Senin, 12 Juli 2010

BILA GAGAL TIDAK PERLU FRUSTASI

Untuk mencapai sukses itu tentu dengan jalan berwiraswasta. "Berwiraswasta?" Ah sebuah kata yang cukup kedengaran bersifat omong kosong dan memuakkan. Memang banyak anak remaja yang sudah bosan dan jenuh mendengarkan perkataan ini. Pasti mereka beralasan bahwa tidak mungkin melakukan wiraswasta kalau hanya dengan modal dengkul saja.

Banyak cerita-cerita yang menguraikan perjalanan tentang keberhasilan hidup seseorang dari nol hingga menjadi jutawan dan pengusaha yang memulai karirnya hanya dengan modal dengkul saja. Mereka, sekali lagi, mulai dari nol besar dan membuka lapangan kerja sehingga bisa pula menyelamatkan sekian banyak orang dari virus pengangguran.

Abraham Lincoln, orang terkemuka yang diingat dalam sejarah Amerika, dulu tidak pernah masuk universitas tetapi dunia mengenalnya sebagai Presiden Amerika dan pejuang persaam hak azasi manusia. Levi Strauss adalah termasuk orang yang gagal dalam sekolah tetapi ia dapat mengembangkan pola fikirannya dan melakukan karya sehingga banyak orang yang memakai celana Levi's rancangannya yang sangat populer itu. Thomas Alva Edison tidak pernah belajar di sekolah lanjutan atas tetapi ia berhasil dengan eksperimen bola listriknya yang tetap dipakai orang sepanjang waktu, paling kurang setiap malam hari. Sigmund Freud adalah orang yang gagal masuk ke fakultas psikologi, tetapi ia tidak berputus asa. Dia belajar sendiri dengan membaca banyak buku-buku dan mencurahkan karyanya dalam bentuk tulisan. Sekarang kita mengenal namanya sebagai orang yang paling ahli dalam bidang psikologi dan terkenal dengan analisa-analisanya. Masih banyak lagi contoh-contoh orang sukses termasuk orang-orang di Negara kita. Mungkin juga dia tinggal dalam propinsi atau dalam kota kita dan malah ia berada di lingkungan kita sendiri.

Kita sering mendengar komentar-komentar remaja tentang orang-orang yang berhasil. "Ah mereka sudah ditakdirkan menjadi begitu !" Kita perlu ingat bahwa sebeanarnya kesuksesan itu bukanlah takdir dan bukan pula nasib yang datang saja tanpa harus berusaha selangkah demi selangkah. Lantas apa kunci sukses mereka ? Mereka tidak memandang lembaga pendidikan sebagai forum untuk mencetak tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh ilmu pengetahuan secara mutlak. Dan mereka tidak harus menjadi mahasiswa. Mereka tidak menganggap bahwa kalau sudah menjadi mahasiswa pasti akan mempunyai masa depan yang mudah dan cerah. Yang perlu bagi mereka adalah terus berusaha dan belajar keras, kemudian terjun ke kancah kehidupan. Mereka tekun dalam menggeluti suatu bidang usaha yang bisa dikerjakan ditengah masyarakat yang hiruk pikuk dengan sejuta macam pekerjaan.

Orang-orang macam begini memandang kemuka dan melihat suatu kesempatan yang terbentang luas. Mereka mulai belajar dari kehidupan tanpa mengenal lelah dan menyerah tanpa membuat teori yang terlalu bertele-tele. Tetapi mereka memikirkan analisa yang langsung dan tetap. Mereka punya daya prakarsa dan vitalitas kerja yang tinggi. Mereka mempergunakan otak, dengan kata lain bersikap logika, dan memperhitungkan gerak tangan dan gerak kaki. Dalam hidup mereka melakukan keseimbangan antara gerak otak dan gerak badan. Orang-orang macam inilah yang selalu mencapai sukses dalam kehidupan sosial. Jadi bukan semata-mata karena takdir atau dalam istilah dikenal dengan "nasib mujur". Usaha dan langkah-langkah mereka dan diikuti pendekatan diri kepada Tuhan, inilah yang menentukan keberhasilan mereka.

Banyak orang yang berpandangan keliru dimana mereka menganggap bahwa seandainya seseorang bias tamat dari perguruan tinggi tertentu, misalnya perguruan tinggi yang memiliki reputasi, akan mudah memperoleh jawaban dan pekerjaan yang basah. Semua itu banyak tidak benarnya. Image yang demikian sama dengan orang-orang yang ada di kampung-kampung kita. Mereka mau saja menjual sawah dan lading serta harta benda milik nenek moyang mereka, atau pusaka, asalkan bisa masuk ke universitas dan yang penting adalah menjadi mahasiswa dahulu. Bagi mereka gambaran menjadi seorang mahasiswa adalah menjadi orang yang terhormat, orang pandai dan calon pengusaha di negeri. Mereka, orang tua, tidak peduli dan bekerja keras seperti bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang penting adalah bagaimana anak bisa menjadi mahasiswa. Suatu tekad orang tua yang terpuji dan sungguh kita kasihan kalau anak-anak remaja mereka tidak tahu diri di bangku universitas.

Banyak pelajar yang gagal masuk ke perguruan tinggi lantas menjadi frustasi, sehingga mereka memandang kedepan dengan rasa pesimis. Padahal sebetulnya ini tidak perlu terjadi. Alangkah baiknya bila remaja yang gagal itu melihat alam sekeliling dengan seksama sambil mempelajari kehidupan orang-orang yang ada disekeliling mengapa ada yang sampai sukses ? Insya Allah mereka akan segera tahu bahwa anggapa masa depan itu "suram" adalah suatu anggapan yang keliru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar