereka tidak tahu diri di bangku universitas.
Banyak pelajar yang gagal masuk ke perguruan tinggi lantas menjadi frustasi, sehingga mereka memandang kedepan dengan rasa pesimis. Padahal sebetulnya ini tidak perlu terjadi. Alangkah baiknya bila remaja yang gagal itu melihat alam sekeliling dengan seksama sambil mempelajari kehidupan orang-orang yang ada disekeliling mengapa ada yang sampai sukses ? Insya Allah mereka akan segera tahu bahwa anggapa masa depan itu "suram" adalah suatu anggapan yang keliru
MEMILIH SEKOLAH PERLU KEARIFAN
Sudah menjadi pendapat umum bahwa sekolah yang berlokasi di kota kualitasnya lebih bagus dari pada sekolah yang berlokasi di desa. Sehingga fenomena yang terlihat setiap awal tahun pelajaran adalah adanya mobilisasi remaja/pelajar ke kota untuk mencari sekolah yang mereka idamkan. Mereka yang memiliki nilai ijazah tinggi dari sekolah sebelumnya, tentu saja boleh merasa bangga dan berharap agar mimpi untuk belajar di sekolah yang bermutu itu bukan di desa. Mencari sekolah berkualitas merupakan faktor yang mendorong untuk ikut melakukan urbanisasi. Masalah juga ada siswa yang memiliki nilai rendah ikut-ikutan melakukan urbanisasi pendidikan.
Berbicara tentang sebuah sekolah, kualitasnya tentu saja ditentukan oleh berbagai faktor seperti kondisi input dan proses yang ada dalam suatu sekolah dan faktor lingkungan, kualitas guru serta sarana pendukung untuk memperoleh output atau lulusan yang berkualitas. Setiap anak didik tentu punya hak untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dengan harapan agar memiliki ilmu, keterampilan, wawasan dan pergaulan yang lebih luas. Setiap anak didik perlu untuk cerdas dalam memilih sekolah. Disamping itu orang tua perlu untuk memberi pertimbangan yang masuk akal. Orang tua harus selalu bersikap arif terhadap anaknya. Dalam kenyataan banyak ditemui orang tua dan yang kurang arif (tidak punya pengalaman) dalam memilih sekolah. Tiap awal tahun ajaran mereka ikut meramaikan arus mobilisasi untuk mencari sekolah di perkotaan. Atau bagi mereka yang berdomisili di perkotaan untuk mencari sekolah yang jauh dari rumah dengan kata lain jauh dari orang tua, sehingga mereka harus mencari tempat kos atau rumah kontrakan. Untuk selanjutnya tinggal bersama teman-teman dan lingkungan yang belum tentu berkualitas baik. Padahal sebetulnya mereka bisa belajar di sekolah yang terdekat agar bisa tetap berada di bawah pengawasan dan kasih sayang orang tua. Kita tahu bahwa anak-anak usia SD sampai SMA seharusnya masih berada dalam pengawasan orang tua dengan suasana rumah yang harmonis penuh dengan berbagai kegiatan agar dapat tumbuh cerdas dan sehat secara intelektual, emosional dan spiritual. Dari pengalaman dapat dijumpai banyak anak-anak yang ketika masih kecil, di SD dan SMP, tergolong dalam kategori pintar dan berbudi pekerti terpuji tetapi setelah berpisah dari orang tua, karena sekolah jauh, kurang bisa mengontrol diri dan memilih pergaulan yang tepat. Sehingga mereka telah membuat orang tua menjadi resah, karena jangankan memperoleh nilai akademis baik malah memperoleh kualitas dan reputasi yang jelek.
Kadang-kadang orang tua latah dengan kata "demokrasi" dan kata "pendidikan" tanpa memahami apa dan bagaimana hakekat kedua kata tersebut. Ada pengalaman yang terjadi pada seorang orang tua dan anak laki-lakinya yang baru saja tamat SD, tergolong cerdas termasuk dalam berkomunikasi. Dalam usia yang tergolong relatif masih kecil tapi atas nama mencari pendidikan berkualitas di kota yang jarak rumah dengan sekolah itu cukup memakan waktu. Tentu saja orang tua tidak bisa memantau perkembangan anak secara berkala tiap hari atau tiap minggu. Pada mulanya hanya bisa memantau anak sekali dua minggu, menjadi sekali sebulan dan terus molor dan akhirnya sekali enam bulan. Tapi catatan yang diberikan pihak sekolah berbeda dengan catatan anak yang banyak membela diri. Pihak sekolah menyodorkan fakta data bahwa anak sudah menjadi orang pemalas dan tidak disiplin. Kalau begitu idealnya sejak awal orang tua ini harus punya pendapat dan pandangan yang mantap tentang hakekat mendidik dan membesarkan anak dan dunia yang luas agar tidak menyesal di belakang hari.
Banyak orang tua berfikir dan bertanya tentang kapan sebaiknya sorang anak boleh bersekolah jauh dari orang tua (?). Jawabannya sangat relatif sesuai dengan perspektif masing-masing. Keberhasilan pendidikan seorang anak tidak ditentukan oleh jauh atau dekatnya lokasi sebuah sekolah. Bila kualitas sekolah dekat rumah lumayan bagus buat apa harus mencari sekolah yang jauh (?).
Sangat wajar orang tua, untuk memahami sekolah untuk anaknya dan menghindari sekolah dengan budaya belajar jelek, suasana belajar santai, guru-guru tidak disiplin dan anak didik dengan kontrol diri dan motivasi belajar rendah. Bila suasana belajar di sekolah terdekat seperti demikian maka sangat patut orang tua mencarikan sekolah dan pemondokan anak yang cukup terjamin baik. Namun orang tua perlu tahu bahwa apakah anak sudah cukup matang untuk mandiri dan berpisah dari orang tua?
Suasana pemondokan di luar sekolah dan dalam komplek sekolah bagi sekolah khusus ikut menentukan bagaimana output anak di kemudian hari. Sebelum melepas anak untuk hidup mandiri di pemondokan, baiknya orang tua melakukan "Cek dan Ricek" atau melakukan observasi langsung ke tempatnya. Jangan minta pendapat orang agar bebas dari kesan pembohongan. Sekolah dengan pemondokan yang didampingi oleh tenaga pembina yang bebas dari sikap otoriter tapi disiplin adalah sungguh sangat bagus. Pemondokan tanpa ada tenaga pengontrol atau pembina, maka disana akan muncul bibit penyimpangan dalam usia dini seperti pencurian kecil-kecilan, penyemaian hukum rimba dimana yang berkuasa adalah anak yang berotot kekar, dan tak terkecuali juga terjadi aktifitas seksual iseng-iseng dengan kawan sejenis atau beda jenis kelamin (?), karena usia remaja adalah usia seksual sekunder dengan ciri-ciri dorongan libido yang cukup tinggi, perlu penyaluran positif seperti olahraga, seni dan lain-lain. Kisah-kisah demikian dapat diperoleh langsung dari anak-anak muda yang pernah tinggal di asrama atau pemondokan dengan kontrol yang rapuh.
Sekolah dengan pemondokan yang terjamin kualitasnya, dalam komplek sekolah atau di rumah-rumah penduduk seputar sekolah, yakni dengan hadirnya orang dewasa pengganti figur orang tua sendiri yang hangat pribadinya dan tahu dengan disiplin adalah harapan orang tua untuk menempatkan anaknya untuk menuntut ilmu. Tetapi pemondokan atau asrama sekolah yang dikelola asal-asalan saja maka disana akan terjadi pelabuhan berbagai watak yang hasilnya adalah cenderung jelek. Anak dari keluarga baik-baik tetapi lemah kontrol diri setelah bergabung dengan anak-anak yang berwatak amburadul akan memperlihatkan karakter kompensasi untuk dapat diterima menjadi anggota genk dengan membuat tato, tindik telinga, rambut funk-rock, celana metal dan segudang aksesoris lain yang menghiasi tubuh mereka. Sementara itu tanggung jawab untuk belajar dikesampingkan.
Kalau kualitas pribadi anak akan cenderung jelek gara-gara sekolah jauh dari rumah lebih baik orang tua membuat alternatif terakhir yaitu daripada sekolah jauh dari rumah, tinggal di pemondokan atau rumah kos yang kualitasnya centang prenang, lebih baik sekolah dekat orang tua sebagai pengontrolnya. Tidak ada salahnya bersekolah di pedesaan karena keberhasilan seorang tidak ditentukan oleh faktor desa atau kota tapi ditentukan oleh pribadinya sendiri.
Apa yang meski dilakukan oleh orang tua agar bisa memiliki anak yang berkualitas adalah dengan menanamkan budaya belajar mandiri, belajar secara otodidak dan mengembangkan anak agar memiliki kecerdasan berganda. Agus Nggermanto (dalam buku Quantum Quotient, cara melejitkan IQ, EQ dan SQ:2003) menjabarkan kecerdasan berganda seperti : cerdas matematika, cerdas berbahasa, cerdas intrapersonal dan interpersonal, cerdas dengan seni dan gerak dan cerdas dengan spiritual. Untuk melejitkan kecerdasan berganda adalah dengan mengkondisikan otak, buku-buku, psikomotorik, rasa cinta atau emosi positif, spiritual dalam bentuk mengamalkan ajaran agama dan bersikap selalu aktif dan kreatif.
Beberapa usaha untuk mencapai hal-hal diatas adalah seperti menggalakan kebiasaan membaca dan diskusi keluarga agar anak menjadi mantap dalam melakukan komunikasi. Usaha lain adalah membiasakan anak untuk melakukan penjelajahan dalam rangka menambah wawasan anak, melakukan rekreasi edukasional seperti pergi ke toko buku, tempat bermain anak, pabrik, tempat-tempat profesi lain agar anak memiliki segudang cita-cita dan tak kalah pentingnya adalah menyediakan sarana dan prasaran serta memberi contoh langsung pada keluarga.
Berbicara tentang sebuah sekolah, kualitasnya tentu saja ditentukan oleh berbagai faktor seperti kondisi input dan proses yang ada dalam suatu sekolah dan faktor lingkungan, kualitas guru serta sarana pendukung untuk memperoleh output atau lulusan yang berkualitas. Setiap anak didik tentu punya hak untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dengan harapan agar memiliki ilmu, keterampilan, wawasan dan pergaulan yang lebih luas. Setiap anak didik perlu untuk cerdas dalam memilih sekolah. Disamping itu orang tua perlu untuk memberi pertimbangan yang masuk akal. Orang tua harus selalu bersikap arif terhadap anaknya. Dalam kenyataan banyak ditemui orang tua dan yang kurang arif (tidak punya pengalaman) dalam memilih sekolah. Tiap awal tahun ajaran mereka ikut meramaikan arus mobilisasi untuk mencari sekolah di perkotaan. Atau bagi mereka yang berdomisili di perkotaan untuk mencari sekolah yang jauh dari rumah dengan kata lain jauh dari orang tua, sehingga mereka harus mencari tempat kos atau rumah kontrakan. Untuk selanjutnya tinggal bersama teman-teman dan lingkungan yang belum tentu berkualitas baik. Padahal sebetulnya mereka bisa belajar di sekolah yang terdekat agar bisa tetap berada di bawah pengawasan dan kasih sayang orang tua. Kita tahu bahwa anak-anak usia SD sampai SMA seharusnya masih berada dalam pengawasan orang tua dengan suasana rumah yang harmonis penuh dengan berbagai kegiatan agar dapat tumbuh cerdas dan sehat secara intelektual, emosional dan spiritual. Dari pengalaman dapat dijumpai banyak anak-anak yang ketika masih kecil, di SD dan SMP, tergolong dalam kategori pintar dan berbudi pekerti terpuji tetapi setelah berpisah dari orang tua, karena sekolah jauh, kurang bisa mengontrol diri dan memilih pergaulan yang tepat. Sehingga mereka telah membuat orang tua menjadi resah, karena jangankan memperoleh nilai akademis baik malah memperoleh kualitas dan reputasi yang jelek.
Kadang-kadang orang tua latah dengan kata "demokrasi" dan kata "pendidikan" tanpa memahami apa dan bagaimana hakekat kedua kata tersebut. Ada pengalaman yang terjadi pada seorang orang tua dan anak laki-lakinya yang baru saja tamat SD, tergolong cerdas termasuk dalam berkomunikasi. Dalam usia yang tergolong relatif masih kecil tapi atas nama mencari pendidikan berkualitas di kota yang jarak rumah dengan sekolah itu cukup memakan waktu. Tentu saja orang tua tidak bisa memantau perkembangan anak secara berkala tiap hari atau tiap minggu. Pada mulanya hanya bisa memantau anak sekali dua minggu, menjadi sekali sebulan dan terus molor dan akhirnya sekali enam bulan. Tapi catatan yang diberikan pihak sekolah berbeda dengan catatan anak yang banyak membela diri. Pihak sekolah menyodorkan fakta data bahwa anak sudah menjadi orang pemalas dan tidak disiplin. Kalau begitu idealnya sejak awal orang tua ini harus punya pendapat dan pandangan yang mantap tentang hakekat mendidik dan membesarkan anak dan dunia yang luas agar tidak menyesal di belakang hari.
Banyak orang tua berfikir dan bertanya tentang kapan sebaiknya sorang anak boleh bersekolah jauh dari orang tua (?). Jawabannya sangat relatif sesuai dengan perspektif masing-masing. Keberhasilan pendidikan seorang anak tidak ditentukan oleh jauh atau dekatnya lokasi sebuah sekolah. Bila kualitas sekolah dekat rumah lumayan bagus buat apa harus mencari sekolah yang jauh (?).
Sangat wajar orang tua, untuk memahami sekolah untuk anaknya dan menghindari sekolah dengan budaya belajar jelek, suasana belajar santai, guru-guru tidak disiplin dan anak didik dengan kontrol diri dan motivasi belajar rendah. Bila suasana belajar di sekolah terdekat seperti demikian maka sangat patut orang tua mencarikan sekolah dan pemondokan anak yang cukup terjamin baik. Namun orang tua perlu tahu bahwa apakah anak sudah cukup matang untuk mandiri dan berpisah dari orang tua?
Suasana pemondokan di luar sekolah dan dalam komplek sekolah bagi sekolah khusus ikut menentukan bagaimana output anak di kemudian hari. Sebelum melepas anak untuk hidup mandiri di pemondokan, baiknya orang tua melakukan "Cek dan Ricek" atau melakukan observasi langsung ke tempatnya. Jangan minta pendapat orang agar bebas dari kesan pembohongan. Sekolah dengan pemondokan yang didampingi oleh tenaga pembina yang bebas dari sikap otoriter tapi disiplin adalah sungguh sangat bagus. Pemondokan tanpa ada tenaga pengontrol atau pembina, maka disana akan muncul bibit penyimpangan dalam usia dini seperti pencurian kecil-kecilan, penyemaian hukum rimba dimana yang berkuasa adalah anak yang berotot kekar, dan tak terkecuali juga terjadi aktifitas seksual iseng-iseng dengan kawan sejenis atau beda jenis kelamin (?), karena usia remaja adalah usia seksual sekunder dengan ciri-ciri dorongan libido yang cukup tinggi, perlu penyaluran positif seperti olahraga, seni dan lain-lain. Kisah-kisah demikian dapat diperoleh langsung dari anak-anak muda yang pernah tinggal di asrama atau pemondokan dengan kontrol yang rapuh.
Sekolah dengan pemondokan yang terjamin kualitasnya, dalam komplek sekolah atau di rumah-rumah penduduk seputar sekolah, yakni dengan hadirnya orang dewasa pengganti figur orang tua sendiri yang hangat pribadinya dan tahu dengan disiplin adalah harapan orang tua untuk menempatkan anaknya untuk menuntut ilmu. Tetapi pemondokan atau asrama sekolah yang dikelola asal-asalan saja maka disana akan terjadi pelabuhan berbagai watak yang hasilnya adalah cenderung jelek. Anak dari keluarga baik-baik tetapi lemah kontrol diri setelah bergabung dengan anak-anak yang berwatak amburadul akan memperlihatkan karakter kompensasi untuk dapat diterima menjadi anggota genk dengan membuat tato, tindik telinga, rambut funk-rock, celana metal dan segudang aksesoris lain yang menghiasi tubuh mereka. Sementara itu tanggung jawab untuk belajar dikesampingkan.
Kalau kualitas pribadi anak akan cenderung jelek gara-gara sekolah jauh dari rumah lebih baik orang tua membuat alternatif terakhir yaitu daripada sekolah jauh dari rumah, tinggal di pemondokan atau rumah kos yang kualitasnya centang prenang, lebih baik sekolah dekat orang tua sebagai pengontrolnya. Tidak ada salahnya bersekolah di pedesaan karena keberhasilan seorang tidak ditentukan oleh faktor desa atau kota tapi ditentukan oleh pribadinya sendiri.
Apa yang meski dilakukan oleh orang tua agar bisa memiliki anak yang berkualitas adalah dengan menanamkan budaya belajar mandiri, belajar secara otodidak dan mengembangkan anak agar memiliki kecerdasan berganda. Agus Nggermanto (dalam buku Quantum Quotient, cara melejitkan IQ, EQ dan SQ:2003) menjabarkan kecerdasan berganda seperti : cerdas matematika, cerdas berbahasa, cerdas intrapersonal dan interpersonal, cerdas dengan seni dan gerak dan cerdas dengan spiritual. Untuk melejitkan kecerdasan berganda adalah dengan mengkondisikan otak, buku-buku, psikomotorik, rasa cinta atau emosi positif, spiritual dalam bentuk mengamalkan ajaran agama dan bersikap selalu aktif dan kreatif.
Beberapa usaha untuk mencapai hal-hal diatas adalah seperti menggalakan kebiasaan membaca dan diskusi keluarga agar anak menjadi mantap dalam melakukan komunikasi. Usaha lain adalah membiasakan anak untuk melakukan penjelajahan dalam rangka menambah wawasan anak, melakukan rekreasi edukasional seperti pergi ke toko buku, tempat bermain anak, pabrik, tempat-tempat profesi lain agar anak memiliki segudang cita-cita dan tak kalah pentingnya adalah menyediakan sarana dan prasaran serta memberi contoh langsung pada keluarga.
MENCIPTAKAN PENDIDIKAN EFEKTIF
Kata efektif adalah sebuah kata yang mudah untuk diucapkan namun butuh usaha maksimum dan kontinyu untuk memperolehnya. Kata ini dapat bergabung dengan kata pendidikan menjadi "pendidikan yang efektif" dan selanjutnya kita dapat bertanya sudah efektifkah pendidikan kita atau hanya sekedar asal-asalan saja?
Dari tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, informal dan non formal, maka pendidikan formal paling banyak disorot mulai dari mutu sampai dengan keefektifannya. Pendidikan formal yang mencakupi kurikulum, sarana, dan prasarananya dan lingkungan masyarakat yang ikut mempengaruhinya.
Apakah suatu pendidikan yang diselenggarakan sejak dari bangku SD sampai perguruan tinggi atau paling kurang sampai untuk tingkat SMA/SMK sudah efektif atau belum. Keefektifan sebuah sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang rumah tangga tempat asal anak-anak didik dan keadaan masyarakat sekeliling sekolah. Rumah tangga dan masyarakat yang memiliki SDM yang sangat memadai dan kondisi keuangan yang cukup mapan akan membantu terselenggaranya suatu sekolah yang efektif.
Sekolah yang efektif tentu akan menjadi sekolah idola dan akan diserbu oleh banyak calon anak didik setiap awal tahun pelajaran dimulai. Anak yang efektif sangat ditentukan oleh faktor rumah dan faktor sekolah yaitu rumah yang efektif dan sekolah yang efektif pula.
Kualitas seorang anak didik sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh budaya dan suasana belajar di rumah dan di sekolah. Beberapa faktor pendukung kualitas anak di rumah adalah seperti tingkat sosial ekonomi dan Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua serta pengaruh teman bermain dan hiburan. Sedangkan faktor pendukung di lingkungan sekolah adalah seperti tingkat SDM dan kehangatan pribadi guru, fasilitas penunjang, sarana belajar dan pengaruh budaya dan iklim belajar di sekolah itu sendiri.
Lebih dari separuh waktu kehidupan anak dihabiskan di rumah. Keluarga dan orang tua mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan pribadi anak. Kualitas mereka sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan (SDM) orang tua dalam mendidik dan menumbuhkembangkan konsep belajar dalam keluarga. Kemampuan ekonomi orang tua punya peran dalam menyediakan fasilitas belajar. Ada anak dengan tingkat pendidikan orang tua rendah, biasa berhasil dalam belajar karena orang tua cukup tebal isi kantongnya untuk membiayai saran belajar. Ada lagi sebagian anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu, tetapi juga berhasil dalam belajar, karena orang tuanya sendiri kaya dengan wawasan SDM. Yang sangat beruntung adalah anak yang memiliki orang tua dengan SDM tinggi, kantong tebal dan teman-teman bermain memberikan pengaruh positif dalam belajar.
Pendidikan yang efektif tentu akan didukung oleh komponen-komponen yang juga efektif. Mereka adalah seperti sekolah efektif, kepala sekolah efektif, guru efektif dan murid yang efektif.
Sekolah yang efektif tentu mempunyai standar indikator skor penilaiannya selalu meningkat. Murid-murid di sekolah itu sangat antusias dalam belajar dan ini tercermin dalam peningkatan prosentase kehadirannya. Guru sangat konsekwen dalam memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menilai PR itu dengan konsisten. Sekolah memiliki program dan jadwal ekstrakurikuler di sekolah itu terdapat partisipasi orang tua dan masyarakat untuk peduli terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah tersebut.
Sekolah efektif sangat menghargai waktu dan akan memanfaatkannya ibarat memanfaatkan uang. Tentu saja sebagian besar waktu itu digunakan untuk belajar. Guru-guru di sekolah yang efektif mampu melaksanakan proses belajar mengajar yang bebas dari gangguan dan memberikan pekerjaan rumah dengan cara bertanggung jawab. Sekolah ini mulai dan mengakhiri kegiatan belajar betul-betul tepat waktu. Sementara itu dalam sekolah yang tidak efektif, guru-guru cenderung tidak mendukung pemahaman tujuan sekolah.
Sekolah yang efektif tentu berada di belakang pimpinan kepala sekolah yang efektif pula. Seorang kepala sekolah akan menentukan jatuh atau bangunnya kualitas suatu sekolah. Kepala sekolah asal-asalan cenderung untuk menghancurkan budaya dan iklim belajar sekolah. Sedangkan kepala sekolah yang efektif selalu komit dengan misi dan visi yang mengangkat dan melestarikan kualitas sekolahnya.
Salfen Hasri (2004;20) mendeskripsikan tentang kepala sekolah yang efektif, yang antara lain sebagai berikut: punya visi dan merealisasikannya bersama guru dan staf. Ia mempunyai harapan yang tinggi pada prestasi, selalu mengamati kualitas guru dan kualitas anak didik serta mendorong pemanfaatan waktu. Disamping itu seorang kepala sekolah yang efektif selalu memonitor prestasi individu guru, staff, siswa dan sekolah.
Kepala sekolah yang efektif sangat sadar bahwa keberadaan siswa adalah titik pokok dalam dunia pendidikan (di sekolah), maka ia sangat memonitor perkembangan siswa yang tercermin dalam peningkatan kualitas nilai tes yang bersih dari rekayasa dan manipulasi data. Ia melowongkan waktu (punya jadwal) untuk mengamati guru dalam kelas dan senantiasa berdialog tentang problem dan perbaikan pengajaran/kelas.
Kepala sekolah menjadi efektif karena ia mampu menjadi pemimpin yang efektif. Me Clure (dalam Salfen Hasri, 2004) mengatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu dalam berbagi tugas bersama siapa yang memiliki kompetensi untuk pekerjaan khusus.
Seorang pemimpin yang efektif harus mampu untuk melaksanakan "problem solving" dan "decision making", memiliki bakat memimpin serta mampu untuk bersosialisasi, bekerja sama untuk peduli terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah tersebut
Dari tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, informal dan non formal, maka pendidikan formal paling banyak disorot mulai dari mutu sampai dengan keefektifannya. Pendidikan formal yang mencakupi kurikulum, sarana, dan prasarananya dan lingkungan masyarakat yang ikut mempengaruhinya.
Apakah suatu pendidikan yang diselenggarakan sejak dari bangku SD sampai perguruan tinggi atau paling kurang sampai untuk tingkat SMA/SMK sudah efektif atau belum. Keefektifan sebuah sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang rumah tangga tempat asal anak-anak didik dan keadaan masyarakat sekeliling sekolah. Rumah tangga dan masyarakat yang memiliki SDM yang sangat memadai dan kondisi keuangan yang cukup mapan akan membantu terselenggaranya suatu sekolah yang efektif.
Sekolah yang efektif tentu akan menjadi sekolah idola dan akan diserbu oleh banyak calon anak didik setiap awal tahun pelajaran dimulai. Anak yang efektif sangat ditentukan oleh faktor rumah dan faktor sekolah yaitu rumah yang efektif dan sekolah yang efektif pula.
Kualitas seorang anak didik sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh budaya dan suasana belajar di rumah dan di sekolah. Beberapa faktor pendukung kualitas anak di rumah adalah seperti tingkat sosial ekonomi dan Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua serta pengaruh teman bermain dan hiburan. Sedangkan faktor pendukung di lingkungan sekolah adalah seperti tingkat SDM dan kehangatan pribadi guru, fasilitas penunjang, sarana belajar dan pengaruh budaya dan iklim belajar di sekolah itu sendiri.
Lebih dari separuh waktu kehidupan anak dihabiskan di rumah. Keluarga dan orang tua mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan pribadi anak. Kualitas mereka sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan (SDM) orang tua dalam mendidik dan menumbuhkembangkan konsep belajar dalam keluarga. Kemampuan ekonomi orang tua punya peran dalam menyediakan fasilitas belajar. Ada anak dengan tingkat pendidikan orang tua rendah, biasa berhasil dalam belajar karena orang tua cukup tebal isi kantongnya untuk membiayai saran belajar. Ada lagi sebagian anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu, tetapi juga berhasil dalam belajar, karena orang tuanya sendiri kaya dengan wawasan SDM. Yang sangat beruntung adalah anak yang memiliki orang tua dengan SDM tinggi, kantong tebal dan teman-teman bermain memberikan pengaruh positif dalam belajar.
Pendidikan yang efektif tentu akan didukung oleh komponen-komponen yang juga efektif. Mereka adalah seperti sekolah efektif, kepala sekolah efektif, guru efektif dan murid yang efektif.
Sekolah yang efektif tentu mempunyai standar indikator skor penilaiannya selalu meningkat. Murid-murid di sekolah itu sangat antusias dalam belajar dan ini tercermin dalam peningkatan prosentase kehadirannya. Guru sangat konsekwen dalam memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menilai PR itu dengan konsisten. Sekolah memiliki program dan jadwal ekstrakurikuler di sekolah itu terdapat partisipasi orang tua dan masyarakat untuk peduli terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah tersebut.
Sekolah efektif sangat menghargai waktu dan akan memanfaatkannya ibarat memanfaatkan uang. Tentu saja sebagian besar waktu itu digunakan untuk belajar. Guru-guru di sekolah yang efektif mampu melaksanakan proses belajar mengajar yang bebas dari gangguan dan memberikan pekerjaan rumah dengan cara bertanggung jawab. Sekolah ini mulai dan mengakhiri kegiatan belajar betul-betul tepat waktu. Sementara itu dalam sekolah yang tidak efektif, guru-guru cenderung tidak mendukung pemahaman tujuan sekolah.
Sekolah yang efektif tentu berada di belakang pimpinan kepala sekolah yang efektif pula. Seorang kepala sekolah akan menentukan jatuh atau bangunnya kualitas suatu sekolah. Kepala sekolah asal-asalan cenderung untuk menghancurkan budaya dan iklim belajar sekolah. Sedangkan kepala sekolah yang efektif selalu komit dengan misi dan visi yang mengangkat dan melestarikan kualitas sekolahnya.
Salfen Hasri (2004;20) mendeskripsikan tentang kepala sekolah yang efektif, yang antara lain sebagai berikut: punya visi dan merealisasikannya bersama guru dan staf. Ia mempunyai harapan yang tinggi pada prestasi, selalu mengamati kualitas guru dan kualitas anak didik serta mendorong pemanfaatan waktu. Disamping itu seorang kepala sekolah yang efektif selalu memonitor prestasi individu guru, staff, siswa dan sekolah.
Kepala sekolah yang efektif sangat sadar bahwa keberadaan siswa adalah titik pokok dalam dunia pendidikan (di sekolah), maka ia sangat memonitor perkembangan siswa yang tercermin dalam peningkatan kualitas nilai tes yang bersih dari rekayasa dan manipulasi data. Ia melowongkan waktu (punya jadwal) untuk mengamati guru dalam kelas dan senantiasa berdialog tentang problem dan perbaikan pengajaran/kelas.
Kepala sekolah menjadi efektif karena ia mampu menjadi pemimpin yang efektif. Me Clure (dalam Salfen Hasri, 2004) mengatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu dalam berbagi tugas bersama siapa yang memiliki kompetensi untuk pekerjaan khusus.
Seorang pemimpin yang efektif harus mampu untuk melaksanakan "problem solving" dan "decision making", memiliki bakat memimpin serta mampu untuk bersosialisasi, bekerja sama untuk peduli terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah tersebut
Tips Memilih Sekolah
Sekolah memang bukan satu-satunya pilar penentu masa depan Anak. Banyak pilar lain yang turut menyokong, misalnya keluarga, kompetensi anak, bakat lahir, dan lingkungan sosial. Namun sekolah memiliki peran yang lebih dominan dalam membentuk karakter dan mengembangkan kompetensi anak. Maka tidak heran jika semua orang tua menginginkan anaknya bisa masuk di sekolah unggulan/berkualitas. Mereka berharap anak-anak mereka akan memperoleh pendidikan yang lebih baik di sana. Dan ketika lulus nanti akan menjadi anak yang pintar dan terampil sebagaimana yang diharapkan
Boleh dan sah-sah saja memiliki harapan sebaik itu. Namun, sebagai orang tua Anda harus realistis dan siap dengan konsekuensi apa pun yang harus ditanggung. Anak anda harus betul betul siap mental dan pikiran, begitu pula dengan Anda yang harus siap dengan segala kewajiban yang dituntut nantinya. Baik itu biaya maupun partisipasi aktif yang telah diprogramkan sekolah. Bila Anda dan anak Anda memang sudah siap dengan semua itu, maka bersegeralah memenangkan persaingan ketat merebut bangku sekolah unggulan. Semoga berhasil!
Tips Memilihkan Sekolah Untuk Anak
Bila dalam penjelasan sebelumnya saya khususkan kepada para orang tua yang menghendaki anaknya masuk di sekolah unggulan. Yaitu sekolah yang memang telah memiliki reputasi baik dan memiliki nilai plus dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain, penjelasan dan tips berikut saya khususkan bagi Anda yang masih mencari-cari sekolah yang cocok untuk Anak Anda.
Anda tentu memiliki pertimbangan sendiri dan berbeda-beda soal kelangsungan pendidikan anak Anda. Namun, setidaknya tips berikut bisa membantu Anda mengingat faktor lain yang mungkin terlupakan dalam daftar pertimbangan Anda.
Tentukan Visi Keluarga Terhadap Anak Anda
Apa harapan yang Anda inginkan pada anak Anda pada masa depan mereka. Harapan yang baik adalah yang memenuhi dua hal: ingin bisa apa anak Anda dan ingin menjadi apa anak Anda ke depan. Dan keinginan tersebut harus seimbang antara sukses dunia dan akhirat.
Pilih Sekolah Yang Memiliki Visi Yang Relevan
Anda harus datang ke sekolah yang akan Anda pilih untuk memastikan bahwa sekolah tersebut memiliki visi yang sama atau mendekati dengan visi keluarga Anda. Visi sekolah bisa Anda ketahui dengan cara berdialog langsung dengan pimpinan sekolah atau Anda baca brosur-brosurnya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua brosur sekolah merepresentasikan secara nyata kondisi sekolah. Beberapa brosur sengaja didesain untuk menampilkan hal-hal yang terbaik saja dari sekolah. Jadi, Anda harus cerdas juga dalam membaca brosur sekolah.
Libatkan Anak Anda
Perlu Anda sadari bahwa yang akan sekolah adalah anak Anda. Mereka perlu diajak untuk menentukan pilihan. Tentu dengan pengarahan sebelumnya. Sampaikan harapan Anda terhadap masa depan anak Anda sehingga menjadi pertimbangan anak kita ketika ikut memilih sekolah.
Lihat Program Sekolah
Setelah Anda mengetahui visi sekolah maka coba Anda teliti program-program yang dirancang oleh pihak sekolah. Apakah program-program itu cukup untuk mencapai visi sekolah yang diharapkan. Untuk itu tanyakan pula indikator-indikator tercapainya visi sekolah untuk melihat kecukupan programnya.
Siapa Guru-Gurunya
Sekolah berkualitas hampir selalu identik dengan guru-gurunya yang berkualitas. Oleh karena itu, guru harus menjadi pertimbangan utama dalam memilih sekolah anak Anda. Hal yang penting perlu dicermati adalah bagaimana akhlak mereka serta apakah mereka mudah diajak kerja sama untuk mendidik anak Anda.
Cari Referensi dari Lulusan
Output atau income siswa pada sebuah sekolah adalah bukti paling real dari kualitas sekolah yang ditawarkan. Anda bisa bertanya pada teman atau tetangga atau saudara atau orang lain yang Anda kenal yang putranya ada di sekolah yang Anda pilih.
Apakah Fasilitas Sekolah Aman dan Nyaman
Fasilitas sekolah tidak harus mewah. Yang terpenting adalah pertama tidak membahayakan fisik anak Anda dan yang kedua rapi dan bersih. Sekolah yang rapi dan bersih secara tidak langsung mengajarkan anak Anda untuk bersikap rapi dan bersih. Demikian sebaliknya, kelas-kelas yang kotor akan menjadikan anak kita kehilangan sense tentang kebersihan.
Amati Budaya Sekolah
Sekolah yang memiliki budaya/kultur yang baik akan melahirkan sikap-sikap yang baik pada anak didiknya. Sekolah yang berkualitas minimal harus memiliki 5 budaya: budaya disiplin waktu, budaya membaca, budaya bersih, budaya prestasi, dan budaya akhlak yang mulia.
Aktivitas Kegiatan Ekstrakurikuler
Sekolah yang baik adalah sekolah yang memberikan support dan waktu yang memadai untuk kegiatan ekstrakurikuler. Semakin beragam kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan maka semakin baik sekolah tersebut. Anak anda akan memiliki banyak pilihan sesuai minatnya. Dan yang pasti anak Anda akan semakin betah di sekolah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah yang kreatif dan produktif tersebut.
Jarak Sekolah dan Sarana Transportasi
Anda juga harus mempertimbangkan jarak sekolah dengan rumah Anda. Cari sekolah yang lebih dekat dengan rumah Anda. Selain ringan di ongkos dan menghemat waktu, sekolah yang dekat dengan rumah akan menghemat energi anak Anda.
Perhatikan juga sarana transportasi yang menghubungkan sekolah dengan rumah Anda. Jika menggunakan sana transportasi umum, pertimbangkan kemudahan mendapatinya. Dan bila Anak Anda menggunakan kendaraan pribadi, perhatikan faktor keselamatan selama perjalanan pulang pergi ke sekolah.
Kemampuan Dana Anda
Sekolah yang bermutu biasanya membutuhkan pendanaan yang lebih besar. Untuk itu Anda harus jeli menghitung kemampuan keuangan untuk membiayai sekolah Anak Anda. Anda tidak perlu memaksakan diri. Buatlah perencanaan yang matang untuk kebutuhan pendidikan Anak. Sukur-sukur Anda menemukan sekolah yang berkualitas namun dengan biaya yang relatif murah. Cari referensi sebanyak-banyaknya soal yang satu ini. Jangan biarkan keuangan keluarga Anda menjadi tidak sehat atau anak Anda gelisah karena di tengah jalan Anda merasa tidak mampu lagi membiayai kebutuhan sekolahnya.
Itulah beberapa pertimbangan yang bisa Anda gunakan sebelum menentukan sekolah yang tepat untuk anak Anda. Pada realitanya mungkin tidak semua daftar pertimbangan di atas dapat terakomodir secara baik. Namun, saya yakin Anda lebih tahu mengenai skala prioritas yang Anda tetapkan.
Boleh dan sah-sah saja memiliki harapan sebaik itu. Namun, sebagai orang tua Anda harus realistis dan siap dengan konsekuensi apa pun yang harus ditanggung. Anak anda harus betul betul siap mental dan pikiran, begitu pula dengan Anda yang harus siap dengan segala kewajiban yang dituntut nantinya. Baik itu biaya maupun partisipasi aktif yang telah diprogramkan sekolah. Bila Anda dan anak Anda memang sudah siap dengan semua itu, maka bersegeralah memenangkan persaingan ketat merebut bangku sekolah unggulan. Semoga berhasil!
Tips Memilihkan Sekolah Untuk Anak
Bila dalam penjelasan sebelumnya saya khususkan kepada para orang tua yang menghendaki anaknya masuk di sekolah unggulan. Yaitu sekolah yang memang telah memiliki reputasi baik dan memiliki nilai plus dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain, penjelasan dan tips berikut saya khususkan bagi Anda yang masih mencari-cari sekolah yang cocok untuk Anak Anda.
Anda tentu memiliki pertimbangan sendiri dan berbeda-beda soal kelangsungan pendidikan anak Anda. Namun, setidaknya tips berikut bisa membantu Anda mengingat faktor lain yang mungkin terlupakan dalam daftar pertimbangan Anda.
Tentukan Visi Keluarga Terhadap Anak Anda
Apa harapan yang Anda inginkan pada anak Anda pada masa depan mereka. Harapan yang baik adalah yang memenuhi dua hal: ingin bisa apa anak Anda dan ingin menjadi apa anak Anda ke depan. Dan keinginan tersebut harus seimbang antara sukses dunia dan akhirat.
Pilih Sekolah Yang Memiliki Visi Yang Relevan
Anda harus datang ke sekolah yang akan Anda pilih untuk memastikan bahwa sekolah tersebut memiliki visi yang sama atau mendekati dengan visi keluarga Anda. Visi sekolah bisa Anda ketahui dengan cara berdialog langsung dengan pimpinan sekolah atau Anda baca brosur-brosurnya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua brosur sekolah merepresentasikan secara nyata kondisi sekolah. Beberapa brosur sengaja didesain untuk menampilkan hal-hal yang terbaik saja dari sekolah. Jadi, Anda harus cerdas juga dalam membaca brosur sekolah.
Libatkan Anak Anda
Perlu Anda sadari bahwa yang akan sekolah adalah anak Anda. Mereka perlu diajak untuk menentukan pilihan. Tentu dengan pengarahan sebelumnya. Sampaikan harapan Anda terhadap masa depan anak Anda sehingga menjadi pertimbangan anak kita ketika ikut memilih sekolah.
Lihat Program Sekolah
Setelah Anda mengetahui visi sekolah maka coba Anda teliti program-program yang dirancang oleh pihak sekolah. Apakah program-program itu cukup untuk mencapai visi sekolah yang diharapkan. Untuk itu tanyakan pula indikator-indikator tercapainya visi sekolah untuk melihat kecukupan programnya.
Siapa Guru-Gurunya
Sekolah berkualitas hampir selalu identik dengan guru-gurunya yang berkualitas. Oleh karena itu, guru harus menjadi pertimbangan utama dalam memilih sekolah anak Anda. Hal yang penting perlu dicermati adalah bagaimana akhlak mereka serta apakah mereka mudah diajak kerja sama untuk mendidik anak Anda.
Cari Referensi dari Lulusan
Output atau income siswa pada sebuah sekolah adalah bukti paling real dari kualitas sekolah yang ditawarkan. Anda bisa bertanya pada teman atau tetangga atau saudara atau orang lain yang Anda kenal yang putranya ada di sekolah yang Anda pilih.
Apakah Fasilitas Sekolah Aman dan Nyaman
Fasilitas sekolah tidak harus mewah. Yang terpenting adalah pertama tidak membahayakan fisik anak Anda dan yang kedua rapi dan bersih. Sekolah yang rapi dan bersih secara tidak langsung mengajarkan anak Anda untuk bersikap rapi dan bersih. Demikian sebaliknya, kelas-kelas yang kotor akan menjadikan anak kita kehilangan sense tentang kebersihan.
Amati Budaya Sekolah
Sekolah yang memiliki budaya/kultur yang baik akan melahirkan sikap-sikap yang baik pada anak didiknya. Sekolah yang berkualitas minimal harus memiliki 5 budaya: budaya disiplin waktu, budaya membaca, budaya bersih, budaya prestasi, dan budaya akhlak yang mulia.
Aktivitas Kegiatan Ekstrakurikuler
Sekolah yang baik adalah sekolah yang memberikan support dan waktu yang memadai untuk kegiatan ekstrakurikuler. Semakin beragam kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan maka semakin baik sekolah tersebut. Anak anda akan memiliki banyak pilihan sesuai minatnya. Dan yang pasti anak Anda akan semakin betah di sekolah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah yang kreatif dan produktif tersebut.
Jarak Sekolah dan Sarana Transportasi
Anda juga harus mempertimbangkan jarak sekolah dengan rumah Anda. Cari sekolah yang lebih dekat dengan rumah Anda. Selain ringan di ongkos dan menghemat waktu, sekolah yang dekat dengan rumah akan menghemat energi anak Anda.
Perhatikan juga sarana transportasi yang menghubungkan sekolah dengan rumah Anda. Jika menggunakan sana transportasi umum, pertimbangkan kemudahan mendapatinya. Dan bila Anak Anda menggunakan kendaraan pribadi, perhatikan faktor keselamatan selama perjalanan pulang pergi ke sekolah.
Kemampuan Dana Anda
Sekolah yang bermutu biasanya membutuhkan pendanaan yang lebih besar. Untuk itu Anda harus jeli menghitung kemampuan keuangan untuk membiayai sekolah Anak Anda. Anda tidak perlu memaksakan diri. Buatlah perencanaan yang matang untuk kebutuhan pendidikan Anak. Sukur-sukur Anda menemukan sekolah yang berkualitas namun dengan biaya yang relatif murah. Cari referensi sebanyak-banyaknya soal yang satu ini. Jangan biarkan keuangan keluarga Anda menjadi tidak sehat atau anak Anda gelisah karena di tengah jalan Anda merasa tidak mampu lagi membiayai kebutuhan sekolahnya.
Itulah beberapa pertimbangan yang bisa Anda gunakan sebelum menentukan sekolah yang tepat untuk anak Anda. Pada realitanya mungkin tidak semua daftar pertimbangan di atas dapat terakomodir secara baik. Namun, saya yakin Anda lebih tahu mengenai skala prioritas yang Anda tetapkan.
KINERJA GURU
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.
Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru didalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi.
Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Kita melihat sisi lemah dari system pendidikan nasional kita, dengan gonta ganti kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak demikian halnya guru professional.
Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru, LPTK juga memiliki tanggungjawab dalam menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika berdampak kepada pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh sebab itu LPTK juga memiliki andil besar di dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan diatas, berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan berkepribadian.
Harapan ke depan, terbentuk sinergi baru dalam lingkungan persekolahan, dan perlu menjadi perhatian adalah terjalinnnya kinerja yang efektif dan efisien disetiap struktur yang ada dipersekolahan. Kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki tanggungjawab dan memahami akan tugas dan kewajiban masing-masing.
Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang bebas melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan dapat menjadi sitawar sidingin di dalam memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru sebagai akibat dari kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan.
Apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negative kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi kenerja guru. Guru yang baik tidak akan pernah putus asa, dan menjadi kritikan sebagai pemicu baginya di dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang akan datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana guru mengetahui kinerja yang sudah dilakukannya selama ini, dengan demikian akan menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan lebih lanjut.
Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indicator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indicator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru.
Bila kita amati di lapangan, bahwa guru sudah menunjukan kinerja maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, tentunya secara akan berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro.
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.
Kinerja guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini kita dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.
Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru didalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi.
Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Kita melihat sisi lemah dari system pendidikan nasional kita, dengan gonta ganti kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak demikian halnya guru professional.
Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru, LPTK juga memiliki tanggungjawab dalam menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika berdampak kepada pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh sebab itu LPTK juga memiliki andil besar di dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan diatas, berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan berkepribadian.
Harapan ke depan, terbentuk sinergi baru dalam lingkungan persekolahan, dan perlu menjadi perhatian adalah terjalinnnya kinerja yang efektif dan efisien disetiap struktur yang ada dipersekolahan. Kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki tanggungjawab dan memahami akan tugas dan kewajiban masing-masing.
Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang bebas melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan dapat menjadi sitawar sidingin di dalam memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru sebagai akibat dari kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan.
Apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negative kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi kenerja guru. Guru yang baik tidak akan pernah putus asa, dan menjadi kritikan sebagai pemicu baginya di dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang akan datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana guru mengetahui kinerja yang sudah dilakukannya selama ini, dengan demikian akan menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan lebih lanjut.
Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indicator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indicator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru.
Bila kita amati di lapangan, bahwa guru sudah menunjukan kinerja maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, tentunya secara akan berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro.
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.
Kinerja guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini kita dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.
TIPS MENENTUKAN JURUSAN PENDIDIKAN DI SMK /SMA
Pada umumnya siswa yang telah lulus dari SMP dan jenjang sederajat lainnya akan melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan Swasta / Negeri. Setiap jurusan memiliki materi dan sifat pembelajaran yang berbeda-beda. Memilih jurusan pendidikan di SMK bukan urusan yang mudah dan bukan persoalan yang sepele. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dan dipikirkan masak-masak. Memilih secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan segala aspek akan berakibat fatal mulai dari kesadaran yang terlambat bahwa jurusan yang diambil tidak sesuai dengan kepribadian sampai pada drop out / DO atau dikeluarkannya seorang siswa/siswi karena dinyatakan tidak mampu mengikuti pendidikan yang diikutinya. Maka dari itu pemilihan jurusan sedini mungkin harus mulai dipertimbangkan. Salah pilih jurusan merupakan bencana dan kerugian yang besar bagi anda dan orangtua juga masa depan siswa.
Cara milih jurusan di SMK yang baik adalah dengan cara :
1. Menyesuaikan Cita-Cita, Minat dan Bakat
Bagi yang telah memiliki cita-cita tertentu, maka lihatlah jurusan apa yang dapat membawa menuju profesi atau pekerjaan yang anda inginkan. Janganlah memilih jurusan teknik mesin jika anda ingin menjadi seorang ahli komputer dan jangan pula memilih jurusan farmasi jika bercita-cita menjadi ahli bangunan.
Sesuaikan jurusan yang ingin diambil dengan minat dan bakat. Jika tidak menyukai hitung-hitungan janganlah mengambil jurusan IPA dan jika tidak menyukai menggambar jangan mengambil jurusan Teknik Bangunan. Kemudian lihat bakat anda saat ini. Mengembangkan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan cita-cita pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.
2. Informasi yang Sempurna
Carilah informasi yang banyak sebagai bahan pertimbangan anda untuk memilih jurusan. Cari dan gali informasi dari banyak sumber seperti orang tua, saudara, guru, teman, bimbel, tetangga, konsultan pendidikan, kakak kelas, teman mahasiswa, profesional, dan lain sebagainya. Jangan mudah terpengaruh dengan orang lain yang kurang menguasai informasi atau ikut-ikutan teman / trend.
Internet juga merupakan media yang tepat dan bebas untuk bertanya kepada orang-orang di dalamnya tentang apa yang ingin kita ketahui. Cari situs forum atau chating melalui messenger dengan orang yang dapat dipercaya. Semua informasi yang didapat dirangkum dan dijadikan bahan untuk membantu memilih jurusan.
3. Lokasi dan Biaya
Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilihuntuk memilih lokasi sekolah tidak akan menjadi masalah. Biaya yang nantinya harus ditanggung dapat diselesaikan dengan mudah baik dari pengeluaran studi, biaya hidup, lokasi tempat tinggal, dan lain sebagainya. Bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan.
Jika dana yang ada terbatas maka pilihlah lokasi pendidikan yang dekat dengan tempat tinggal atau lokasi luar kota yang memiliki biaya hidup yang rendah. Pilih juga tempat pendidikan yang biaya pendidikan tidak terlalu tinggi. Jika dana yang ada nanti belum mencukupi, maka carilah beasiswa, keringanan, pekerjaan paruh waktu / freelance atau sponsor untuk mencukupi kebutuhan dana anda. Jangan jadikan pula uang sebagai faktor yang sangat menghambat masa depan anda.
4. Daya Tampung Jurusan / Peluang Diterima
Perhatikan daya tampung suatu sekolah di Negeri dan sekolah swasta. Pada umumnya memiliki kuantitas yang terbatas dan diperebutkan oleh banyak orang. Jangan membebani diri anda dengan target untuk bersekolah di tempat tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit.
5. Masa Depan Karir dan Pekerjaan
Lihatlah ke depan setelah anda lulus nanti. Apakah jurusan yang anda ambil nanti dapat mengantar anda untuk mendapatkan pekerjaan dan karir yang baik? karena saat ini rekrutmen perusahaan dalam mencari tenaga kerja tidak melihat seseorang dari latar belakang pendidikan saja, namun juga pengalaman. Tetapi jika kompetensi, keberanian dan kemampuan anda jauh dari orang-orang normal, maka jurusan apapun yang anda ambil sah-sah saja.
Biarkanlah hati dan akal sehat anda bicara tanpa adanya campur tangan dari orang lain. Konsultasikan dengan orang tua dan orang lain yang anda percayai. Pemilihan jurusan pendidikan di SMK/SMA sangat menentukan masa depan anda.
Cara milih jurusan di SMK yang baik adalah dengan cara :
1. Menyesuaikan Cita-Cita, Minat dan Bakat
Bagi yang telah memiliki cita-cita tertentu, maka lihatlah jurusan apa yang dapat membawa menuju profesi atau pekerjaan yang anda inginkan. Janganlah memilih jurusan teknik mesin jika anda ingin menjadi seorang ahli komputer dan jangan pula memilih jurusan farmasi jika bercita-cita menjadi ahli bangunan.
Sesuaikan jurusan yang ingin diambil dengan minat dan bakat. Jika tidak menyukai hitung-hitungan janganlah mengambil jurusan IPA dan jika tidak menyukai menggambar jangan mengambil jurusan Teknik Bangunan. Kemudian lihat bakat anda saat ini. Mengembangkan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan cita-cita pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.
2. Informasi yang Sempurna
Carilah informasi yang banyak sebagai bahan pertimbangan anda untuk memilih jurusan. Cari dan gali informasi dari banyak sumber seperti orang tua, saudara, guru, teman, bimbel, tetangga, konsultan pendidikan, kakak kelas, teman mahasiswa, profesional, dan lain sebagainya. Jangan mudah terpengaruh dengan orang lain yang kurang menguasai informasi atau ikut-ikutan teman / trend.
Internet juga merupakan media yang tepat dan bebas untuk bertanya kepada orang-orang di dalamnya tentang apa yang ingin kita ketahui. Cari situs forum atau chating melalui messenger dengan orang yang dapat dipercaya. Semua informasi yang didapat dirangkum dan dijadikan bahan untuk membantu memilih jurusan.
3. Lokasi dan Biaya
Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilihuntuk memilih lokasi sekolah tidak akan menjadi masalah. Biaya yang nantinya harus ditanggung dapat diselesaikan dengan mudah baik dari pengeluaran studi, biaya hidup, lokasi tempat tinggal, dan lain sebagainya. Bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan.
Jika dana yang ada terbatas maka pilihlah lokasi pendidikan yang dekat dengan tempat tinggal atau lokasi luar kota yang memiliki biaya hidup yang rendah. Pilih juga tempat pendidikan yang biaya pendidikan tidak terlalu tinggi. Jika dana yang ada nanti belum mencukupi, maka carilah beasiswa, keringanan, pekerjaan paruh waktu / freelance atau sponsor untuk mencukupi kebutuhan dana anda. Jangan jadikan pula uang sebagai faktor yang sangat menghambat masa depan anda.
4. Daya Tampung Jurusan / Peluang Diterima
Perhatikan daya tampung suatu sekolah di Negeri dan sekolah swasta. Pada umumnya memiliki kuantitas yang terbatas dan diperebutkan oleh banyak orang. Jangan membebani diri anda dengan target untuk bersekolah di tempat tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit.
5. Masa Depan Karir dan Pekerjaan
Lihatlah ke depan setelah anda lulus nanti. Apakah jurusan yang anda ambil nanti dapat mengantar anda untuk mendapatkan pekerjaan dan karir yang baik? karena saat ini rekrutmen perusahaan dalam mencari tenaga kerja tidak melihat seseorang dari latar belakang pendidikan saja, namun juga pengalaman. Tetapi jika kompetensi, keberanian dan kemampuan anda jauh dari orang-orang normal, maka jurusan apapun yang anda ambil sah-sah saja.
Biarkanlah hati dan akal sehat anda bicara tanpa adanya campur tangan dari orang lain. Konsultasikan dengan orang tua dan orang lain yang anda percayai. Pemilihan jurusan pendidikan di SMK/SMA sangat menentukan masa depan anda.
Minggu, 04 Juli 2010
Unsur-unsur Prosa Fiksi
Unsur-unsur Prosa Fiksi
Unsur-unsur yang terdapat pada cerpen atau prosa fiksi yaitu :
a. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur yang mendukung dari dalam tubuh cerita tersebut. Bagian-bagian unsur interinsik antara lain, :
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.
2. Amanat :
Yaitu pesan atau amanat yang ingin di sampaikan pengarang dalam bentuk tulisan.
3. Alur atau plot :
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu atau sambung sinambungnya suatu cerita, dimana tidak hanya menjelaskan kenapa hal itu terjadi, tetapi juga menjelaskan bagaimana hal itu terjadi.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca.
2. Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca.
3. Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan campuran keduanya.
sifat plot ada kalanya:
1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita.
3. Campuran keduanya.
4. Penokohan :
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
2. Tempat tokoh tersebut berada
3. Benda-benda di sekitar tokoh
4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
5. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
5. Latar atau setting :
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.
6. Sudut Pandang Pengarang :
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudut pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Ada 4 macam sudut pandang dalam bercerita :
1. Sudut pandang dari Yang Maha Kuasa : Pengarang seolah–olah maha tau, pengarang ini menggambarkan semua tingkah laku para tokoh dan juga mengerti apa yang dikerjakan oleh tokoh.
2. Sudut pandang dari Orang pertama : Pengarang menggunakan gaya aku dalam bercerita, sipengarang disini tidak tidak mewakili dari pribadinya tetapi seluruh ceritanya itu tergantung pada watak tokoh aku.
3. Sudut pandang dari Orang ketiga atau peninjau : seorang pengarang menggunakan gaya dia dalam bercerita, sudut pandang ini gabungan dari Yang Maha Kuasa dan Aku yang dapat melukiskan jiwa dia tapi tidak dapat melukiskan yang lain.
4. Sudut pandang Objektif : Pengarang bertindak seperti dalam sudut pandang Yang Maha Kuasa, tetapi pengarang tidak sampai menuliskan bathin tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
7. Diksi,Pilihan Kata, Gaya Bahasa :
Yaitu cara khas pengungkapan seseorang, hal ini tercermin dalam pengarang memilih kata-kata, tema, dan memandang persoalan.
Gaya Bahasa ada 2:
1. Gaya pengarang dalam bercerita
Gaya pengarang dalam bercerita biasanya menggunakan sudut pandang yang sudah dijelaskan didepan tadi.
2. Gaya Bahasa pengarang dalam bercerita.
Gaya bahasa pengarang dalam bercerita diperlukan karena untuk memperkuat daya lukis agar tercapai efek yang dikehendaki. Biasanya pengarang menggunakan kata-kata khusus karena semakin umum istilah yang dipakai, semakin kabur gambaran cerita yang kita sajikan. Sebaliknya semakin khusussemakin hidup lukisan gambaran ceritanya. Makna- makna khusus tersebut terdapat pada bahasa yang menggunakan majas.
Unsur-unsur yang terdapat pada cerpen atau prosa fiksi yaitu :
a. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur yang mendukung dari dalam tubuh cerita tersebut. Bagian-bagian unsur interinsik antara lain, :
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.
2. Amanat :
Yaitu pesan atau amanat yang ingin di sampaikan pengarang dalam bentuk tulisan.
3. Alur atau plot :
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu atau sambung sinambungnya suatu cerita, dimana tidak hanya menjelaskan kenapa hal itu terjadi, tetapi juga menjelaskan bagaimana hal itu terjadi.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca.
2. Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca.
3. Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan campuran keduanya.
sifat plot ada kalanya:
1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita.
3. Campuran keduanya.
4. Penokohan :
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
2. Tempat tokoh tersebut berada
3. Benda-benda di sekitar tokoh
4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
5. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
5. Latar atau setting :
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.
6. Sudut Pandang Pengarang :
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudut pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Ada 4 macam sudut pandang dalam bercerita :
1. Sudut pandang dari Yang Maha Kuasa : Pengarang seolah–olah maha tau, pengarang ini menggambarkan semua tingkah laku para tokoh dan juga mengerti apa yang dikerjakan oleh tokoh.
2. Sudut pandang dari Orang pertama : Pengarang menggunakan gaya aku dalam bercerita, sipengarang disini tidak tidak mewakili dari pribadinya tetapi seluruh ceritanya itu tergantung pada watak tokoh aku.
3. Sudut pandang dari Orang ketiga atau peninjau : seorang pengarang menggunakan gaya dia dalam bercerita, sudut pandang ini gabungan dari Yang Maha Kuasa dan Aku yang dapat melukiskan jiwa dia tapi tidak dapat melukiskan yang lain.
4. Sudut pandang Objektif : Pengarang bertindak seperti dalam sudut pandang Yang Maha Kuasa, tetapi pengarang tidak sampai menuliskan bathin tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
7. Diksi,Pilihan Kata, Gaya Bahasa :
Yaitu cara khas pengungkapan seseorang, hal ini tercermin dalam pengarang memilih kata-kata, tema, dan memandang persoalan.
Gaya Bahasa ada 2:
1. Gaya pengarang dalam bercerita
Gaya pengarang dalam bercerita biasanya menggunakan sudut pandang yang sudah dijelaskan didepan tadi.
2. Gaya Bahasa pengarang dalam bercerita.
Gaya bahasa pengarang dalam bercerita diperlukan karena untuk memperkuat daya lukis agar tercapai efek yang dikehendaki. Biasanya pengarang menggunakan kata-kata khusus karena semakin umum istilah yang dipakai, semakin kabur gambaran cerita yang kita sajikan. Sebaliknya semakin khusussemakin hidup lukisan gambaran ceritanya. Makna- makna khusus tersebut terdapat pada bahasa yang menggunakan majas.
Perkembangan Psikologi Remaja
Perkembangan Psikologi Remaja
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku 'pemberontakan' dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah 'aku' ? sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
Emosinya tidak stabil
Perkembangan Seksual sangat menonjol
Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
Memperhatikan penampilan
Sikapnya tidak menentu/plin-plan
Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
mulai menyadari akan realitas, sikapnya mulai jelas tentang hidup
mulai nampak bakat dan minatnya.
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku 'pemberontakan' dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah 'aku' ? sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
Emosinya tidak stabil
Perkembangan Seksual sangat menonjol
Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
Memperhatikan penampilan
Sikapnya tidak menentu/plin-plan
Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
mulai menyadari akan realitas, sikapnya mulai jelas tentang hidup
mulai nampak bakat dan minatnya.
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Memahami dan Membuat Rancangan Kerja (PROPOSAL)
Memahami dan Membuat Rancangan Kerja (PROPOSAL)
• Proposal merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Tujuan pembuatan proposal adalah utuk menginformasikan kepada pihak-pihak yang terlibat dan akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, misalnya kegiatan pentas seni, pertandingan olah raga, acara kegiatan keagamaan , atau acara social lainnya. Sedangkan tujuan lainnya adalah mencari bantuan, baik moril maupun materil berupa dana ataupun dalaM bentuk penyediaan fasilitas, dan sebagainya.
• Penyusunan proposal mempunyai bentuk spesifikasi sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Namun secara garis besar dapat disusun dengan susunan materi sebagai berikut ; 1) Judul kegiatan, 2) Nama penyusun, 3) Kata pengantar atau pendahuluan, yang berisi latar belakang diadakannya kegiatan, 4) Bentuk atau jenis kegiatan, tempat dan waktu pelaksanaan (jadwal), 5) Rencana program kerja, 6) susunan panitia kegiatan, 7) Anggaran biaya yang dibutuhkan, 8) Penutup, berisi harapan untuk mendapatkan persetujuan ataupun bantuan supaya kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, 9) Lampiran-lampiran, misalnya berisi surat edaran, undangan, dan lain-lain.
Contoh kegiatan yang memerlukan penyusunan proposal
- OSIS akan mengadakan acara peringatan HUT RI di sekolah yang akan diisi dengan berbagai perlombaan. OSIS perlu menyusun proposal untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dari Kepala Sekolah.
- Suatu masayarakat akan membagun tempat ibadah . agar masyarakat memberikan sumbangan / bantuan, maka panitia perlu menyusun proposal yang dilengkapi dengan gambar rencana bangunan tempat ibadah tersebut.
I. FORMAT ISI PROPOSAL
1. JUDUL ATAU NAMA PROPOSAL
Topik kegiatan yang akan dilaksanakan contoh judul :
Proposal
good bye our brothers and sisters
“We’re inseparable psychologically ”
ENGLISH CLUB SMK NEGERI 3 TASIKMALAYA
2. DASAR PEMIKIRAN
Berisi uraian atau penjelasan dan alas an-alasan, tentang latar belakang atau dasar pemikiran mengapa suatu kegiatan dilaksanakan
Dengan berakhirnya tahun ajar 2006/2007, berakhir pulalah akan kebersamaan keanggotaan EC bersama kaka-kaka kelas tiga. Berat memang perpisahan yang harus berlangsung dalam waktu dekat ini, namun kami sadar bahwa kaka-kaka akan memasuki dunia yang lebih tinggi, akan mengarungi kehidupan yang lebih variatif dan membutuhkan perjuangan. Oleh karena itu, dengan ini kami merasa perlu untuk memberikan kesan yang mendalam bagi kaka tercinta sebagai kenangan terakhir dari kebersamaan yang terjalin dalam sebuah acara Good Bye Our Brothers and Sisters, dengan tema “We’re inseparable psychologically”.
Tidak terasa ibadah shaum telah meninggalkan kita, begitu juga Idul fitri yang penuh kehidmatan telah berangsur-angsur tak terlihat maknanya seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi, waktu bukanlah penghalang untuk bersilaturahmi, bermuwajjahah bersama, bertukar pikiran bersama, berkumpul dalam tempat yang dimulyakan oleh Allah bersama. Walau shaum telah berakhir, walau idul fitri telah berganti dengan yang lainnya, tetapi halal bil halal antar warga (RT 05) menjadi sebuah momen yang penting bagi implementasi ibadah-ibadah yang telah dilakukan selama ini sekaligus intropeksi dan saling maaf antar warga.
3. TUJUAN
Apa atau maksud yang hendak dicapai melalui kegiatan tersebut.
Contoh:
Maksud Good Bye Our Brothers and Sisters adalah acara perpisahan anggota EC kelas tiga. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas karya yang telah diberikan dari kaka-kaka kelas dua belas terhadap organisasi EC.
Maksud dan tujuan dari proposal ini adalah untuk memohon kepada donatur dalam memberikan sumbangsihnya berupa materi yang akan digunakan dalam penyelenggaraan halal bil halal. dengan tema “mari kita kembali kepada kesucian” dengan pelaksanaannya diselenggarakan oleh DKM dan Pondok Pesantren Al-Ikhwan Zarnujiyyah RT. 05/01 Padayungan Tasikmalaya. Dana yang masuk akan dikelola dan diatur oleh panitia pelaksana yang terdiri dari tim DKM Al-Ikhwan dan RT 05 Padayungan.
4.BENTUK DAN JENIS KEGIATAN
Kegiatan yang dimaksud diatas adalah : contoh
Hari/
tanggal Waktu Kegiatan/tema Pelaksana Ket
Rabu
30 Mei 2007 13.30 – 14.00 Preparation MC Ruang I
14.00 – 14.30 Opening Ceremony
- Sambutan Ketua EC
- Sambutan Perwakilan EC kelas tiga
- Sambutan Pembina EC
- Sambutan Kepala Sekolah
- Pemberian Penghargaan/Piagam MC
Sona
Saeful
Hj. Neni,Dra
Kepala SMA4
Panitia Ruang I
14.30 – 15.00 Performing Art from Young EC Member
“A Gift for our Beloved Brother and Sister” EC Kls XI/X 30’
15.00 – 15.30 Performing Art from Old EC Member
“the tears for EC” EC kls XII 30’
15.30 – 16.00 Together in Art
- Poetry
- Music Bersama 30’
16.00 – 16.30 Dialog Perpisahan Bersama 30’
16.30 – 17.00 Sholat dan Sujud Syukur Bareng
“God Bless Us Forever” Bersama Mosque
17.00 – 17.30 The Last Having Lunch Bersama
17.30 – 17.45 Mushofahah
“Give me your heart not your hate” Ruang I
17.45 – ………. Closed MC Ruang I
5. PELAKSANAAN (waktu dan tempat pelaksanaan; kalau perlu melampirkan jadwal dan denah tempat ruangan)
Contoh:
Kegiatan di atas akan dilaksanakan pada Minggu malam senin tanggal 12 Nopember 2006/14 Syawal 1427. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan di Mesjid Al-Ikhwan yang berada di lingkungan PonPes Al-Ikhwan Zarnujiyyah Padayungan Tasikmalaya dengan alamat Jl. Sl. Tobing No 96 Padayungan Rt 05 Rw. 01 Cihideung Kota Tasikmalaya.
6. SUSUNAN KEPANITIAAN / TIM PELAKSANA
Panitia terdiri dari panitia yang dibentuk oleh EC. Susunan kepanitian tersebut adalah :
Pelindung dan Pembina Kepala Sekolah SMA N 4 Tasikmalaya
Dra. Tria
Dra. Hj. Neni
Team Guru Bahasa Inggris SMAN 4 Tasikmalaya
Ketua Pelaksana Faqih
Sekretaris Deni
Bendahara Rini
Seksi Acara Team dari EC
7. PESERTA / SASARAN KEGIATAN
Contoh: Peserta adalah siswa SMA N 3 Tasikmalaya yang telah terdaftar sebagai anggota English Club dengan jumlah perkiraan peserta yang hadir adalah 70 orang yang terdiri dari kelas X, XI dan XII.
8. BIAYA / DANA
- jumlah dana yang dibutuhkan
- perincian pemerolehan dana
- rencana alokasi dana
9. HARAPAN YANG DI INGINKAN /PENUTUP
Dengan proposal tersebut, penulis atau penyusun proposal berharap sesuatu kepada pembaca, misal memohon bantuan / sumbangan dana atau mohon member dukungan dan partisipasi dalam bentuk lain
Contoh: Semoga apa yang akan kita laksanakan mendapat ridho dan perlindungan dari Allah SWT. dan senantiasa Dia memberikan kepada kita kesehatan, amiin. Atas semua kebaikan dari semua pihak kami ucapkan terimakasih
10. LAMPIRAN
• Jadwal kegiatan
• Rincian biaya
• Formulir sumbangan dsb.
II. CONTOH PROPOSAL KEGIATAN
PERFORMING A√T
OSIS PRODUCTION
SMK DCI KOTA TASIKMALAYA
1. Pendahuluan
kreatifitas seni di tingkat siswa belum begitu sesemarak yang terlihat di media. Ini disebabkan masih terbatasnya waktu kreatifitas mereka dalam menghasilkan produk seni yang lebih kreatif. Kompetensi seni mereka belum teruji karena kesempatan belum berpihak. Hal inilah yang perlu disikapi bagi seluruh siswa yang mempunyai talent terhadap kemajuan seni dikalangan anak muda. Oleh karena itulah, kami sebagai anak muda yang sedikit peduli terhadap perkambangan keinginan seni anak muda berusaha untuk memfasilitasi beberapa keinginan siswa-siswa dalam hal kreatifitas seni.
Disini, kami mencoba akan memberikan media dan memberikan sebuah alternatif kegiatan seni anak muda dalam rangka PEKAN SENI SMK DCI, yang dirangkai dalam sebuah acara PERFORMING ART. Kegiatan ini bukanlah dimaksud sebagai kegiatan hedonise belaka, namun lebih mengarah kepada perhatian bakat-bakat seni siswa-siswa tingkat SMP dan SMA terhadap seni musik dan seni tari.
Sebagai langkah awal dari tujuan diatas, maka kami akan menyelenggarakan Parade Band siswa-siswa serta Modern Dance (SMP dan SMA/K) dan Nonton Bareng Film Perjuangan beserta Anak Panti Asuhan.
2. Maksud dan Tujuan
Dalam event ini dimaksudkan untuk mensiasati suatu ajang pertunjukan seni anak muda dalam mengembangkan bakat masing-masing. Kemampuan yang akan di pertunjukan adalah musik (Parade Band) dan tari (modern dance) serta Bakti Sosial terhadap anak Panti Asuhan (Nonton Bareng dan Bakti Sosial).
Diharapakan dalam performing art ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan bakat-bakatnya. Disini juga, kami mefasilitasi para siswa untuk lebih peka terhadap sosial lingkungan dalam memahami realitas hidup yang lebih kompleks, sehingga pada tujuan akhirnya dapat memberikan kesan solutif bagi kemajuan seni dan sosial pada jiwa siswa-siswa secara umum.
3. Target Peserta dan Audiens
Melihat dari objek Musik dan Dancing sebagai hobi dan bakat sebagian besar dari kalangan muda di SMP dan SMA/K saat ini, maka dpat di prediksikan bahwa peserta performing art akan banyak. Ini dapat dilihat dari banyaknya siswa SMP dan SMA/K yang banyak mempunyai group Band secara mandiri di lingkungannya. Hal ini akan membantu terselenggaranya acara yang diusung melalui Performing Art ini.
Dapat diperkirakan bahwa peserta Parade Band paling sedikit akan diikuti oleh 20 group band, sedangkan Modern Dance diperkirakan akan diikuti oleh 15 grup dimana mereka akan mewakili sekolah yang mengirimkannya sebagai partisipasi. Sedangkan untuk Nonton Bareng dan Baksos akan menghadirkan sekitar 25 orang Anak panti asuhan di salah satu Panti asuhan di Tasikmalaya.
Adapun audiens yang ditargetkan adalah para peserta dan pendukung dari peserta pertunjukan di seluruh sekolah tingkatan SMP dan SMA/K di Kota Tasikmalaya.
4. Bentuk Kegiatan & Teknis Pelaksanaan
Parade Band adalah Pertunjukan Band-band yang terdaftar dengan membawakan lagu yang diminatinya, sedangkan Modern Dance adalah pertunjukan Dancing yang disertai dengan musik dengan gerakan yang telah terlatih dari masing-masing grup. Kedua kegiatan ini dilaksanakan dalam satu acara Performing Art selama satu hari.
Untuk Nonton bareng dan Baksos dilaksanakan secara terpisah dalam hari berikutnya yang lebih mengutamakan kepekaan sosial siswa. Awal acara akan dipertontonkan sebuah film perjuangan dan diakhiri oleh tausyiah serta sumbangan kepada anak panti asuhan.
Performing Art (Parade Band dan Modern Dance)
Hari/Tanggal : Minggu,20 januari 2008
Waktu : Jam 08.00 – Selesai
Tempat : SMK DCI D1/DCI Kota Tasikmalaya, Jl. Sutisna Senjaya No 158 A
Nonton Bareng dan Baksos (Bersama Anak Panti Asuhan)
Hari/Tanggal : Minggu, 20 Januari 2008
Waktu : Jam 08.00 – Selesai
Tempat :SMK DCI Kota Tasikmalaya, Jl. Sutisna Senjaya No 158a
5. Rencana Anggaran Biaya
Estimasi Pemasukan:
1. Sumbangan Sekolah Rp. 100.000
2. Pendaftaran Peserta 30 Band X Rp. 50.000 Rp. 1.500.000
3. Pendaftaran Peserta 15 Moden Dance X Rp. 40.000 Rp. 600.000
Total Perkiraan Pemasukan Rp. 2.200.000
Estimasi Pengeluaran selama 2 Hari Pelaksanaan
Publikasi
1. Kesekretariatan Rp. 300.000
2. Undangan dan Pamplet Rp. 150.000
3. Spanduk 8 Buah X Rp.150.000 Rp. 1.200.000
Performing Art Live
1. Sewa Alat Musik dan Sound System Rp. 2.000.000
2. Sewa Panggung ukuran 5 X 7 m Rp. 500.000
3. Insentif Band Bintang Tamu Rp. 500.000
4. Door Prize Rp. 500.000
5. Dokumentasi, dekorasi Rp. 500.000
6. 2 set Tropy X Rp. 500.000 Rp. 1.000.000
7. Uang Pembinaan Juara 1 X 2 X Rp. 750.000 Rp. 1.500.000
8. Uang Pembinaan Juara 2 X 2 X Rp. 500.000 Rp. 1.000.000
9. Uang Pembinaan Juara 3 X 2 X Rp. 250.000 Rp. 500.000
Nonton Bareng dan Baksos
1. Sewa Alat dan Film Rp. 300.000
2. Bantuan Dana Anak Panti Asuhan Rp. 1.250.000
Pra pelaksanaan
1. Transportasi Undangan dan Publikasi Rp. 500.000
Lain-lain
1. Konsumsi Panitia 20 orang X 2 hari Rp. 500.000
2. Keamanan dan Kebersihan 2 hari Rp. 100.000
Total Perkiraan Pengeluaran Rp. 11. 800.000
Rekapitulasi Dana
Total Perkiraan Pemasukan Rp. 2.200.000
Total Perkiraan Pengeluaran Rp. 11.800.000
Defisit Anggaran Rp. -9.600.000
Catatan : Defisit anggaran diharapkan dapat dibantu dari sponsorship.
6. Struktur Organisasi dan Pelaksana Kegiatan
Pelindung : Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya
Kepala Sekolah SMK DCI Kota Tasikmalaya
Pembina : Wakasek Kesiswaan SMK DCI
Ketua OSIS SMK DCI
Ketua : Lia (X B)
Wk. Ketua : Bustomi
Sekretaris : Chaterina
Bendahara : Aety,Windi Happy
Koord. Humas : Yoga
Anggota Humas : Sandi, dan di bantu oleh Ketua Kelas X A, X B, X C
Koord. Dana Usaha : Oki Kajuya,Ade Imron
Anggota Danus : Eva,Eni,Asri,Dinar
Koord. Teknis : Bayu
Anggota : Keamanan kelas XA, B, C
Sekretariat
PANITIA PERFORMING ART
OSIS SMK DCI KOTA TASIKMALAYA
Jl. Sutisna Senjaya No. 158 A Kota Tasikmalaya Tlp. (0265) 313 204
Contact Person
Chaterina : 085 222 777 664
Sandi : 985 223 407 000
Penawaran Kerjasama dan Konpensasi
Sponsor Tunggal
Perusahaan menanggung 85 % biaya yang diajukan dan berhak akan 100 % segala bentuk publikasi di segala media yang disediakan
Nama Kegiatan akan memakai nama produk “............PERFORMING ART; PARADE BAND DAN MODERN DANCE”
Penjualan produk akan dimasukan dalam pendaftaran
Stand penjualan produk
2. Sponsor Utama
Perusahaan menanggung 65 % biaya yang diajukan dan berhak mendapatkan 70 % segala bentuk publikasi yang disediakan
Nama perusahaan/Produk akan disebutkan dalam spot radio, ad lips, spanduk kegiatan, pemasangan logo Produk di panggung
Stand penjulan produk
3. Sponsor Pendukung
Menanggung 35 % dari dana yang diajukan dan berhak mendapatkan 30 % bentuk publikasi di segala media yang disediakan
Nama produk akan disebutkan dalam spot radio, ad lips, spanduk kegiatan, pemasangan logo Produk di panggung
Bentuk Publikasi:
Ad Lips dan spot di stasiun Radio di kota Tasikmalaya
Spanduk di tempat strategis
Pamplet-pamplet di sekolah-sekolah SMP dan SMA di kota Tasikmalaya dan tempat lainnya
Penutup
Demikianlah proposal ini kami ajukan, kami berharap semoga segala bentuk sesuatu yang diharapkan dan direncanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Semoga sebuah hal yang diawali dengan niat yang baik mudah-mudahan mendapat akhir yang baik pula. Amin
Kami sangat berharap partisipasi Bapak/Ibu baik perorangan, instansi, ataupun perusahaan dapat membantu dan terlaksananya kegiatan ini, sebelum dan sesudahnya kami haturkan terimakasih.
Tasikmalaya, 5 Desember 2007
Ketua Pelaksana
Yogaswara Permana Sekretaris,
Chaterina
Diketahui,
Penanggung Jawab
Kepala SMK DCI Tasikmalaya,
..........................
• Proposal merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Tujuan pembuatan proposal adalah utuk menginformasikan kepada pihak-pihak yang terlibat dan akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, misalnya kegiatan pentas seni, pertandingan olah raga, acara kegiatan keagamaan , atau acara social lainnya. Sedangkan tujuan lainnya adalah mencari bantuan, baik moril maupun materil berupa dana ataupun dalaM bentuk penyediaan fasilitas, dan sebagainya.
• Penyusunan proposal mempunyai bentuk spesifikasi sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Namun secara garis besar dapat disusun dengan susunan materi sebagai berikut ; 1) Judul kegiatan, 2) Nama penyusun, 3) Kata pengantar atau pendahuluan, yang berisi latar belakang diadakannya kegiatan, 4) Bentuk atau jenis kegiatan, tempat dan waktu pelaksanaan (jadwal), 5) Rencana program kerja, 6) susunan panitia kegiatan, 7) Anggaran biaya yang dibutuhkan, 8) Penutup, berisi harapan untuk mendapatkan persetujuan ataupun bantuan supaya kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, 9) Lampiran-lampiran, misalnya berisi surat edaran, undangan, dan lain-lain.
Contoh kegiatan yang memerlukan penyusunan proposal
- OSIS akan mengadakan acara peringatan HUT RI di sekolah yang akan diisi dengan berbagai perlombaan. OSIS perlu menyusun proposal untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dari Kepala Sekolah.
- Suatu masayarakat akan membagun tempat ibadah . agar masyarakat memberikan sumbangan / bantuan, maka panitia perlu menyusun proposal yang dilengkapi dengan gambar rencana bangunan tempat ibadah tersebut.
I. FORMAT ISI PROPOSAL
1. JUDUL ATAU NAMA PROPOSAL
Topik kegiatan yang akan dilaksanakan contoh judul :
Proposal
good bye our brothers and sisters
“We’re inseparable psychologically ”
ENGLISH CLUB SMK NEGERI 3 TASIKMALAYA
2. DASAR PEMIKIRAN
Berisi uraian atau penjelasan dan alas an-alasan, tentang latar belakang atau dasar pemikiran mengapa suatu kegiatan dilaksanakan
Dengan berakhirnya tahun ajar 2006/2007, berakhir pulalah akan kebersamaan keanggotaan EC bersama kaka-kaka kelas tiga. Berat memang perpisahan yang harus berlangsung dalam waktu dekat ini, namun kami sadar bahwa kaka-kaka akan memasuki dunia yang lebih tinggi, akan mengarungi kehidupan yang lebih variatif dan membutuhkan perjuangan. Oleh karena itu, dengan ini kami merasa perlu untuk memberikan kesan yang mendalam bagi kaka tercinta sebagai kenangan terakhir dari kebersamaan yang terjalin dalam sebuah acara Good Bye Our Brothers and Sisters, dengan tema “We’re inseparable psychologically”.
Tidak terasa ibadah shaum telah meninggalkan kita, begitu juga Idul fitri yang penuh kehidmatan telah berangsur-angsur tak terlihat maknanya seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi, waktu bukanlah penghalang untuk bersilaturahmi, bermuwajjahah bersama, bertukar pikiran bersama, berkumpul dalam tempat yang dimulyakan oleh Allah bersama. Walau shaum telah berakhir, walau idul fitri telah berganti dengan yang lainnya, tetapi halal bil halal antar warga (RT 05) menjadi sebuah momen yang penting bagi implementasi ibadah-ibadah yang telah dilakukan selama ini sekaligus intropeksi dan saling maaf antar warga.
3. TUJUAN
Apa atau maksud yang hendak dicapai melalui kegiatan tersebut.
Contoh:
Maksud Good Bye Our Brothers and Sisters adalah acara perpisahan anggota EC kelas tiga. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas karya yang telah diberikan dari kaka-kaka kelas dua belas terhadap organisasi EC.
Maksud dan tujuan dari proposal ini adalah untuk memohon kepada donatur dalam memberikan sumbangsihnya berupa materi yang akan digunakan dalam penyelenggaraan halal bil halal. dengan tema “mari kita kembali kepada kesucian” dengan pelaksanaannya diselenggarakan oleh DKM dan Pondok Pesantren Al-Ikhwan Zarnujiyyah RT. 05/01 Padayungan Tasikmalaya. Dana yang masuk akan dikelola dan diatur oleh panitia pelaksana yang terdiri dari tim DKM Al-Ikhwan dan RT 05 Padayungan.
4.BENTUK DAN JENIS KEGIATAN
Kegiatan yang dimaksud diatas adalah : contoh
Hari/
tanggal Waktu Kegiatan/tema Pelaksana Ket
Rabu
30 Mei 2007 13.30 – 14.00 Preparation MC Ruang I
14.00 – 14.30 Opening Ceremony
- Sambutan Ketua EC
- Sambutan Perwakilan EC kelas tiga
- Sambutan Pembina EC
- Sambutan Kepala Sekolah
- Pemberian Penghargaan/Piagam MC
Sona
Saeful
Hj. Neni,Dra
Kepala SMA4
Panitia Ruang I
14.30 – 15.00 Performing Art from Young EC Member
“A Gift for our Beloved Brother and Sister” EC Kls XI/X 30’
15.00 – 15.30 Performing Art from Old EC Member
“the tears for EC” EC kls XII 30’
15.30 – 16.00 Together in Art
- Poetry
- Music Bersama 30’
16.00 – 16.30 Dialog Perpisahan Bersama 30’
16.30 – 17.00 Sholat dan Sujud Syukur Bareng
“God Bless Us Forever” Bersama Mosque
17.00 – 17.30 The Last Having Lunch Bersama
17.30 – 17.45 Mushofahah
“Give me your heart not your hate” Ruang I
17.45 – ………. Closed MC Ruang I
5. PELAKSANAAN (waktu dan tempat pelaksanaan; kalau perlu melampirkan jadwal dan denah tempat ruangan)
Contoh:
Kegiatan di atas akan dilaksanakan pada Minggu malam senin tanggal 12 Nopember 2006/14 Syawal 1427. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan di Mesjid Al-Ikhwan yang berada di lingkungan PonPes Al-Ikhwan Zarnujiyyah Padayungan Tasikmalaya dengan alamat Jl. Sl. Tobing No 96 Padayungan Rt 05 Rw. 01 Cihideung Kota Tasikmalaya.
6. SUSUNAN KEPANITIAAN / TIM PELAKSANA
Panitia terdiri dari panitia yang dibentuk oleh EC. Susunan kepanitian tersebut adalah :
Pelindung dan Pembina Kepala Sekolah SMA N 4 Tasikmalaya
Dra. Tria
Dra. Hj. Neni
Team Guru Bahasa Inggris SMAN 4 Tasikmalaya
Ketua Pelaksana Faqih
Sekretaris Deni
Bendahara Rini
Seksi Acara Team dari EC
7. PESERTA / SASARAN KEGIATAN
Contoh: Peserta adalah siswa SMA N 3 Tasikmalaya yang telah terdaftar sebagai anggota English Club dengan jumlah perkiraan peserta yang hadir adalah 70 orang yang terdiri dari kelas X, XI dan XII.
8. BIAYA / DANA
- jumlah dana yang dibutuhkan
- perincian pemerolehan dana
- rencana alokasi dana
9. HARAPAN YANG DI INGINKAN /PENUTUP
Dengan proposal tersebut, penulis atau penyusun proposal berharap sesuatu kepada pembaca, misal memohon bantuan / sumbangan dana atau mohon member dukungan dan partisipasi dalam bentuk lain
Contoh: Semoga apa yang akan kita laksanakan mendapat ridho dan perlindungan dari Allah SWT. dan senantiasa Dia memberikan kepada kita kesehatan, amiin. Atas semua kebaikan dari semua pihak kami ucapkan terimakasih
10. LAMPIRAN
• Jadwal kegiatan
• Rincian biaya
• Formulir sumbangan dsb.
II. CONTOH PROPOSAL KEGIATAN
PERFORMING A√T
OSIS PRODUCTION
SMK DCI KOTA TASIKMALAYA
1. Pendahuluan
kreatifitas seni di tingkat siswa belum begitu sesemarak yang terlihat di media. Ini disebabkan masih terbatasnya waktu kreatifitas mereka dalam menghasilkan produk seni yang lebih kreatif. Kompetensi seni mereka belum teruji karena kesempatan belum berpihak. Hal inilah yang perlu disikapi bagi seluruh siswa yang mempunyai talent terhadap kemajuan seni dikalangan anak muda. Oleh karena itulah, kami sebagai anak muda yang sedikit peduli terhadap perkambangan keinginan seni anak muda berusaha untuk memfasilitasi beberapa keinginan siswa-siswa dalam hal kreatifitas seni.
Disini, kami mencoba akan memberikan media dan memberikan sebuah alternatif kegiatan seni anak muda dalam rangka PEKAN SENI SMK DCI, yang dirangkai dalam sebuah acara PERFORMING ART. Kegiatan ini bukanlah dimaksud sebagai kegiatan hedonise belaka, namun lebih mengarah kepada perhatian bakat-bakat seni siswa-siswa tingkat SMP dan SMA terhadap seni musik dan seni tari.
Sebagai langkah awal dari tujuan diatas, maka kami akan menyelenggarakan Parade Band siswa-siswa serta Modern Dance (SMP dan SMA/K) dan Nonton Bareng Film Perjuangan beserta Anak Panti Asuhan.
2. Maksud dan Tujuan
Dalam event ini dimaksudkan untuk mensiasati suatu ajang pertunjukan seni anak muda dalam mengembangkan bakat masing-masing. Kemampuan yang akan di pertunjukan adalah musik (Parade Band) dan tari (modern dance) serta Bakti Sosial terhadap anak Panti Asuhan (Nonton Bareng dan Bakti Sosial).
Diharapakan dalam performing art ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan bakat-bakatnya. Disini juga, kami mefasilitasi para siswa untuk lebih peka terhadap sosial lingkungan dalam memahami realitas hidup yang lebih kompleks, sehingga pada tujuan akhirnya dapat memberikan kesan solutif bagi kemajuan seni dan sosial pada jiwa siswa-siswa secara umum.
3. Target Peserta dan Audiens
Melihat dari objek Musik dan Dancing sebagai hobi dan bakat sebagian besar dari kalangan muda di SMP dan SMA/K saat ini, maka dpat di prediksikan bahwa peserta performing art akan banyak. Ini dapat dilihat dari banyaknya siswa SMP dan SMA/K yang banyak mempunyai group Band secara mandiri di lingkungannya. Hal ini akan membantu terselenggaranya acara yang diusung melalui Performing Art ini.
Dapat diperkirakan bahwa peserta Parade Band paling sedikit akan diikuti oleh 20 group band, sedangkan Modern Dance diperkirakan akan diikuti oleh 15 grup dimana mereka akan mewakili sekolah yang mengirimkannya sebagai partisipasi. Sedangkan untuk Nonton Bareng dan Baksos akan menghadirkan sekitar 25 orang Anak panti asuhan di salah satu Panti asuhan di Tasikmalaya.
Adapun audiens yang ditargetkan adalah para peserta dan pendukung dari peserta pertunjukan di seluruh sekolah tingkatan SMP dan SMA/K di Kota Tasikmalaya.
4. Bentuk Kegiatan & Teknis Pelaksanaan
Parade Band adalah Pertunjukan Band-band yang terdaftar dengan membawakan lagu yang diminatinya, sedangkan Modern Dance adalah pertunjukan Dancing yang disertai dengan musik dengan gerakan yang telah terlatih dari masing-masing grup. Kedua kegiatan ini dilaksanakan dalam satu acara Performing Art selama satu hari.
Untuk Nonton bareng dan Baksos dilaksanakan secara terpisah dalam hari berikutnya yang lebih mengutamakan kepekaan sosial siswa. Awal acara akan dipertontonkan sebuah film perjuangan dan diakhiri oleh tausyiah serta sumbangan kepada anak panti asuhan.
Performing Art (Parade Band dan Modern Dance)
Hari/Tanggal : Minggu,20 januari 2008
Waktu : Jam 08.00 – Selesai
Tempat : SMK DCI D1/DCI Kota Tasikmalaya, Jl. Sutisna Senjaya No 158 A
Nonton Bareng dan Baksos (Bersama Anak Panti Asuhan)
Hari/Tanggal : Minggu, 20 Januari 2008
Waktu : Jam 08.00 – Selesai
Tempat :SMK DCI Kota Tasikmalaya, Jl. Sutisna Senjaya No 158a
5. Rencana Anggaran Biaya
Estimasi Pemasukan:
1. Sumbangan Sekolah Rp. 100.000
2. Pendaftaran Peserta 30 Band X Rp. 50.000 Rp. 1.500.000
3. Pendaftaran Peserta 15 Moden Dance X Rp. 40.000 Rp. 600.000
Total Perkiraan Pemasukan Rp. 2.200.000
Estimasi Pengeluaran selama 2 Hari Pelaksanaan
Publikasi
1. Kesekretariatan Rp. 300.000
2. Undangan dan Pamplet Rp. 150.000
3. Spanduk 8 Buah X Rp.150.000 Rp. 1.200.000
Performing Art Live
1. Sewa Alat Musik dan Sound System Rp. 2.000.000
2. Sewa Panggung ukuran 5 X 7 m Rp. 500.000
3. Insentif Band Bintang Tamu Rp. 500.000
4. Door Prize Rp. 500.000
5. Dokumentasi, dekorasi Rp. 500.000
6. 2 set Tropy X Rp. 500.000 Rp. 1.000.000
7. Uang Pembinaan Juara 1 X 2 X Rp. 750.000 Rp. 1.500.000
8. Uang Pembinaan Juara 2 X 2 X Rp. 500.000 Rp. 1.000.000
9. Uang Pembinaan Juara 3 X 2 X Rp. 250.000 Rp. 500.000
Nonton Bareng dan Baksos
1. Sewa Alat dan Film Rp. 300.000
2. Bantuan Dana Anak Panti Asuhan Rp. 1.250.000
Pra pelaksanaan
1. Transportasi Undangan dan Publikasi Rp. 500.000
Lain-lain
1. Konsumsi Panitia 20 orang X 2 hari Rp. 500.000
2. Keamanan dan Kebersihan 2 hari Rp. 100.000
Total Perkiraan Pengeluaran Rp. 11. 800.000
Rekapitulasi Dana
Total Perkiraan Pemasukan Rp. 2.200.000
Total Perkiraan Pengeluaran Rp. 11.800.000
Defisit Anggaran Rp. -9.600.000
Catatan : Defisit anggaran diharapkan dapat dibantu dari sponsorship.
6. Struktur Organisasi dan Pelaksana Kegiatan
Pelindung : Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya
Kepala Sekolah SMK DCI Kota Tasikmalaya
Pembina : Wakasek Kesiswaan SMK DCI
Ketua OSIS SMK DCI
Ketua : Lia (X B)
Wk. Ketua : Bustomi
Sekretaris : Chaterina
Bendahara : Aety,Windi Happy
Koord. Humas : Yoga
Anggota Humas : Sandi, dan di bantu oleh Ketua Kelas X A, X B, X C
Koord. Dana Usaha : Oki Kajuya,Ade Imron
Anggota Danus : Eva,Eni,Asri,Dinar
Koord. Teknis : Bayu
Anggota : Keamanan kelas XA, B, C
Sekretariat
PANITIA PERFORMING ART
OSIS SMK DCI KOTA TASIKMALAYA
Jl. Sutisna Senjaya No. 158 A Kota Tasikmalaya Tlp. (0265) 313 204
Contact Person
Chaterina : 085 222 777 664
Sandi : 985 223 407 000
Penawaran Kerjasama dan Konpensasi
Sponsor Tunggal
Perusahaan menanggung 85 % biaya yang diajukan dan berhak akan 100 % segala bentuk publikasi di segala media yang disediakan
Nama Kegiatan akan memakai nama produk “............PERFORMING ART; PARADE BAND DAN MODERN DANCE”
Penjualan produk akan dimasukan dalam pendaftaran
Stand penjualan produk
2. Sponsor Utama
Perusahaan menanggung 65 % biaya yang diajukan dan berhak mendapatkan 70 % segala bentuk publikasi yang disediakan
Nama perusahaan/Produk akan disebutkan dalam spot radio, ad lips, spanduk kegiatan, pemasangan logo Produk di panggung
Stand penjulan produk
3. Sponsor Pendukung
Menanggung 35 % dari dana yang diajukan dan berhak mendapatkan 30 % bentuk publikasi di segala media yang disediakan
Nama produk akan disebutkan dalam spot radio, ad lips, spanduk kegiatan, pemasangan logo Produk di panggung
Bentuk Publikasi:
Ad Lips dan spot di stasiun Radio di kota Tasikmalaya
Spanduk di tempat strategis
Pamplet-pamplet di sekolah-sekolah SMP dan SMA di kota Tasikmalaya dan tempat lainnya
Penutup
Demikianlah proposal ini kami ajukan, kami berharap semoga segala bentuk sesuatu yang diharapkan dan direncanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Semoga sebuah hal yang diawali dengan niat yang baik mudah-mudahan mendapat akhir yang baik pula. Amin
Kami sangat berharap partisipasi Bapak/Ibu baik perorangan, instansi, ataupun perusahaan dapat membantu dan terlaksananya kegiatan ini, sebelum dan sesudahnya kami haturkan terimakasih.
Tasikmalaya, 5 Desember 2007
Ketua Pelaksana
Yogaswara Permana Sekretaris,
Chaterina
Diketahui,
Penanggung Jawab
Kepala SMK DCI Tasikmalaya,
..........................
TEKNIK PENULISAN DAFTAR PUSTAKA YANG BENAR
DAFTAR PUSTAKA
Daftar bacaan yang dijadikan acuan atau landasan penyusunan laporan karangan ilmiah.
a. Urutan daftar pustaka untuk sumber di buku
1. nama penulis di tulis nama belakang nya terlebih dahulu
2. tahun terbit
3. judul buku
4. tempat terbit(kota)
5. nama penerbit
Cara menulis daftar pustaka
1. berurutan secara alfabetis tanpa nomer
2. daftar pustaka untuk satu sumber buku, di tulis dengan jarak antar baris satu spasi sedangkan daftar pustaka dengan buku yang berbeda sumber di beri jarak 2 spasi
Tarigan, Henri Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung :Angkasa
• Jika tidak terdapat nama penulis buku, ditulis nama lembaga yang menerbitkan
DIKNAS.1985.Prinsip Dasar Manusia. Bandung: Airlangga
• Jika nama penulis buku terdapat 2 orang, nama penulis pertama di balik bila nama penulis lebih dari 2 unsur.
Ahmad Suhana dan Udin Amburadoel
Suhana, Ahmad dan Udin Amboeradul.1985. Prinsip Dasar Manusia. Jakarta: Birojasa
• Jika penulis buku 3 orang atau lebih, cantumkan nama penulis pertama yang di balik, diikuti dengan singkataan et all./ dkk.
Ahmad Suhana, Udin Amburadoel dan Urif Kasmajid
Suhana, Ahmad et all. 1985. Prinsip Dasar Manusia. Tasikmalaya: Cempaka
b. Kalau sumbernya di internet
cara penulisannya:
pengarang/penyunting. Tahun.judul/edisi,jenis media.alamat internet.[tanggal di akses]
contoh: Udin, M.2009.Etika Komunikasi.Online.tersedia: http://www.ed.linguistik.hotml. [20 Oktober 2009].
c. Kalau sumbernya dari e-mail
cara penulisannya
pengirim. (alamat e-mail pengirim).(tahun, tanggal, bulan).judul pesan.Nama penerima pesan.[E-mail penerima pesan]
contoh: Budi, Ahmad.(budi@yahoo.com).(2009.25 Oktober) Laporan Penelitian. E-mail kepada Santia.[Santia@indo.Net.id.].
Daftar bacaan yang dijadikan acuan atau landasan penyusunan laporan karangan ilmiah.
a. Urutan daftar pustaka untuk sumber di buku
1. nama penulis di tulis nama belakang nya terlebih dahulu
2. tahun terbit
3. judul buku
4. tempat terbit(kota)
5. nama penerbit
Cara menulis daftar pustaka
1. berurutan secara alfabetis tanpa nomer
2. daftar pustaka untuk satu sumber buku, di tulis dengan jarak antar baris satu spasi sedangkan daftar pustaka dengan buku yang berbeda sumber di beri jarak 2 spasi
Tarigan, Henri Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung :Angkasa
• Jika tidak terdapat nama penulis buku, ditulis nama lembaga yang menerbitkan
DIKNAS.1985.Prinsip Dasar Manusia. Bandung: Airlangga
• Jika nama penulis buku terdapat 2 orang, nama penulis pertama di balik bila nama penulis lebih dari 2 unsur.
Ahmad Suhana dan Udin Amburadoel
Suhana, Ahmad dan Udin Amboeradul.1985. Prinsip Dasar Manusia. Jakarta: Birojasa
• Jika penulis buku 3 orang atau lebih, cantumkan nama penulis pertama yang di balik, diikuti dengan singkataan et all./ dkk.
Ahmad Suhana, Udin Amburadoel dan Urif Kasmajid
Suhana, Ahmad et all. 1985. Prinsip Dasar Manusia. Tasikmalaya: Cempaka
b. Kalau sumbernya di internet
cara penulisannya:
pengarang/penyunting. Tahun.judul/edisi,jenis media.alamat internet.[tanggal di akses]
contoh: Udin, M.2009.Etika Komunikasi.Online.tersedia: http://www.ed.linguistik.hotml. [20 Oktober 2009].
c. Kalau sumbernya dari e-mail
cara penulisannya
pengirim. (alamat e-mail pengirim).(tahun, tanggal, bulan).judul pesan.Nama penerima pesan.[E-mail penerima pesan]
contoh: Budi, Ahmad.(budi@yahoo.com).(2009.25 Oktober) Laporan Penelitian. E-mail kepada Santia.[Santia@indo.Net.id.].
UKURAN PENGETIKAN KARYA ILMIAH
UKURAN PENGETIKAN KARYA ILMIAH
1. Ukuran Kertas
Naskah diketik diatas kertas A4 putih ukuran 21,5 cm X 29,7 cm, dengan berat 80 gram. Jika perlu menggunakan kertas khusus seperti kertas milimeter untuk grafik, kertas kalkir untuk bagan/gambar, dan yang sejenisnya, yang melebihi ukuran kertas, dimungkinkan dengan catatan kertas khusus tersebut
dilipat sesuai ukuran naskah
2. Marjin
Batas tepi pengetikan (marjin) skripsi adalah sebagai berikut :
a. Marjin kiri = 4 cm
b. Marjin atas = 3 cm
c. Marjin kanan = 3 cm
d. Marjin bawah = 3 cm
3. Spasi
Jarak antara baris (spasi) pengetikan naskah adalah 2 spasi. Pengetikan judul tabel dan judul gambar yang lebih dari satu baris adalah 1 spasi. Daftar kepustakaan diketik 1 spasi, sedangkan jarak pengetikan antara dua sumber kepustakaan adalah 2 spasi
4. Paragraf
Pengetikan alinea baru (paragraph) dimulai pada ketukan ke 6 dari marjin kiri, sedangkan jarak antar paragraph 3 spasi.
5. Huruf
Naskah diketik dengan komputer dengan menggunakan huruf yang standar, yakni huruf nomor 12 untuk Times New Roman dan Arial pada paket program Word series.
6. PENGETIKAN NASKAH
Bab, Sub-sub, dan anak sub-sub
Nomor dan nama bab ditempatkan di tengah marjin atas. Nomor bab ditulis dengan angka Romawi kapital (I,II,III dst), sedangkan nama bab ditulis dengan huruf kapital, dengan jarak 2 spasi. Nomor dan nama sub bab serta anak sub bab ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama setiap kata selain kata
sandang. Nomor urut sub bab ditulis dengan abjad huruf kapital (A,B,C dst),sedangkan nomor urut anak sub bab dengan angka arab (1,2,3 dst).
Contoh :
II ………. (Judul Bab)
2.1 ……………….. (Judul Subbab)
2.2 ……………….. (Judul Subbab)
2.2.1 ………………(Judul Sub-Subbab)
Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk judul buku, nama terbitan berkala, atau nama publikasi lainnya, dalam daftar pustaka. Huruf miring juga digunakan untuk istilah, kosa kata, kalimat, dan transliterasi bahasa asing atau bahasa daerah. Huruf miring dapat diganti dengan pemberian garis di bawah huruf yang harus
dimiringkan, akan tetapi keduanya tidak boleh dikombinasikan
Pengertian:
• Laporan adalah komunikasi penulis untuk menyampaikan informasi kepada pihak lain karena tanggung jawab yang diembannya.
• Laporan merupakan suatu dokumen yang menyampaikan informasi mengenai seluruh masalah yang tengah diselidiki dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang diambil.
Fungsi laporan :
• Sebagai alat pertanggungjawaban bagi orang yang diberi tugas
• Landasan pimpinan dalam mengambil kebijakan / keputusan
• Alat melakukan pengawasan bagi pimpinan
• Dokumen untuk bahan studi serta sumber pengalaman bagi orang lain
Ciri laporan:
1. Menarik (masalah yang dibahas harus menarik )
2. Objektif (harus sesuai dengan fakta yang ada )
3. Sistematis ( mudah dimengerti dan dipahami pembaca)
4. Argumentative ( dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya)
5. Lugas (bahasa yang digunakan efektif dan logis)
I. Jenis dan bentuk kerangka laporan
1. Laporan penelitian/pengamatan
A. BAGIAN PELENGKAP PENDAHULUAN
a. Kulit luar/ jilid 1) Judul karangan ilmiah 2)keperluan penyusunan 3)nama penyusun 4) nama lembaga pendidikan(nama jurusan, fakultas, dan universitas 5) nama kota tempat lembaga pendidikan 6) tahun penyusunan.
b. Halaman judul
c. Halaman pengesahan (disediakan untuk mencantumkan nama-nama guru /dosen pembimbing, kepala sekolah, ketua jurusan atau nama seseorang yang bertanggung jawab akan kesahihan karangan ilmiah tersebut. (disesuaikan dengan kebutuhan)
d. prakata/ kata pengantar : berisi ucapan syukur, maksud/ tujuan karya ilmiah tsb dibuat, ucapan terima kasih, harapan-harapan yang biasanya berupa permohonan kritik dan saran, harapan manfaat, tempat dan tanggal penyelesaian, dan penyusun.
e. Daftar isi
f. Daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar lambang
g. A bstrak / ihtisar ialah intisari keseluruhan isi laporan yang mencakup latar belakang, tujuan dan hasil penelitian
B. BAGIAN INTI / ISI
1. PENDAHULUAN (Bab I)
Bab pendahuluan adalah bab yang mengantarkan isi karangan ilmiah yang berisi hal-hal umum yang dijadikan landasan kerja dan arah kerja penyusunan
a. Latar Belakang ( mencantumkan alasan-alasan penulis, atau mengambil judul itu dan manfaat praktis yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Mengemukakan juga beberapa buku yang yang telah dibaca yang juga memasalahkan topic yang sama atau yang relevan, dan juga menyebutkan perbedaan dengan pembahasan karangan ilmiah yang ditulis sekarang. Mencantumkan juga bagian-bagian yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya agar pembaca segera mengetahuinya secara sepintas.
b. Rumusan Masalah ( di dalamnya mencantumkan beberapa pertanyaan yang mengacu pada isi laporan yang di bahas di Bab II)
c. Batasan Masalah
d. Tujuan ( bagian ini untuk mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas, yaitu gambaran hasil yang akan dicapai
e. Manfaat penelitian
f. Anggapan dasar (hipotesis)
g. Metode Penelitian dan teknik penelitian
Metode adalah seperangkat langkah-langkah yang harus dikerjakan, teknik adalah cara melakukan setiap langkah penelitian tersebut. Jenis metode penelitian
a. metode deskriptif (dalam penelitian penulis dating ke sumber data dan menganalisis data itu apa adanya.
b. metode komparatif ( peneliti membandingkan dua sumber data)
c. Metode eksperimen ( peneliti melakukan percobaan di lapangan atau pengujian di laboratorium)
d. metode non lapangan (metode analisis isi, metode kajian pustaka)
f. Metode lapangan (metode sensus, metode survey, metode studi kasus)
2. BAB ANALISIS ATAU BAB PEMBAHASAN
Bab ini merupakan yang terpenting dalam penelitian ilmiah. Di dalam bab ini akan dilakukan berbagai kegiatan analisis, sintesis pembahasan , interpretasi, jalan keluar dan beberapa pngolahan data secara tuntas
3. BAB PENUTUP SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Simpulan yang dimaksud adalah gambaran umum seluruh analisis, selanjutnya, saran-saran penulis yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan.
4. DAFTAR PUSTAKA
Daftar bacaan yang dijadikan acuan atau landasan penyusunan laporan karangan ilmiah.
a. Urutan daftar pustaka untuk sumber di buku
1. nama penulis di tulis nama belakang nya terlebih dahulu
2. tahun terbit
3. judul buku
4. tempat terbit(kota)
5. nama penerbit
Cara menulis daftar pustaka
1. berurutan secara alfabetis tanpa nomer
2. daftar pustaka untuk satu sumber buku, di tulis dengan jarak antar baris satu spasi sedangkan daftar pustaka dengan buku yang berbeda sumber di beri jarak 2 spasi
Tarigan, Henri Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung :Angkasa
• Jika tidak terdapat nama penulis buku, ditulis nama lembaga yang menerbitkan
DIKNAS.1985.Prinsip Dasar Manusia. Bandung: Airlangga
• Jika nama penulis buku terdapat 2 orang, nama penulis pertama di balik bila nama penulis lebih dari 2 unsur.
Ahmad Suhana dan Udin Amburadoel
Suhana, Ahmad dan Udin Amboeradul.1985. Prinsip Dasar Manusia. Jakarta: Birojasa
• Jika penulis buku 3 orang atau lebih, cantumkan nama penulis pertama yang di balik, diikuti dengan singkataan et all./ dkk.
Ahmad Suhana, Udin Amburadoel dan Urif Kasmajid
Suhana, Ahmad et all. 1985. Prinsip Dasar Manusia. Tasikmalaya: Cempaka
b. Kalau sumbernya di internet
cara penulisannya:
pengarang/penyunting. Tahun.judul/edisi,jenis media.alamat internet.[tanggal di akses]
contoh: Udin, M.2009.Etika Komunikasi.Online.tersedia: http://www.ed.linguistik.hotml. [20 Oktober 2009].
c. Kalau sumbernya dari e-mail
cara penulisannya
pengirim. (alamat e-mail pengirim).(tahun, tanggal, bulan).judul pesan.Nama penerima pesan.[E-mail penerima pesan]
contoh: Budi, Ahmad.(budi@yahoo.com).(2009.25 Oktober) Laporan Penelitian. E-mail kepada Santia.[Santia@indo.Net.id.].
5. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Penggalan Informasi , buku, surat keputusan, gambar photo, peta dan unsure-unsur lampiran lain yang ada hubungnnya dengan penelitian.
UNSUR-UNSUR LAPORAN BERDASARKAN JENIS LAPORAN
1. Kerangka Laporan Diskusi
1. Judul atau masalah yang didskusikan
2. Tujuan diskusi
3. Pelaksana dan peserta diskusi yang mencakup:
a. Narasumber yang menyampaikan pokok-pokokpikiran, pemakalah atau yang menyampaikan makalah/penulis.
b. Moderator yang memimpin diskusi
c. Notulis
d. Peserta diskusi
e. Materi diskusi yang berupa makalah dan hasil diskusi
f. Tempat, waktu, dan penyelenggara diskusi
g. Hasil Diskusi (1.pokok materi diskusi yang disampaikan oleh pemakalah/pembahas 2. Pertanyaan-pertanyaan serta tanggapan yang disampaikan peserta diskusi )
h. Simpulan dan saran (1. Simpulan diskusi yang diambil dari makalah, para peserta yang brpendapat. 2. Masalah-masalah yang belum tuntas pembahasannya 3. Saran-saran tindak lanjut diskusi)
i. Lampiran (1. Makalah 2. Acara diskusi 3. Panitia diskusi 4. Daftar hadir
2. Kerangka Laporan Wawancara
1. Pendahuluan ( 1. Latar belakang kegiatan wawancara. 2. Tujuan wawancara. 3. Narasumber. 4. Waktu pelaksanaan wawancara.
2. Isi ( 1.tema wawancara 2. Hasil wawancara )
3. Penutup (1. Simpulan 2. Saran)
3. Kerangka laporan praktikum
1. Judul praktikum
2. Halaman judul
3. Lembar pengesahan
4. kata pengantar
5. Daftar isi
6. Daftar tabel/ gambar/ lampiran
7. Bab I pendahuluan ( latar belakang praktek, maksud dan tujuan, pelaksanaan praktek)
8. Bab II (latar belakang perusahaan, Tempat dan kedudukan Instansi, pelayanan instansi, struktur organisasi perusahaan)
9. Bab III (Pelaksanaan (tempat, tanggal, waktu, lama kegiatan, jadwal kegiatan, Langkah kerja, Data yang diperoleh dsb.)
10. Simpulan
11. Saran
12. Daftar pustaka
13. Lampiran
4. Laporan buku (Resensi)
1. Pendahuluan
- Judul buku
- Pengarang
- Penerbit
- Tahun terbit
- Tebal buku
2. Isi berisi ikhtisar/ ringkasan buku
3. Simpulan : penilaian tentang aspek-aspek yang menarik, kelebihan, dan kekurangan dari segi isi, bahasa sistematika
4. Saran: karya tersebut perlu dibaca apa tidak?
5.
5. Laporan kunjungan atau perjalanan
1. Judul (laporan kunjungan ke….
2. Tujuan kunjungan
3. Lama kegiatan, waktu, dan jadwal kegiatan
4. Bentuk dan jenis kegiatan
5. Hasil yang diperoleh, misalnya gambaran keadaan/situasi lokasi
6. Simpulan
7. Saran
8. Lampiran ( logo, peta, bagan struktur, skema, dsb.)
9. Biografi penulis
6 Contoh Laporan Lengkap, Laporan Buku:
Judul Buku : ......................................................................
Nama Pengarang : ......................................................................
Nama Penerbit : ......................................................................
Tahun Terbit : ......................................................................
Jumlah Halaman : ......................................................................
Kata Pengantar : Berisi ucapan terimakasih kepada tuhan, kepada orang-orang yang telah membantu terselesaikan laporan
Daftar Isi :
Pendahuluan : Isinya mengantar pembaca untuk mengetahui gambaran isi laporan
Uraian : Mengupas buku yang dibuat laporan oleh pembuat laporan
Kesimpulan : - Baik/buruknya buku yang dibaca
- Manfaat membaca buku tersebut
Penutup :
Daftar Pustaka :
Lampiran : Berisi Foto, Denah, Gambar, Grafik, Diagram dll
1. Ukuran Kertas
Naskah diketik diatas kertas A4 putih ukuran 21,5 cm X 29,7 cm, dengan berat 80 gram. Jika perlu menggunakan kertas khusus seperti kertas milimeter untuk grafik, kertas kalkir untuk bagan/gambar, dan yang sejenisnya, yang melebihi ukuran kertas, dimungkinkan dengan catatan kertas khusus tersebut
dilipat sesuai ukuran naskah
2. Marjin
Batas tepi pengetikan (marjin) skripsi adalah sebagai berikut :
a. Marjin kiri = 4 cm
b. Marjin atas = 3 cm
c. Marjin kanan = 3 cm
d. Marjin bawah = 3 cm
3. Spasi
Jarak antara baris (spasi) pengetikan naskah adalah 2 spasi. Pengetikan judul tabel dan judul gambar yang lebih dari satu baris adalah 1 spasi. Daftar kepustakaan diketik 1 spasi, sedangkan jarak pengetikan antara dua sumber kepustakaan adalah 2 spasi
4. Paragraf
Pengetikan alinea baru (paragraph) dimulai pada ketukan ke 6 dari marjin kiri, sedangkan jarak antar paragraph 3 spasi.
5. Huruf
Naskah diketik dengan komputer dengan menggunakan huruf yang standar, yakni huruf nomor 12 untuk Times New Roman dan Arial pada paket program Word series.
6. PENGETIKAN NASKAH
Bab, Sub-sub, dan anak sub-sub
Nomor dan nama bab ditempatkan di tengah marjin atas. Nomor bab ditulis dengan angka Romawi kapital (I,II,III dst), sedangkan nama bab ditulis dengan huruf kapital, dengan jarak 2 spasi. Nomor dan nama sub bab serta anak sub bab ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama setiap kata selain kata
sandang. Nomor urut sub bab ditulis dengan abjad huruf kapital (A,B,C dst),sedangkan nomor urut anak sub bab dengan angka arab (1,2,3 dst).
Contoh :
II ………. (Judul Bab)
2.1 ……………….. (Judul Subbab)
2.2 ……………….. (Judul Subbab)
2.2.1 ………………(Judul Sub-Subbab)
Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk judul buku, nama terbitan berkala, atau nama publikasi lainnya, dalam daftar pustaka. Huruf miring juga digunakan untuk istilah, kosa kata, kalimat, dan transliterasi bahasa asing atau bahasa daerah. Huruf miring dapat diganti dengan pemberian garis di bawah huruf yang harus
dimiringkan, akan tetapi keduanya tidak boleh dikombinasikan
Pengertian:
• Laporan adalah komunikasi penulis untuk menyampaikan informasi kepada pihak lain karena tanggung jawab yang diembannya.
• Laporan merupakan suatu dokumen yang menyampaikan informasi mengenai seluruh masalah yang tengah diselidiki dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang diambil.
Fungsi laporan :
• Sebagai alat pertanggungjawaban bagi orang yang diberi tugas
• Landasan pimpinan dalam mengambil kebijakan / keputusan
• Alat melakukan pengawasan bagi pimpinan
• Dokumen untuk bahan studi serta sumber pengalaman bagi orang lain
Ciri laporan:
1. Menarik (masalah yang dibahas harus menarik )
2. Objektif (harus sesuai dengan fakta yang ada )
3. Sistematis ( mudah dimengerti dan dipahami pembaca)
4. Argumentative ( dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya)
5. Lugas (bahasa yang digunakan efektif dan logis)
I. Jenis dan bentuk kerangka laporan
1. Laporan penelitian/pengamatan
A. BAGIAN PELENGKAP PENDAHULUAN
a. Kulit luar/ jilid 1) Judul karangan ilmiah 2)keperluan penyusunan 3)nama penyusun 4) nama lembaga pendidikan(nama jurusan, fakultas, dan universitas 5) nama kota tempat lembaga pendidikan 6) tahun penyusunan.
b. Halaman judul
c. Halaman pengesahan (disediakan untuk mencantumkan nama-nama guru /dosen pembimbing, kepala sekolah, ketua jurusan atau nama seseorang yang bertanggung jawab akan kesahihan karangan ilmiah tersebut. (disesuaikan dengan kebutuhan)
d. prakata/ kata pengantar : berisi ucapan syukur, maksud/ tujuan karya ilmiah tsb dibuat, ucapan terima kasih, harapan-harapan yang biasanya berupa permohonan kritik dan saran, harapan manfaat, tempat dan tanggal penyelesaian, dan penyusun.
e. Daftar isi
f. Daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar lambang
g. A bstrak / ihtisar ialah intisari keseluruhan isi laporan yang mencakup latar belakang, tujuan dan hasil penelitian
B. BAGIAN INTI / ISI
1. PENDAHULUAN (Bab I)
Bab pendahuluan adalah bab yang mengantarkan isi karangan ilmiah yang berisi hal-hal umum yang dijadikan landasan kerja dan arah kerja penyusunan
a. Latar Belakang ( mencantumkan alasan-alasan penulis, atau mengambil judul itu dan manfaat praktis yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Mengemukakan juga beberapa buku yang yang telah dibaca yang juga memasalahkan topic yang sama atau yang relevan, dan juga menyebutkan perbedaan dengan pembahasan karangan ilmiah yang ditulis sekarang. Mencantumkan juga bagian-bagian yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya agar pembaca segera mengetahuinya secara sepintas.
b. Rumusan Masalah ( di dalamnya mencantumkan beberapa pertanyaan yang mengacu pada isi laporan yang di bahas di Bab II)
c. Batasan Masalah
d. Tujuan ( bagian ini untuk mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas, yaitu gambaran hasil yang akan dicapai
e. Manfaat penelitian
f. Anggapan dasar (hipotesis)
g. Metode Penelitian dan teknik penelitian
Metode adalah seperangkat langkah-langkah yang harus dikerjakan, teknik adalah cara melakukan setiap langkah penelitian tersebut. Jenis metode penelitian
a. metode deskriptif (dalam penelitian penulis dating ke sumber data dan menganalisis data itu apa adanya.
b. metode komparatif ( peneliti membandingkan dua sumber data)
c. Metode eksperimen ( peneliti melakukan percobaan di lapangan atau pengujian di laboratorium)
d. metode non lapangan (metode analisis isi, metode kajian pustaka)
f. Metode lapangan (metode sensus, metode survey, metode studi kasus)
2. BAB ANALISIS ATAU BAB PEMBAHASAN
Bab ini merupakan yang terpenting dalam penelitian ilmiah. Di dalam bab ini akan dilakukan berbagai kegiatan analisis, sintesis pembahasan , interpretasi, jalan keluar dan beberapa pngolahan data secara tuntas
3. BAB PENUTUP SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Simpulan yang dimaksud adalah gambaran umum seluruh analisis, selanjutnya, saran-saran penulis yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan.
4. DAFTAR PUSTAKA
Daftar bacaan yang dijadikan acuan atau landasan penyusunan laporan karangan ilmiah.
a. Urutan daftar pustaka untuk sumber di buku
1. nama penulis di tulis nama belakang nya terlebih dahulu
2. tahun terbit
3. judul buku
4. tempat terbit(kota)
5. nama penerbit
Cara menulis daftar pustaka
1. berurutan secara alfabetis tanpa nomer
2. daftar pustaka untuk satu sumber buku, di tulis dengan jarak antar baris satu spasi sedangkan daftar pustaka dengan buku yang berbeda sumber di beri jarak 2 spasi
Tarigan, Henri Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung :Angkasa
• Jika tidak terdapat nama penulis buku, ditulis nama lembaga yang menerbitkan
DIKNAS.1985.Prinsip Dasar Manusia. Bandung: Airlangga
• Jika nama penulis buku terdapat 2 orang, nama penulis pertama di balik bila nama penulis lebih dari 2 unsur.
Ahmad Suhana dan Udin Amburadoel
Suhana, Ahmad dan Udin Amboeradul.1985. Prinsip Dasar Manusia. Jakarta: Birojasa
• Jika penulis buku 3 orang atau lebih, cantumkan nama penulis pertama yang di balik, diikuti dengan singkataan et all./ dkk.
Ahmad Suhana, Udin Amburadoel dan Urif Kasmajid
Suhana, Ahmad et all. 1985. Prinsip Dasar Manusia. Tasikmalaya: Cempaka
b. Kalau sumbernya di internet
cara penulisannya:
pengarang/penyunting. Tahun.judul/edisi,jenis media.alamat internet.[tanggal di akses]
contoh: Udin, M.2009.Etika Komunikasi.Online.tersedia: http://www.ed.linguistik.hotml. [20 Oktober 2009].
c. Kalau sumbernya dari e-mail
cara penulisannya
pengirim. (alamat e-mail pengirim).(tahun, tanggal, bulan).judul pesan.Nama penerima pesan.[E-mail penerima pesan]
contoh: Budi, Ahmad.(budi@yahoo.com).(2009.25 Oktober) Laporan Penelitian. E-mail kepada Santia.[Santia@indo.Net.id.].
5. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Penggalan Informasi , buku, surat keputusan, gambar photo, peta dan unsure-unsur lampiran lain yang ada hubungnnya dengan penelitian.
UNSUR-UNSUR LAPORAN BERDASARKAN JENIS LAPORAN
1. Kerangka Laporan Diskusi
1. Judul atau masalah yang didskusikan
2. Tujuan diskusi
3. Pelaksana dan peserta diskusi yang mencakup:
a. Narasumber yang menyampaikan pokok-pokokpikiran, pemakalah atau yang menyampaikan makalah/penulis.
b. Moderator yang memimpin diskusi
c. Notulis
d. Peserta diskusi
e. Materi diskusi yang berupa makalah dan hasil diskusi
f. Tempat, waktu, dan penyelenggara diskusi
g. Hasil Diskusi (1.pokok materi diskusi yang disampaikan oleh pemakalah/pembahas 2. Pertanyaan-pertanyaan serta tanggapan yang disampaikan peserta diskusi )
h. Simpulan dan saran (1. Simpulan diskusi yang diambil dari makalah, para peserta yang brpendapat. 2. Masalah-masalah yang belum tuntas pembahasannya 3. Saran-saran tindak lanjut diskusi)
i. Lampiran (1. Makalah 2. Acara diskusi 3. Panitia diskusi 4. Daftar hadir
2. Kerangka Laporan Wawancara
1. Pendahuluan ( 1. Latar belakang kegiatan wawancara. 2. Tujuan wawancara. 3. Narasumber. 4. Waktu pelaksanaan wawancara.
2. Isi ( 1.tema wawancara 2. Hasil wawancara )
3. Penutup (1. Simpulan 2. Saran)
3. Kerangka laporan praktikum
1. Judul praktikum
2. Halaman judul
3. Lembar pengesahan
4. kata pengantar
5. Daftar isi
6. Daftar tabel/ gambar/ lampiran
7. Bab I pendahuluan ( latar belakang praktek, maksud dan tujuan, pelaksanaan praktek)
8. Bab II (latar belakang perusahaan, Tempat dan kedudukan Instansi, pelayanan instansi, struktur organisasi perusahaan)
9. Bab III (Pelaksanaan (tempat, tanggal, waktu, lama kegiatan, jadwal kegiatan, Langkah kerja, Data yang diperoleh dsb.)
10. Simpulan
11. Saran
12. Daftar pustaka
13. Lampiran
4. Laporan buku (Resensi)
1. Pendahuluan
- Judul buku
- Pengarang
- Penerbit
- Tahun terbit
- Tebal buku
2. Isi berisi ikhtisar/ ringkasan buku
3. Simpulan : penilaian tentang aspek-aspek yang menarik, kelebihan, dan kekurangan dari segi isi, bahasa sistematika
4. Saran: karya tersebut perlu dibaca apa tidak?
5.
5. Laporan kunjungan atau perjalanan
1. Judul (laporan kunjungan ke….
2. Tujuan kunjungan
3. Lama kegiatan, waktu, dan jadwal kegiatan
4. Bentuk dan jenis kegiatan
5. Hasil yang diperoleh, misalnya gambaran keadaan/situasi lokasi
6. Simpulan
7. Saran
8. Lampiran ( logo, peta, bagan struktur, skema, dsb.)
9. Biografi penulis
6 Contoh Laporan Lengkap, Laporan Buku:
Judul Buku : ......................................................................
Nama Pengarang : ......................................................................
Nama Penerbit : ......................................................................
Tahun Terbit : ......................................................................
Jumlah Halaman : ......................................................................
Kata Pengantar : Berisi ucapan terimakasih kepada tuhan, kepada orang-orang yang telah membantu terselesaikan laporan
Daftar Isi :
Pendahuluan : Isinya mengantar pembaca untuk mengetahui gambaran isi laporan
Uraian : Mengupas buku yang dibuat laporan oleh pembuat laporan
Kesimpulan : - Baik/buruknya buku yang dibaca
- Manfaat membaca buku tersebut
Penutup :
Daftar Pustaka :
Lampiran : Berisi Foto, Denah, Gambar, Grafik, Diagram dll
Langganan:
Postingan (Atom)